DISYA DIFI

34 0 0
                                    

Setetes air mata jatuh tanpa kusadari. Untung saja restaurant ini mengusung konsep lampu yang temaram. Sehingga tak satupun orang yang tau. Dan untung saja kau sedang berada di stage untuk melanjutkan tugasmu menghibur seluruh pengunjung café. Tak kusangka, hanya dengan mengenang hari-hari itu, akan kembali mengoyak hati yang telah kujahit sedemikian rupa. Ternyata selama ini lukaku belum sembuh. Hatiku belum sepenuhnya melepaskanmu.

"Disya boleh minta no hpny gak? Kata Difi kamu pinter bahasa inggris ya, abang mau dong belajar" kata Bang Andri ketika sesi break kedua tiba.

"oh iya, boleh bang." Kataku lalu mengucapkan sederet nomer.

"oke aku save ya, ini kan nomernya cek dulu" katanya sambil memperlihatkan layar handphonenya.

Aku tercekat. Nama yang ditulisnya mengoyak dan menghancurkan hatiku. Membobol pertahanan yang sejak tadi kubuat.

Nama itu DISYA DIFI!!

Mungkin baginya, itu hal yang lumrah saja. Namaku Disya dan dia mengenalku dari Kak Difi. Sehingga untuk mempermudah pencarian, wajar jika dia menulis Disya Difi, yang artinya Disya yang dia kenal dari Difi. Tak ada yang istimewa.

Tapi bagiku, nama itu istimewa. Nama itu yang pernah kita tuliskan di profile handphone kita. dan kita ukir di halaman belakang buku-buku sekolah kita. DISYA DIFI!! Sebuah penjelasan pada dunia, bahwa kau milikku dan aku milikmu. Dulu..

***

Malam itu aku sedang menerima telepon darimu. Seperti malam-malam seelumnya yang entah kenapa sudah menjadi kebiasaan kita. Dan hari itu, aku tidak banyak berbicara. Hanya mendengarkanmu yang asyik bermain gitar dan bernyanyi. Terlalu banyak yang mengganggu pikiranku hari itu. Salah satunya karena mulai banyak orang-orang yang melirik tak suka padaku disekolah. Termasuk Yani. Temanku yang ternyata mencintaimu sedemikian rupa. Dan mulai menabuhkan gendang perang terhadapku. Juga beberapa anggota organisasi yang kita ikutin. Termasuk juga sikap Kak Finta yang sudah mulai berubah.

"kuingin kau tahu, diriku disini, menanti dirimu. Meski kutunggu hingga ujung waktuku dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya woooo" kau melantunkan lagu kesukaan kita, Cinta dalam hati.

"kak adek mau nanya. Boleh?" Potongku tiba-tiba.

"oh, iya adek mau Tanya apa?" sahutmu serius dan berhenti memainkan gitar.

"Adek mau Tanya, sebenarnya hubungan kita ini apa?" seruku lumayan histeris. Hari itu aku butuh kejelasan akan apa yang belakangan terjadi antara kau dan aku. Karena aku mulai merasakan banyak tekanan dari orang-orang sekitarku. Tapi aku tak tau jelas hubungan seperti apa yang sedang kita jalani ini.

Kau terdiam beberapa detik. Dan akhirnya berkata "Adek dengerin kakak ya, mungkin buat adek ini penting, tapi buat kakak, perasaan kita sudah jelas sekali tanpa harus kakak ucapkan. Sekarang dengerin kakak, adek mau jadi pacar kakak?"

Akhirnya air mata itu menetes dipipiku. Hatiku mendadak hangat dan jantungku berdebar lembut. Kuusap air mata dengan tanganku dan berkata dengan suara sengau, "iya kak, terimakasih sudah mencintaiku."

"kok nangis?"

"gak papa kak."

"besok ketemu ya sayang. Ada yang mau kakak kasi ke kamu"

Sontak aku tertawa mendengar panggilanmu. Maklum saja aku belum terbiasa. "hahahahahahaa"

"kok ketawa??" tanyamu pura-pura marah, tapi akupun mendengar tawa dalam suaramu.

Hari itu aku benar-benar bahagia. aku melingkari tanggal di kalender kamarku. 20 mei 2008.

Saat kau bernyanyi untuk menidurkanku, ada satu kalimat yang berbeda dari biasanya.

My D!Where stories live. Discover now