R.C Chapter III - Kalau Harus Memilih
◆◆◆
“Zohen itu ganteng banget ya, Aoi.” ucap Karen menatap memuja pada laki-laki yang tengah bermain basket di lapangan. “Aoi.” Karen kembali memanggil nama teman satu mejanya karena tidak kunjung mendapatkan respon.
“Lho?” Karen mencari bingung Aoi yang nyatanya sudah tidak ada di sampingnya. “Cepet banget hilangnya.” gerutu Karen sebal sambil membetulkan letak kacamatanya.
“Woy, Kare ayam!”
Karen menghentikan jalannya begitu mendengar panggilan menyebalkan dari orang yang menyebalkan pula. Belum sempat dia berjalan lagi, kerah bajunya sudah ditarik dari arah belakang membuat dia tidak bisa berjalan.
“Jangan kabur lo!” teriaknya ketus.
“Lepasin dong, Bil. Sakit.”
“Gue denger lo masih kegatelan pake acara kasih bekal makanan ke Zohen!” Salsabila mendelik marah. “Nggak usah sok kecantikan deh, lo. Lo emang kaya, tapi jelek. Nggak pantes kalo jadi pacarnya Zohen.”
“Gue nggak maksud kayak gitu, Bil. Gue kan emang udah temenan lama sama Zohen.” Karen mencoba membela dirinya.
“Kalian itu sudah bukan anak-anak. Kalau mau bermain tarik-menarik. Jangan dihadapanku.” Aoi berkata dengan ekspresi datarnya. Dia yang berniat kembali ke kelas malah melihat adegan drama kekanakan yang menghalangi jalannya.
“Eh, lo anak baru. Jangan bertingkah, ya!” hardik Salsabila marah, namun hanya direspon Aoi dengan sebelah alisnya terangkat. Menurut Aoi perempuan di depannya tidak menyeramkan sama sekali. Cenderung membuat Aoi ingin mual.
“Ini apa-apaan coba? Bila, lepasin Karen.”
Nada perintah dari Zohen itu seketika membuat Salsabila melepaskan tangannya dari kerah baju Karen. Wajahnya berubah sedih, dia mencoba mengambil simpati Zohen yang kabarnya sudah putus dari Dwita. “Zo, Karen sama anak baru ini yang duluan berulah. Gue cuma bela diri, Zo.” aduh Salsabila berbohong.
“Pembohong.” decak Aoi tidak percaya dan berjalan pergi meninggalkan drama murahan yang semakin banyak penontonnya.
Karen yang baru saja tersadar sudah ditinggalkan Aoi kembali, berlari mengejar gadis asal desa itu dengan berteriak memanggil namanya. “Aoi, tungguin.”
“Siapa dia?” tanya Zohen pada Aldi yang tidak kunjung dijawab. Menoleh, Zohen malah mendapati Aldi sibuk bermain game di ponsel. “Eh, monyet bali! Gue tanya ini.”
“Apa sih, Zo?” jawab Aldi sebal. Dia menatap Zohen walaupun tidak rela meninggalkan gamenya walau hanya satu detik saja.
“Siapa perempuan yang dikerja sama Karen?”
“Nggak tahu. Tanya Karen aja. Dia kan temen TK lo. Jauh lebih akurat tanya Karen daripada gue.”
Jawaban Aldi tidak kunjung membuat Zohen bahagia, melainkan semakin sebal. Dia memutuskan untuk berjalan menyusul Karen yang ternyata kembali ke kelas gadis itu. Dari kaca ini, sekarang Zohen tahu jika gadis yang diikuti Karen adalah teman satu kelasnya. Zohen memanggil salah satu murid kelas yang baru saja keluar. Berjalan mendekat dengan gestur angkuh ciri khas Zohen.
“Gue mau tanya sama lo dan gue nggak mau jawaban nggak tahu atau apalah itu.”
Anak laki-laki dengan rambut klimis itu mengkerut takut dan hanya bisa mengangguk. Dia tahu betul siapa Zohen.
“Siapa anak yang baru aja masuk sebelum Karen?”
“A... Aoi. Anak pindahan baru da... dari desa.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Cinderella
Romantizm-Story about Aoi- ✔️ Chapter 1-27 END | UNPUBLISH ❗ ADA DI KARYAKARSA Kabur dari rumah nyatanya bukan pilihan yang tepat. Aoi terjebak di kos campuran dengan penghuni absurd. Dan dia juga terjebak di sekolah yang melihat teman dari kasta sosial.