[03] Sosok Hwang Hyunjung

260 71 34
                                    

Mentari mulai meninggi. Sinarnya menembus ruangan di balik celah-celah jendela. Tidak ada suara bising ataupun gaduh yang membuat seorang gadis cantik yang masih berimajinasi dalam mimpinya itu terjaga. Ia masih tidak sadar dengan sepasang mata menatap ke arahnya. Mata yang sedari tadi enggan untuk berpaling darinya. Pemilik mata itu kini beranjak dari nakas mendekatinya. Semakin dekat hingga tangannya yang kekar membelai pucuk kepala gadis pujaannya dengan lembut.

"Hei gadis kotor, aku tahu kau sudah bangun. Kenapa kau berpura-pura masih tidur?" Ucap seorang laki-laki yang kini membelai rambut gadis itu. Tak lupa dengan senyumnya yang seakan mengolok-olok.

Hera merasa tertangkap basah. Ia sangat tahu siapa pemilik suara itu.

'Sial!' umpatnya dalam hati.

"Bangunlah si kotor! Atau kau ingin aku bangunkan secara paksa?" bisik pria itu tepat di telinganya membuat gadis itu bergidik. Si kotor? Ia merasa sangat kesal disebut dengan sebutan begitu olehnya.

"Aku akan keluar dari sini," ujar Hera mulai menggerakkan bibirnya. Matanya masih terpejam diposisinya.

Pria itu kembali tersenyum licik. Bibirnya masih berada di atas telinga gadis yang enggan melihatnya. Ia pun mundur memberi jarak pada gadis itu dan berbalik memunggunginya.

"Bangunlah, segera mandi dan kita akan keluar dari sini,"

Setelah berkata begitu, pria itu melenggang pergi dari kamar bernuansa femina itu dengan gayanya yang arogan. Gadis yang sedari tadi enggan bangun, kini kelopak matanya bergerak menampilkan dua bola mata indahnya. Ia mengerutkan keningnya.

'Apa katanya? Apa aku tidak salah dengar? Bukan keluar sekedar keluar! Aku ingin terbebas dari sini! Dasar pria br*ngs*k!!" umpatnya dalam hati

***

Mobil lamboghini yang terkenal mewah itu melaju dengan kecepatan sedang. Pria yang mengendarainya saat ini hanya fokus pada jalanan karena ia belum memiliki surat izin mengemudi, ia harus berjaga-jaga jika ada polisi. Seharusnya mudah saja menyuruh sopir untuk menyetir mobilnya dan bodyguard untuk mengawalnya, namun hari ini ia tidak menginginkan itu. Ia ingin menyetir sendiri dan tidak ingin membawa banyak orang. Karena itu permintaan gadis pujaannya. Hera meminta ingin keluar sendiri. Namun, tanggapan itu yang sebenarnya salah diartikannya. Wajah tampan yang terkesan arrogant itu sama sekali tidak berkurang sedikitpun walau terhalangi kaca mata hitam yang bertengger di telinganya. Baju kemeja formal yang dikenakannya sangat mahal dan siapa pun yang melihatnya pasti tahu siapa sejatinya orang itu. Gadis manapun pasti mustahil jika tak terpikat melihat pesonanya, memujanya, bertekuk lutut dihadapannya, hingga rela menurunkan harga dirinya demi pria pujaannya ini. Namun semua itu tidak untuk gadis yang kini duduk di sampingnya. Walau kedua mata Hera memperhatikannya yang tengah sibuk menyetir, dalam hati gadis manis itu mengumpatkan beribu kata kasar untuknya. Ia sangat tidak nyaman berada satu lingkungan dengan orang yang sangat dibencinya. Hera menginginkan keluar, tapi bukan keluar seperti ini yang diharapkannya. Ia ingin keluar dari kehidupan baru yang mengharuskannya diikat paksa oleh pria yang sangat dibencinya kini. Ia ingin bebas menentukan hidupnya sendiri. Bukannya harus terkungkung dalam lingkaran si pria itu. Bibir pria itu bergerak naik keatas. Ia berseringai tajam.

"Ada apa denganmu, Hera? Terpesona melihat ketampananku?" Kata Hyunjung sejerumus kemudian.

Kedua mata Hera membulat sempurna mendengar kata-kata manis terlontar dari bibir pria itu. Gadis yang disebut Hera itu berdecak kesal.

'Percaya diri sekali!' batinnya kesal.

"Heh! Jangan terlalu percaya diri ya Tuan sok tampan!" ujar Hera sembari memalingkan matanya ke depan. Hyunjung semakin melengkungkan bibirnya hingga menampakan giginya yang putih dan tertawa. Hera semakin menyatukan kedua alisnya mendengar Hyunjung tertawa dengan angkuhnya. Ia tidak suka mendengar pria itu tertawa. Sangat tidak suka.

Orange In The Rain [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang