[04] Kejadian di Sekolah

220 62 7
                                    

"Ughmm..."

Gadis manis itu menggeliat di ranjangnya. Ia enggan beranjak dari tidurnya yang nyenyak. Sinar mentari lolos masuk ke ruang kamar itu sebab jendela di samping ranjang terbuka lebar. Seorang pria membuka dengan tangannya sendiri lalu melihat Hera dengan wajah tampannya yang saat ini sedang kesal lantaran orang yang dilihatnya tidak kunjung bangun.

Hyunjung telah menggunakan seragam sekolah dengan rapi. Aroma parfum maskulinnya menyebar. Ia mendekati Hera. Dengan satu tangannya, ia berhasil menarik selimut yang membungkus tubuh gadis itu. Tangan kirinya bersembunyi di dalam kantung celananya. Selimut sengaja ia hentakan dengan keras ia membuangnya ke lantai.

"Ugghh," Hera menggeliat saat mengetahui selimut tertanggal di tubuhnya. Kini hanya pakaian tidur yang membungkusnya. Ia masih enggan membuka matanya padahal telingaya telah berfungsi. Ia tahu, saat ini sedang ditatap oleh seseorang berdiri di samping ranjangnya.

"Apa kau tidak ingin sekolah?"

Spontan mata Hera membuka dengan cepat. Ia melotot ke arah pria itu, siapa lagi kalau bukan Hyunjung. Pria itu telah membangunkannya sedari tadi, namun usaha sebelumnya sia-sia. Gadis yang dibangunkannya tak kunjung bangun. Dan lihat sekarang, ia bangun seperti kesetanan.

Hera mengerjap-ngerjapkan matanya sembari mengambil posisi duduk. Hyunjung berjalan menjauhinya dan duduk di sebuah kursi yang disediakan untuk pendamping meja belajar. Ia memadang Hera dengan tatapan malas. Lalu Hera memandang Hyunjung. Ia masih dalam keadaan bingung setelah terbangun dengan tidak elitnya.

Ia masih memperhatikan Hyunjung yang juga melempar tatapan ke arahnya. Ia bukan orang bodoh yang tidak tahu pakaian yang digunakan Hyunjung saat ini. Pakaian itu adalah seragam sekolah yang sangat populer dan bahkan sekolah terfavorit se-Korea Selatan. Sekolah idaman dengan berbagai fasilitas yang sangat lengkap. Dimanakah itu? Seon Laijeu International High School, nama itu telah tersebar luas hingga manca negara. Bahkan tidak sembarang orang bisa bersekolah disana, dan kabarnya anak dari pemilik sekolah itu dikabarkan sangat tampan, terkenal dan sangat diagungkan. Hanya itu yang Hera tahu kabar dari sekolah ternama itu.

Hera tersadar setelah beberapa detik bergulat dengan pikirannya.

"K...kk...kau," pekik Hera terbata-bata sembari mendelik.

"Ada apa? Baru tersadar dari mimpi? Kau tidak sekolah? Apa kau sudah tamat?" tanya Hyunjung yang sebenarnya itu mengolok-olok Hera.

"Sekolah?" Tanya Hera linglung.

"Ah ya! Sekolah! Bagaimana bisa aku sekolah? Sekolahku sangat jauh dari sini! Semua barang-"

"Sssttt! Itulah dirimu! Kau selalu panik! Tenanglah sedikit!" ujar Hyunjung menaikan suara dan berhasil membuat Hera bungkam beberapa saat.

Lalu Hyunjung menepuk tangannya sebanyak tiga kali. Datanglah dua pelayan, masing-masing membawa pakaian, sepatu, dan tas lengkap dengan buku-buku pelajaran yang didapati Hera hari ini. Hera tercengang melihat dua pelayan yang sigap datang hanya dengan tepukan tangan dari Hyunjung.

'Serasa terhipnotis,' ujarnya dalam hati.

Hera beranjak dari ranjangnya menuju ke arah dua pelayan itu yang menyapa selamat pagi dan tersenyum ramah padanya. Sambutan hangat dari kedua pelayan itu membuatnya turut tersenyum membalasnya. Dengan heran ia menatap semua perlengkapan yang disiapkan pelayan-pelayan itu.

Orange In The Rain [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang