Chapter. 8

545 224 59
                                    


Fyi:v
Silahkan tekan vote, 🌟 sebelum memulai membaca, lanjut dengan bismillah
Atau baca bismillah dulu baru vote, juga terserah kalian hehehe.
Happy reading;)
#
____________________________________

🌈Jika saat ini kau dirugikan oleh sesuatu yang baik untukmu.
Maka berfikir positif lah serta bertawakal kepada-Nya.
Allah tidak akan mengambil sesuatu tanpa memberi ganti
Allah tidak akan menurunkan hujan tanpa adanya pelangi🌈

*****

Shilla termenung sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ia merasa di khianati oleh perasaanya sendiri. Apa yang telah di usahakannya saat ini berakhir dengan kesia-siaan.

"Aku juga tidak mengerti dengan sikap dia. Ia menghilang begitu saja," lawan bicara Shilla tersebut menghempaskan nafasnya dengan berat, "Ia akan mengkhitbah wanita la-"

"Udah Denias, cukup!" Shilla mengusap wajahnya kasar.

"Jangan kamu teruskan. Sejauh ini aku mengerti alasan dia mengabaikan semua email yang tiga tahun terakhir ku kirim," degup jantungnya berpacu naik-turun.

"Aku saja yang bodoh..." Lirihnya parau, matanya kembali berkaca-kaca. Sedari tadi ia sudah berusaha untuk menahan rasa sakit yang menjalar dari hatinya, "Ucapan laki-laki memang tidak pernah bisa dipercaya."

Denias tampak mulai kikuk, ia sedikit bimbang dengan apa yang sudah ia katakan kepada gadis di hadapannya sekarang.

"Aku tidak meminta kamu untuk melupakannya. Tapi cobalah untuk membuka hati pada laki-laki lain, aku yakin yang mencintai tidak hanya dia!"

Bagaimana bisa aku membuka hati pada yang lain. Sedangkan anak kunciku dia bawa pergi melanglang ke negeri seberang."

"Sudahlah! Terima kasih atas waktu yang sudah kau luangkan untukku. Hari sudah mulai gelap, tidak baik kita berlama-lama berada di sini," ujar Shilla menarik nafas panjang. Ia segera bangkit dari tempat duduknya, sambil membenarkan mimik wajah yang sempat semerawut.

Denias yang duduknya berjarak satu meter dari Shilla juga langsung merubah posisi geraknya, "Aku bawa motor, mau bareng?"

"Ha?"

"Oh, bukan maksud apa-apa. Karena hari mulai magrib. Pasti angkot sudah pada sepi, takutnya ka-"

"Aku dijemput bapak! Takut beliau menunggu lama. Jadi aku langsung balik aja. Assalamualaikum," potong Shilla, bergegas pamit.

"Oh- em- yah. Waalaikumsalam."

Denias menatap nanar kepergian Shilla yang perlahan mulai menjauhinya. Dari jilbab lebar yang ia gunakan saja, gadis itu sudah terlihat keanggunannya. Apalagi melihat rupanya yang menyejukkan mata, oh menenangkan.

"Andaikan aku bisa menatapnya lebih lama, oh..." ucapnya sedikit berkhayal, "Astaghfirullah Denias! Astaghfirullah sadar, dosa. Dia belum halal untukmu."

"Jangan sampai ilmu agama yang kau pelajari belasan tahun ini hanya numpang lewat saja, jangan sampai!!!"
Denias menggelengkan kepalanya dengan beristighfar berkali-kali.

"Kenapa aku kembali menyukainya? Kenapa? Padahal gadis itu pernah menjadi walang dalam hidupku. Ck!"

"Arghh... Istighfar, Astaghfirullah. Tidak baik memendam dendam kepada orang lain. Ingat kau orang terpelajar juga berilmu, jangan hinakan dirimu karena sikap rendahanmu! Astaghfirullah!!!" Denias berbicara sendiri kepada dirinya. Sambil berkali-kali beristighfar!

My CaIm✓ [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang