BERJABAT TANGAN DAN BERDAMAI

50 1 0
                                    


Sesi break tiba dan aku mendengar langkahmu menuju mejaku sembari sesekali bercanda dengan teman-teman satu bandmu. Aku meremas kedua tanganku saat aku merasa langkahmu semakin dekat tanpa sekalipun aku mengangkat kepalaku.

"Dari mana dek?" kau bertanya sambil mengulurkan tanganmu

Inilah saatnya aku harus berjabat tangan denganmu untuk pertama kalinya setelah luka yang telah kutorehkan dihatimu tujuh tahun yang lalu. Tanpa bisa kucegah, langsung terbayang dalam benakku saat sembilan tahun yang lalu, ketika aku menjabat tanganmu untuk pertama kalinya.

***

"Jadi ini yang namanya Disya? Satu satunya anggota yang belum berhijab ya?" kau berseru sambil tertawa dan menjabat tanganku.

Aku hanya bisa tersenyum malu saat itu. Memang benar, saat itu aku masih kelas X dan belum berhijab. Dan tidak dipungkiri, banyak yang bergunjing tentang itu dibelakangku yang sebenarnya sempat membuatku down dan tidak nyaman. Tapi hari itu kau menguatkan dan meyakinkanku. Hari itu kau menunjukkan bahwa kau berbeda dan punya pemikiran yang lebih luas daripada mereka.

"Kakak tau, ini berat buat kamu. Tapi sebenarnya tidak ada yang salah dari orang yang mau belajar. Apapun yang dikatakan orang, kamu biarin aja. Karena seharusnya mereka malu, menggunjingkan orang yang pingin belajar. Jangan takut, kakak akan back up kamu terus."

Aku hanya menunduk dan menganggukkan kepalaku. Tak ada keberanian untuk menatap matamu. Sampai kau pamit dan mengucapkan salampun aku masih tidak mengangkat kepalaku. Aku berani mengangkat kepala ketika siluet tubuhmu berjalan menjauh.

Tahukah kau? Bahwa hari itu bukan hanya kepercayaan diriku yang bertambah, tapi ada yang kau sentuh di dalam hatiku. Detik itu aku berjanji! Sekiranya bisa, aku tidak ingin mengecewakanmu. Aku akan pegang kepercayaan yang kau berikan. Kau telah mengajarkan padaku untuk menghargai sebuah proses. Bahwa tak perlu menunggu sempurna untuk melakukan hal hal yang baik. Kau memang berbeda, kau mempesona bukan hanya karena wajahmu tetapi karena kebaikan hatimu.

***

"Disya?" panggilanmu membawaku kembali ke saat ini dan meninggalkan kejadian Sembilan tahun yang lalu kala pertama kalinya aku menggenggam tanganmu.

"Dari rumah" sahutku sambil menjabat dan meletakkan tanganmu di keningku layaknya seorang adik yang bertemu dengan kakaknya yang bertahun tahun terpisah.

Dan saat itu aku merasa perang dingin yang selama tujuh tahun ini terjadi harus selesai saat ini juga. Aku tahu bahwa aku adalah penyebab dari semua perang dingin yang terjadi antara kita. Dan menemuimu disini adalah langkah besar yang kuambil untuk berdamai denganmu. Kau adalah lelaki yang pernah mencintaiku dengan segala ketulusanmu. Sungguh aku tidak berharap apapun yang lebih dari sekedar memilikimu sebagai kakakku. Karena rasanya tidak pantas mengharapkan seseorang yang telah kau robek hati dan jiwanya.

Hari ini aku datang mencarimu untuk memenuhisebuah janji yang pernah kuucapkan padamu. Sebuah janji yang karna rasa sakithati dan kecewamu, telah kau lupakan

My D!Where stories live. Discover now