Eps.12 Nancy

1.1K 203 21
                                    

Sejeong mengambil sebuah buku yang menarik di matanya, buku itu mudah terjangkau untuk di ambil dibandingkan buku-buku yang lain di rak perpustakaan. Kemudian ia duduk di salah satu kursi tidak jauh dari rak lalu mulai membaca buku itu.     

Sejeong tersenyum saat membaca satu kalimat di buku itu. Menurutnya, kalimat itu mewakili dirinya.

Tahu tidak kalimat apa yang Sejeong baca?

"Dilan kamu kemana? Aku rindu,"

Sesingkat itu dan seklasik itu tapi bagi Sejeong itu sangat-sangat mewakilinya. Iya, Sejeong sedang merindukan seseorang sekarang.

Entah siapa.

Tiba-tiba seseorang datang dan duduk disebelah Sejeong.

"Jeong," panggil orang itu yang mulai mendekatkan duduknya dengan Sejeong.

"Hm?" Sejeong menoleh lalu mendapati Nancy yang sedang menatapnya. Nancy teman sekelasnya yang tidak terlalu dekat dengannya.

"Lo lagi deket ya sama Daniel sekarang?" Tanya Nancy tanpa ragu.

Sejeong terkejut, "Kenapa nanyain dia?" Sejeong bertanya balik.

Nancy menggeleng pelan, "Beberapa hari ini kan lo sama dia deket, berangkat bareng, pulang bareng, inget gak pas dia ke kelas ngakuin kalo kalian pacaran? Eh tapi kalian beneran pacaran?"

Sejeong tersenyum kikuk, "Engga kok, Daniel tuh ngaco emang, kita aja bahkan gak deket." Sejeong mengalihkan perhatiannya pada buku lagi, ia ingin mengakhiri pembicaraan ini. Karena Sejeong takut Nancy akan bertanya macam-macam.

Sedangkan Nancy memilih terus mengorek segala informasi mengenai hubungan Daniel dan Sejeong. Ia tidak ingin bungkam sebelum semua pertanyaannya terjawab.

"Ah masa sih, kalian itu pacaran kan? Gue liat kok gimana Daniel seperhatian itu sama lo, bahkan gue aja yang deket udah lama juga gak di perhatiin segimana dia sama lo," ucap Nancy tersenyum.

"Deket udah lama?"

Nancy mengangguk, "Lo gak tau? Gue sama Daniel udah deket lama, bisa dibilang kalo kita itu temen masa kecil gitu. Makanya apa-apa pasti dia cerita, tapi belakangan ini dia jarang cerita--- ya sejak deket sama lo--- gitu,"

Perasaan Sejeong mengendur, ada rasa sesak di dalam hatinya. Ada rasa tidak enak juga saat Nancy mengatakan Daniel mulai jarang bercerita pada Nancy sejak Daniel dekat dengannya. Rasa bersalah itu kian membesar ketika Nancy berbicara lagi,

"Tau gak sih, gue serasa tergantikan keberadaannya sama lo,"

"Maaf Nancy,"

"Gapapa, mungkin emang hubungan gue sama Daniel udah berakhir,"

"Nanti gue ngomong ke Daniel,"

"Ngomong apa? Kalau gue ngadu sama lo gitu?"

"Eh engga gitu, maksud gue--"

Nancy memotong, "Gak usah, yang ada malah hubungan gue sama dia malah tambah jauh. Daniel nanti malah makin benci sama gue dan malah belain lo,"

"Gak akan Nancy, gue gak akan biarin lo nambah jauh sama dia. Gue berusaha buat pertemanan kalian kayak dulu lagi, karna gue kalian jadi jauh, dan ini tanda maaf dari gue," kata Sejeong.

"Gak akan ngebantu lagian,"

"Kenapa?" Tanya Sejeong tidak mengerti.

"Ada yang bakal ngebantu banget dari itu,"

"Apa?"

"Lo ngejauh dari Daniel dan itu bakal ngebantu banyak," Nancy beranjak dari duduknya.

Dahi Sejeong berkerut, "Maksudnya?"

"Lo jauhin Daniel!" Setelah ucapan penuh penekanan itu Nancy pergi.

'Jauh dari Daniel, sejauh-jauhnya,'

Sejeong terdiam. Nancy sudah hilang dari pandangannya tapi kata-kata Nancy masih tengiang jelas di pikirannya. Ada rasa tidak rela saat Nancy menyuruhnya menjauhi Daniel, tapi di sisi lain posisinya hanya menjadi penghalang bagi hubungan Nancy dan Daniel yang katanya kian memburuk.

Buku tadi jadi tidak menarik lagi untuk ia baca. Kini Sejeong malah melamun memikirkan kata-kata Nancy tadi. Apa langkah yang harus ia ambil kali ini?

Diam?

Pura-pura tidak tahu?

Ataukah..

Ia harus menjauh?

"Car ngelamun aja oy!" Tiba-tiba Daniel sudah duduk di sebelah Sejeong.

Sejeong menoleh lalu menatap Daniel tajam.

"Niel,"

"Hm?"

"Jauhin gue," Sejeong menghela nafasnya pelan, "Mulai sekarang lo jauhin gue," lalu Sejeong beranjak meninggalkan Daniel.

Cara menjauh bukan hal yang salah kan?

***

Daniel bingung, tiba-tiba sikap Sejeong berubah kepadanya, sangat jauh berbeda. Dari mulai mendiamkan saat di sapa, pergi saat mendekat, tak acuh saat di panggil, apalagi senyum tidak lagi terkembang di bibirnya.

"Apa gue punya salah ya?" Daniel menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Tapi kan kemarin pas jalan-jalan dia biasa aja," tangan Daniel kini mengetuk-ngetuk meja.

"Napa sih woy?!" Tanya Seongwoo rusuh, tapi Daniel tidak menjawab.

"Lo lagi jauhan ya sama Seje?" kali ini Minhyun yang bertanya.

"Tapi gue gak tau salah gue apa!!!" Daniel mengusap wajahnya gusar.

"Tanyain orangnya lah!" Kata Seongwoo diangguki Minhyun.

"Lagian gak akan mungkin tiba-tiba dia jauhin lo kan, mungkin aja lo yang salah atau ada hal yang lainnya," ucap Minhyun. "Misalnya aja ada yang nyuruh dia buat jauhin lo,"

"Lah siapa?" Tanya Seongwoo.

Minhyun mengangkat bahunya, "Ya mungkin aja,"

Daniel semakin gusar, ia tidak tahu harus berbuat apa. Sejeong membuatnya tidak tenang.

"Sekarang temuin dia lah Niel!"

Daniel mengangguk lalu beranjak pergi dari kelasnya menuju kelas Sejeong.

Mata Daniel menangkap Sejeong yang sedang mengobrol dengan Chungha dan Nayoung di depan kelas. Ia segera berlari menghampiri mereka.

Namun, seorang gadis menghentikan larinya.

"Lo Daniel kan?"

"Eh? Lo siapa ya?"

"Jisoo, lo masih inget gue kan?"

***

Tbc

Penghalang Mira dan Wira itu banyak yaa wkwk

Gimana Chapter selanjutnya? Apakah aku harus membuat Mira dan Wira jauhan dulu? Atau Wira deket dulu sama Jisoo? Atau Mira nya deket sama cowok lain dulu? 😂

Daniel © 2018

-Esa-

Daniel 2018 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang