Prolog

674 110 50
                                    

"Aku mencintaimu!" teriak seorang pria pada seseorang yang di depannya. Gadis seumuran yang diajaknya berbicara itu hanya terdiam dan meneteskan air mata. Suasananya sangat sunyi karena tak ada seorangpun di balkon sekolah kecuali mereka berdua. Hanya disinilah tempat pelarian paling berguna jika tidak ingin terganggu oleh beberapa pasang mata. Siang yang gelap karena mendung bahkan rintik hujan siap turun kapan saja itu seolah mendukung situasi gemuruh mereka saat ini.

"Tinggalkan dia! Dia tidak mencintaimu! Lagi pula dia bukan kekasihmu!" sentak pria itu lagi.

Lalu dengan cekatan, pria itu memeluknya erat hingga gadis manis itu susah untuk bernafas. Buah jeruk yang di genggamannya terlepas dan terjatuh menggelinding sebab keterkejutan si gadis akan sikap pria itu selalu membuatnya membeku.

"Ughh le...pask...kan," ronta si gadis.

Plak!

Tanpa enggan ia reflek menampar pipi pria itu kemudian.

"Jangan pernah memaksaku lagi! Jangan pernah dekati aku lagi Tuan laknat! Posesif! Kau tidak berhak atas diriku! Aku mencintainya dan aku membencimu!!" hujam gadis itu dengan suara bergetar sembari mengusap air matanya. Hatinya terlanjur sangat sakit. Nampaknya, bukan karena pria di depannya yang memenuhi hatinya, namun seorang lainnya. Pria di depannya itulah yang dianggapnya mengganggu rencana-rencana yang telah tersusun olehnya.

Gadis itu berbalik dan berlari pergi meninggalkan pria itu sendiri.

Kaki pria itu terasa lemah untuk berdiri. Lalu ia meringsut, terduduk dengan kepala menyusup diantara dua dengkul kaki. Ia memandang ke bawah. Memori-memorinya berputar kembali mengingat betapa ia menginginkan gadis itu dengan caranya yang begitu posesif. Namun, apa yang ia dapat? Benci. Ia dibenci oleh orang yang sangat dicintainya. Bahkan gadis itu menginginkannya pergi dari hidupnya. Ingin rasanya ia berteriak. Melampiaskan sakit hatinya. Seketika air matanya tanpa terasa menetes. Seberapa besar cintanya hingga air matanya tidak mampu dibendung lagi.

Ia menangis.

Ia menangis dalam diam.

'Aku mencintaimu... ' batinnya.

"Aku mencintaimu, bodoh!!!!" teriaknya bergema menahan isakan tangisnya.



-Orange In The Rain-
the obsession of love

Orange In The Rain [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang