Eps. 3 Deg-degan

1.5K 272 24
                                    

Sejeong berjalan dilorong sekolah sambil bersenandung kecil. Saat ia datang, sekolah ini masih sepi sekali. Tidak banyak yang datang, biasanya hanya orang yang rajin yang mau datang sepagi ini.

Ia memutuskan untuk tidak terlambat seperti kemarin, keterlambatan itu membuatnya sial. Ada saja hal menyebalkan yang terjadi. Kali ini ia lebih siap jika roknya tembus lagi, ia membawa jaket sendiri. Ini hari keduanya, pasti darah haid sedang banyak-banyaknya.

Sejeong terhenti lalu menepuk jidatnya, ia lupa. Jaket Daniel tertinggal dikamarnya, padahal ia sudah menyiapkan itu agar tidak tertinggal. Ia ingin memberikan jaket itu hari ini juga agar masalah dengan Daniel cepat selesai. Tapi dengan seperti ini ia akan memperpanjang masalahnya.

Padahal Daniel sebenarnya baik karena ia dengan senang hati meminjamkan jaket itu untuknya.

"Mana jaket gue?" Tanya Daniel datar dari belakang Sejeong tiba-tiba.

Sejeong menoleh, "maaf lupa keting--"

"Setelah buta, bisu, gila, sekarang lo juga pelupa?"

Oke, lupakan saat tadi Sejeong mengatakan Daniel sebenarnya baik.

"Lo bisa gak sih jaga mulut lo sehari aja?" Sejeong memandang tajam Daniel.

"Lo gatau kan ada yang tersakiti karna kata-kata lo itu?"

Daniel maju hingga jaraknya dengan Sejeong satu langkah lagi. Daniel sedikit menunduk menatap Sejeong yang lebih pendek dari dirinya itu.

Sejeong juga menatap Daniel yang kini menatapnya.

"Sori, tapi gue gak tau, jaket gue harus balik hari ini juga," Daniel menubrukan bahunya pada bahu Sejeong dan melenggos pergi.

Sejeong terdiam ditempatnya ia masih terpaku pada tatapan Daniel tadi. Ada sesuatu yang berbeda masuk kedalam hatinya.

Sedangkan Daniel, ia kini memegang dadanya. Jantungnya berpacu cepat, ada hal lain dan aneh memasuki hatinya, entah hal aneh apa. Ia juga bingung.

***

Daniel mendengus. Ia tidak mau diganggu pikiran yang tidak mendasar ini. Sejak tadi pikirannya melenggang jauh tidak berada ditempat. Bahkan pelajaran satupun tidak ada yang masuk.

Ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. Hal tidak mendasar itu membuatnya ingin segera mencari tahu, dan ia ingin memastikan hal aneh apa ini.

Minhyun menepuk pundak Daniel, "kantin?"

"Duluan,"

Minhyun dan Seungwoo akhirnya meninggalkan Daniel sendiri dikelas. Daniel kembali pada lamunannya tadi.

Nancy dari arah luar mendatangi Daniel dengan membawa sebuah kotak makan. Senyum perempuan itu terus berkembang dibibirnya, tapi tidak bagi Daniel.

"Nih, gue bawa bekel buat lo. Jangan lupa makan ya," Nancy memberi kotak makan biru yang ia pegang.

"Gak usah, gue gak laper,"

Nancy menghela nafas, "kenapa sih lo nolak terus kotak makanan yang gue bawa?"

"Karena gue gak laper Nancy,"

"Seengganya lo terima, terserah mau lo makan atau engga," Nancy merajuk.

Daniel mengangguk lalu berdiri, "oke gue terima," Daniel membawa kotak makan itu pergi. Sedangkan Nancy tersenyum dan mengikutinya dari belakang.

Daniel berjalan kearah kantin. Ia berniat ingin memberikan kotak makan ini pada kedua temannya. Tapi matanya menangkap seorang gadis yang kini melamun duduk sendiri dibawah pohon disamping lapangan yang tidak jauh dari kantin itu.

Entah ada gerakan darimana, kaki Daniel menghampiri gadis itu. Sedangkan Nancy berhenti mengikuti dan mengawasi Daniel dari jauh.

Daniel menyodorkan kotak makan biru itu ke wajah gadis yang sedang melamun tadi. Daniel tau gadis itu adalah Sejeong.

Sejeong mengerutkan keningnya, "Buat?"

"Kucing,"

"Yaudah sana kasih kucing kenapa dikasih ke gue coba," ketus Sejeong.

"Ya buat lo lah!" Daniel meletakan kotak makan itu dipaha Sejeong.

Sejeong menatap kotak makan biru itu mengintimidasi. "Ada angin apa lo ngasih gue makan? Atau jangan-jangan--"

"Jangan mikir aneh-aneh, itu makanan dari Nancy. Kalo lo keracunan jangan salahin gue, salahin Nancy."

"Dan sebenernya gue kenyang jadi mending itu buat lo aja, gue kasian setiap hari kegilaan lo itu nambah bukan sembuh, semoga aja dengan makan itu lo berhenti ngelamun," ucap Daniel datar.

"Gue gak gila Daniel!"

"Terserah," Daniel berlalu pergi.

Sedangkan Sejeong menatap kepergian Daniel dengan kesal. Harus berapa kali lagi ia tekankan bahwa ia tidak gila pada Daniel. Sejeong menghela nafas pelan lalu menyadari sesuatu.

"Sejak kapan Daniel sebanyak itu ngomong sama gue?"

***

Tbc

Gimana sama part ini?

Daniel © 2018

Daniel 2018 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang