Suara benda terbakar di sertai si jago merah yang menjalar memakan benda tersebut tak tersisa. Di sana seorang gadis menjadi saksi bisu detik-detik bagaimana benda yang berada di depan matanya dilahap si jago merah.
"Luna?" Panggil seseorang yang berada tepat di belakangnya dan otomatis si gadis tersebut menoleh dengan wajah cemas dan ketakutan.
"Nenek? Kok nenek ada disini?" Herannya dan Neneknya pun mendekati si gadis yang bernama Luna tersebut yang masih mematung di tempat kaget dengan kedatangannya yang tiba-tiba.
"Maaf Nek, aku harus melakukannya. Maaf juga aku gak mengeluarkan semua barang-barangnya yang ada di dalam"
"Ada apa? Kenapa?"
Luna terdiam sejenak memikirkan kata apa yang pas untuk di lontarkan padanya. Neneknya menyadari kebingungan cucunya itu mengelus pelan surai rambut Luna.
"Apa terjadi sesuatu? Apa kamu mengalami sesuatu setelah masuk ke gudang itu? Apa kamu di seret oleh seseorang dari masa lalu untuk menyelamatkannya?"
Luna tertegun. Ia kaget mengapa Neneknya mengetahuinya.
"Kenapa Nenek tau? Apa.. nenek juga pernah mengalaminya?"
Nenek Luna pun menghela napas berat lalu menurunkan tangannya yang tadi mengelus-elus rambut Luna.
"Bukan Nenek, tapi Buyut kamu. Sebenarnya Nenek dapat amanah dari Buyut kamu buat musnahkan gudang itu, tapi Nenek belum melakukannya sampai sekarang. Ada dorongan kuat untuk gak musnahkan gudang itu. Nenek malahan berterimakasih sama kamu karena telah menghancurkannya. Untungnya kamu selamat"
"Buyut gak selamat?" Tanya Luna dengan cepat setelah Neneknya menyelesaikan katanya.
"Selamat kok, cuman.. pokoknya ada beberapa faktor lain yang gak bisa Nenek cerita. Nanti kamu cerita sama Nenek ya apa yang kamu alami selama ini"
"Tapi Nenek juga harus cerita semua yang Buyut alami, mungkin ada beberapa cerita yang sama dengan Buyut"
"Oke. Pantesan kamu datang kesini bukannya langsung ketemu Nenek malah kesini, sendirian lagi. Jangan terlalu lama di luar, bentar lagi mau hujan udah mendung nih"
"Iya Nek, Nenek juga cepet masuk kedalam, gak baik terlalu lama di luar ruangan"
"Kamu sampai kapan diluar?"
"Eum.. mungkin aku mau liat gudang ini sampai menjadi abu. Aku gak mau ada barang satupun tersisa. Maaf ya Nek udah ngerusakin barang-barang antik Nenek"
"Gapapa kok, barang-barang antik itu gak seberapa di banding dengan nyawa. Nenek ke dalam dulu ya, cepet nyusul kedalam nanti kalo Ibu atau Ayah kamu tau bisa marah"
"Iya Nek"
"Nenek ke dalam dulu ya, hati-hati" ucapnya lalu pergi meninggalkan Luna sendirian. Tiba-tiba telinga Luna terngiang-ngiang kata terakhir yang diucap Neneknya.
"Hati-hati? Emang kenapa?" Gumamnya.
Beberapa menit kemudian gudang tersebut sudah hancur menjadi abu. Untungnya gudang itu jauh dari pemukiman jadi mungkin orang-orang menyangka bahwa asap tersebut dari pembakaran dedaunan kering atau pembakaran sampah.
Tiba-tiba ada sesuatu yang bergelinding dan menabrak kaki Luna. Luna yang menyadari ada sesuatu di bawah kakinya—tepatnya di samping sepatu kirinya— pun menunduk. Dia menemukan benda yang di gulung, dari bentuknya mirip seperti kertas lalu Luna pun meraihnya. Ternyata itu adalah sebuah kertas yang biasa di pakai si kerajaan kuno gitu, Luna pun tanpa ragu membukanya dan membacanya
Hai Luna, masih ingatkah kepadaku? Terimakasih telah menyelamatkanku.
Sesuai dengan perjanjian kita, aku sudah menepati janjiku untuk mengabulkan permintaanmu.Tapi selain itu itu..
Aku juga akan mewujudkan keinginan ku. Kau tunggu saja kedatanganku sesuai tulisan yang kau baca di kain putihku, apa kau masih mengingatnya? Ku harap engkau menungguku di duniamu.-Victor-
"Apa maksudnya ini? Apa yang mau Victor lakukan? Bahkan aku gak tau ada tulisan di kain putih dan aku juga gak baca itu. Ada apa sebenarnya?"
END