Chapter. 9

445 195 48
                                    

Fyi:v
Silahkan tekan vote, 🌟 sebelum memulai membaca, lanjut dengan bismillah
Atau baca bismillah dulu baru vote, juga terserah kalian hehehe.
Happy reading;)
#
____________________________________


🦋🦋🦋
Jika kau lebih dulu diperkenalkan dengan yang buruk.
Tapi berfikir positiflah pada Allah
Jangan bersedih dan jangan takut. ingat Allah bersama kita.

Jika kau di suguhkan dengan kebahagiaan jangan lupa untuk bersyukur!
Dan, bila kau di suguhkan dengan kesedihan jangan lupa untuk bersabar!
🦋🦋🦋

Shilla POV

Aku mendengarkan semua penjelasan Denias mengenai laki-laki itu. Yang aku tahu, mereka berdua sangat dekat. Melebihi seorang teman, melainkan sudah seperti saudara.

Dengan wajah muram, kuliat pandangan Denias menerawang jauh. Ia seperti membaca apa yang tersirat dari jauh sana. Sementara aku sudah tidak sabar untuk mendengarkan ceritanya mengenai dia-pemuda yang ku tunggu-tunggu kedatangannya.

Namun air mukaku langsung berubah ketika, ku dengarkan paparan Denias yang menyimpang tentang dia.

"Dia sekarang sudah berubah, Shil. Dia tidak sebaik yang kita kenal dulu."

"Maksud kamu?"

"Aku tidak tahu harus mulai dari mana menjelaskan semuanya kepada mu. Yang jelas, Dia sudah melupakan kamu dari 3 tahun terakhir!Itu yang dia katakan kepadaku."

Deg!

"Dia bilang, dia sudah menemukan gadis lain. Kamu bukan lagi alasannya untuk melanjutkan pendidikannya di Cairo. Dan kamu juga bukan alasannya untuk kembali ke Indonesia!"

"Sialnya. Aku juga tidak tahu dia di mana sekarang."

Aku menolak pernyataan itu! Ya, aku sangat tidak percaya dengan semua yang Denias katakan. Semua yang dipaparkan Denias hanyalah leluconan. Aku berfikir begitu. Aku tidak percaya dengan apa yang sudah pemuda itu katakan mengenai Arkham

"Kamu mau mempercayainya atau tidak, itu terserah kamu Shilla. Aku hanya tidak ingin melihat mu terus-menerus menunggu yang tidak pasti. Mungkin ini mengecewakan bagi mu. Tapi, aku juga tidak ingin membiarkan kamu berada dalam keambiguan ini."

"Aku juga tidak mengerti dengan sikap dia. Ia menghilang begitu saja. Ia akan mengkhitbah wanita la-"

Aku mulai muak mendengarkan kata-kata yang dikeluarkan oleh Denias. Ia berucap seperti tanpa beban. Sementara aku yang mendengarkannya merasa tersiksa juga terluka.

Aku memotong pembicaraan dengan Denias. Sungguh aku tidak ingin pemuda itu menuntaskan setiap kalimat yang keluar dari bibirnya.
Sudah sakit aku merasakan berjuang menahankan hati untuknya. Dan kini apa yang ku dapat? Aku mendapatkan jawaban pukulan telak dari apa yang mengganjal di pikiranku.

"Udah Denias, cukup!"

"Jangan kamu teruskan. Sejauh ini aku mengerti alasan dia mengabaikan semua email yang tiga tahun terakhir ku kirim,"

My CaIm✓ [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang