Namanya DIFI,
Aku biasanya memanggilnya Kak Difi
Melihatku datang, dia tersenyum sekilas dari balik keyboard sambil tetap berkonsentrasi memainkan nada demi nada yang memanjakan telinga para pengunjung restaurant mewah ini.
SENYUMMU itu,
Walaupun hanya tersenyum sekilas, aku bisa mengingat dengan jelas senyum itu. Sembilan tahun yang lalu adalah kali pertama aku melihat senyum tulusnya itu. Sebuah senyum yang beruntai menjadi sebuah cerita yang manis untuk dikenang. Alunan musik mengiringi memoriku yang melaju begitu cepat menuju sembilan tahun yang lalu di sekolah kami.
***
Saat itu, aku baru saja dilantik menjadi pengurus dari organisasi keagamaan di sekolahku, aku dipercaya menjadi salah satu anggota dari departemen Kaderisasi. Ketika aku membaca seluruh nama pengurus yang berada satu departemen denganku, aku melihat namanya, DIFI AL-HAKIM yang menjabat sebagai ketua departemen. Nama yang sangat tidak asing bagiku mengingat seringnya teman temanku bercerita tentangnya. Hanya saja tak pernah sekalipun aku menggubrisnya.
"kamu anggota kader Dis?" Tanya Yani saat waktu istirahat tiba dan kami sedang duduk dibawah pohon yang berada di dekat kantin sekolah.
"iya nih aku juga baru dapet edarannya"
"wah, satu departemen sama Bang Difi dong." Serunya penuh semangat.
"Iya nih, ada namanya disini. Itu yang sering kamu ceritain sama aku kan? Kamu suka?"
"Iya suka! Dia berkharisma!!" seru Yani sambil menutup mata dan mukanya dibuat serius
Aku tertawa melihat gayanya. Yani adalah salah satu dari sekian banyak orang yang tergila gila padamu. Aku memang punya masalah dengan tingkat kepercayaan diri waktu itu. Aku merasa tidak ada yang menarik dari diriku. Jadi aku memutuskan untuk tidak mau terlibat dalam usaha teman-temanku mendekati kakak kakak senior keren yang mereka sukai.
"Nanti salamin ya dari aku. Hehhehee" Kata yani sambil berlari menuju kelasnya.
Aku hanya geleng-geleng kepala melihatnya. Saat itu rasa penasaranku timbul, maka aku berjalan menuju mushala. Aku berniat untuk mencari tau siapa dirimu. Di Mushala ternyata aku bertemu dengan sekertaris departemen yang bernama Finta. Dan aku memutuskan untuk bertanya padanya.
"Kak, Disya mau kenal dong sama ketua kita Kak Difi, soalnya Disya penasaran."
"Penasaran kenapa? karna banyak yang suka ya? hati-hati ntar kamu jatuh cinta loh" jawabnya sambil tertawa.
"Nggak lah kak. cuma penasaran aja sehebat apa sih orangnya?"
"yaudah, yuk ke hijab ntar kakak kenalin"
Aku mengikuti kak Finta menuju hijab yang memisahkan Saf laki-laki dan perempuan di mushala. Aku menunggu sembari Kak Finta mengucapkan salam dan meminta orang yang di balik hijab untuk memangilmu. Begitulah cara kami berkomunikasi di organisasi ini. Dari balik hijab.
"Assalammualaikum" adalah kata yang pertama kali kau ucapkan ketika kita berkenalan. Suaramu yang lembut dan dalam terdengar berkharisma sehingga perlahan aku mengerti mengapa banyak sekali teman teman bahkan kakak kelasku yang terpesona denganmu. Tak terkecuali kakak yang sedang berdiri didepanku ini.
Saat itu aku memang tak bisa melihat wajahmu tapi dari ucapanmu aku bisa merasakan senyummu. Pertemuan yang aku kira tak akan berarti apa apa itu ternyata membawa kita ke pertemuan-pertemuan berikutnya yang ternyata melibatkan banyak senyum, tawa bahkan airmata.

YOU ARE READING
My D!
RomanceKarena semua kisah cinta memiliki cerita masing-masing, Disya juga sedang memperjuangkan apa yang selama ini menyesaki hatinya. walau dia tahu bahwa ada saatnya untuk menyerah, kali ini dia sedang berusaha dan memilih untuk melakukan perjuangan tera...