Eps.2 Awalan

1.5K 272 35
                                    

Daniel tahu bahwa perempuan tadi pagi yang ia temui sedang membicarakannya dengan Nayoung dan Chungha. Ia kenal dekat dengan Nayoung dan Chungha sebab mereka pernah satu kelas dulu. Tapi dia tidak pernah melihat yang satunya, tidak pernah sama sekali. Baru kali ini ia melihatnya.       

Daniel ingat bagaimana tadi saat dikantin ia melihat perempuan tadi menunjuk kearahnya secara terang-terangan. Tidak bisa dipungkiri, ia menganggap bahwa perempuan itu tidak tahu malu.

"Namanya Sejeong," ucap Minhyun tiba-tiba.

Daniel menoleh, "siapa?"

"Yang tadi nunjuk lo,"

"Gak penting!" Daniel memutar bola matanya kesal.

"Lagian pasti lo lagi mikirin dia kan? Ngaku lo!" Teman satunya menyahut. Dia Seungwoo.

"Apaan sih! Udah kuy cabut!" Daniel membawa tas gendongnya lalu berjalan keluar.

"Serius lo mau bolos lagi?" Tanya Seungwoo.

Daniel berhenti, "ikut atau gue tinggal?"

Seungwoo hanya menggeleng-gelengkan kepalanya begitu juga Minhyun. Mereka sudah hapal dengan kelakuan Daniel yang dingin dan singkatnya dalam berbicara, yang terlalu on point. Bukan apa-apa, dulu Daniel tidak seperti ini, apalagi terhadap seorang perempuan. Ada hal yang merubahnya, menjadi seorang Daniel yang disegani banyak orang.

Karena Minhyun dan Seungwoo tidak kunjung keluar ia akhirnya berangkat sendiri ke tempat tongkrongan biasanya dibelakang sekolah.

Daniel lalu naik dan menghidupkan motornya. Tapi sebelum itu ada suara yang mengintrupsinya.

"Bolos?"

Daniel menolehkan kepalanya kearah sumber suara. Dan mendapati perempuan bernama Sejeong sedang berdiri tidak jauh dari motornya.

Daniel tidak menghiraukan. Dan mulai meng-gas motornya.

"Et-tunggu-tunggu!" Sejeong mendekat kearah Daniel.

Daniel menatap datar Sejeong menunggunya untuk berbicara.

"Aduh gimana ya ngomongnya," Sejeong menggigit bibir bawahnya gugup.

Daniel berdecak, "Apaan sih, minggir gue mau pergi!"

"Gu-gue mau minta tolong," akhirnya ucapan itu keluar dari mulutnya.

Daniel mengangkat sebelah alisnya, "Paan?  gue mau pergi!"

"Plis, gue butuh banget," ucap Sejeong memelas.

"Iya-iya apaan?"

Sejeong menelan ludahnya sebelum berbicara, "gak jadi deh, harusnya gue minta tolong perempuan aja," Sejeong berbalik.

Daniel menghela nafasnya lalu menangkap sesuatu di rok belakang Sejeong yang ditutup-tutupi oleh kedua tangan Sejeong. Daniel mengangguk paham.

"Naik!"

Mendengar itu Sejeong berhenti lalu kembali menatap Daniel. Tatapan tidak mengerti.

"Lo mau gue anterin pulang kan? Buru naik,"

Sejeong masih tidak percaya bagaimana Daniel bisa tahu permintaannya.

"Gue tau rok lo tembus,"

Pipi Sejeong tiba-tiba memanas. Ia malu, sungguh. Harusnya tadi ia meminta teman perempuannya saja untuk mengantarnya pulang.

Daniel melepas jaketnya lalu melemparnya kearah Sejeong. "Pake, iketin di pinggang lo, habis itu cuci, besok balikin,"

Sejeong mengambil jaket itu lalu mengikatkan dipinggangnya. Sehingga bagian rok belakang itu tertutup oleh jaket.

"Ck, lama,"

Sejeong buru-buru naik, tapi ini sungguh susah, ia memakai rok pendek. Sejujurnya ia tidak pernah menaiki motor ninja maka dari itu ia tidak mengerti cara menaikinya.

"Kenapa?"

"Cara naiknya gi-mana?" Gumam Sejeong pelan namun terdengar oleh Daniel.

"Pegang pundak gue, kaki kiri lo nginjek yang itu baru naikin kaki kanan lo," intruksi Daniel diangguki oleh Sejeong.

Sejeong pun menuruti apa kata Daniel, dalam hatinya ia ingin cepat sampai dirumahnya, agar ia bisa memaki dirinya sendiri. Salah siapa ia harus meminta bantuan pada laki-laki semacam Daniel, salah siapa juga ia yang tidak pernah tahu bagaimana cara menaiki motor itu. Sejeong bahkan malu untuk memikirkan itu semua.

Setelah Sejeong naik, Daniel menancap gas motor ninja itu pergi dari sekolah. Soal kenapa Daniel bisa bebas keluar sekolah adalah pak satpam yang menjaga gerbangnya adalah teman tongkrongannya diwarung belakang sekolah, tidak bisa dibilang pak satpam juga karena umurnya tidak jauh dari Daniel.

Dari jauh Seungwoo dan Minhyun terheran, sejak kapan Daniel mau dimintai tolong?

***

Setelah Daniel menanyakan alamat rumah Sejeong. Ia cepat-cepat mengantarnya pulang, pasalnya cuaca kian menggelap, seperti akan hujan.

"Makasih," ucap Sejeong.

"Hm," setelah itu Daniel kembali melajukan motornya pergi.

Sejeong menghela nafasnya, "engga lagi deh gue minta bantuan ke batu kayak gitu,"

Setelah itu Sejeong masuk kedalam rumahnya. Masih dengan pikirannya kenapa bisa-bisanya ia minta tolong Daniel padahal banyak orang yang pasti mau diminta untuk mengantarnya.

"Udah pulang?" Tanya kakak laki-laki Sejeong, Mingyu.

Sejeong mengangguk, "ada something,"

"Dianter siapa?" Tanyanya lagi.

"Temen,"

"Yang laki-laki tadi?"

"Heem,"

"Pacar lo ya?"

Sejeong terlonjak kaget, "bukan! Astaga, mana mau gue sama dia! Ih amit-amit!"

Mingyu tertawa, "biasa aja kali dek, tapi awas hati-hati loh,"

"Hati-hati apaan sih!"

"Takut jatuh cinta entar, kan biasanya dari benci tumbuh cinta," goda Mingyu.

"Apaan sih! Bye!" Sejeong langsung berlari kearah kamarnya.

Ia menutup lalu mengunci kamarnya.

"Gak, gak akan pernah."

***

Tbc

Maaf baru update, wattpad seharian error. Kalian juga kah?

Daniel © 2018

Daniel 2018 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang