Eps.11 Mira dan Wira

1.2K 216 27
                                    

Benar saja apa yang Daniel harapkan tadi malam terjadi. Sejeong datang ke kantin pagi ini dengan terburu-buru. Sepertinya ada sesuatu yang mendesak yang harus ia beli di kantin sekarang. Dari jauh Daniel tersenyum melihat wajah Sejeong yang terlihat kesal itu juga rambutnya yang sedikit acak-acakan.

"Bu aku mau beli pulpen dong!" Sejeong sedikit berteriak karena di kantin sedang ramai.

"Ibu pulpennya satu!" Teriak Sejeong lagi karena Ibu yang menjaga kantin itu tidak menoleh dan masih sibuk dengan pembeli yang lain.

"Ibu, pulpen satu dong! Aku ada tugas pagi ini bu!" Lagi-lagi Ibu kantin itu tidak mendengar Sejeong berteriak, kemungkinan Ibu itu sibuk melayani beberapa siswa lain yang sedang membeli sesuatu di kantinnya.

Daniel yang merasa kasihan pada Sejeong akhirnya menghampiri Sejeong dengan membawa pulpen di tangannya.

"Nih, pake dulu," Daniel menyerahkan pulpen bertinta biru itu pada Sejeong. "Tapi gapapa kan warna biru?"

"Oh gapapa Niel, aku pinjem dulu ya, nanti aku balikin ke kamu kalo jaga aku udah selesai," Sejeong mengambil pulpen itu dan pergi berlari.

"Aku?" Daniel terkekeh. "Katanya gak aku-kamuan, tadi apa coba?"

Daniel memutuskan untuk mengikuti kemana Sejeong berlari pergi. Ia tidak tahu maksud dari jaga pagi yang sedari tadi gadis itu ucapkan. Daniel berhenti sejenak, lalu mengedarkan pandangannya di sekitar lorong yang mulai sepi.

Lalu indra penglihatannya menangkap gadis yang tadi ia cari. Sejeong gadis itu sedang diam di dekat pagar gerbang, dengan satu buah buku dan pulpen biru yang ia pegang. Setiap ada siswa yang masuk, ia menghalangi siswa itu kemudian menanyakan namanya untuk di catat.

Daniel menghampiri Sejeong, "Jaga apa sih?"

Sejeong sedikit terkejut dengan kedatangan Daniel, "Eh, gue lagi jaga gerbang,"

"Lo disuruh?" Tanya Daniel.

"Iya, semenjak gue telat waktu itu gue disuruh jaga gerbang buat nulisin siapa aja yang masuknya telat, habis itu gue kasihin datanya sama Pak Jim," jelas Sejeong lalu fokus kembali pada bukunya.

"Perasaan tadi aku-kamuan deh Jeong, sekarang kok udah berubah lagi?"

"Kapan? Gue gak pernah ngerasa aku-kamuan,"

"Tadi, di kantin,"

"Perasaan lo doang kali,"

"Serius deh,"

"Berarti guenya lagi gak sadar," Sejeong mengembungkan pipinya.

Daniel tertawa lalu mengacak rambut Sejeong gemas. "Lucu banget sih cewek gue,"

"Ih Niel apaan sih! Berantakan!" Sejeong menjauhkan tangan Daniel dari rambutnya.

"Sini gue rapiin," Daniel menarik bahu Sejeong agar menghadapnya, lalu mulai merapikan rambut Sejeong.

"Rambut lo daritadi udah berantakan, lo sih lari-lari di kantin mana rusuh gitu. Gue udah gemes banget buat rapiin rambut lo tadi," Daniel masih sibuk merapikan rambut Sejeong.

Pipi Sejeong kian memerah, menerima perlakuan Daniel kali ini. Ia berharap Daniel tidak melihatnya. Kalau tidak, bisa-bisa Daniel tersenyum bangga dan akan terus menggodanya.

"Nah selesai," terakhir Daniel membetulkan poni milik Sejeong.

"Udah sana pergi!"

"Gue mau disini,"

"Bel udah bunyi Niel, lo ada pelajaran siapa? Nanti di alfain,"

"Olahraga, males ah gue,"

"Jangan males, olahraga sana biar sehat."

Daniel 2018 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang