Chapter. 7

524 251 63
                                    

Fyi:v
Silahkan tekan vote, 🌟 sebelum memulai membaca, lanjut dengan bismillah
Atau baca bismillah dulu baru vote, juga terserah kalian hehehe.
Happy reading;)
#
____________________________________

🧡🧡

Jika suatu hari kau pernah merasa rugi akan sesuatu yang tidak kau sangka. Maka sesungguhnya Allah suatu hari akan memberimu rezeki yang tidak pernah kau kira akan memilikinya.
🧡🧡

Denias POV

Dulu aku pernah berfikir bahwa semua yang ku inginkan selalu bisa ku dapatkan. Apapun itu. Aku terlahir dari keluarga berada juga taat beragama. Ayahku adalah seorang pemuka agama juga pemuka adat di Minangkabau.

Kami berasal dari keluarga terpandang juga penganut adat yang kental, pepatah Minang mengatakan "Ndak lapuak dek hujan ndak lekang dek paneh," tidak mudah luntur! Begitulah kuatnya adat yang kami anut. Ayahku memiliki kedudukan tertinggi pada salah satu suku yang ada di Minang. Selain itu ayah juga memiliki sebuah pondok pesantren yang cukup terkenal.

Namun aku sebagai anak tunggalnya-beliau, lebih memilih bersekolah di sekolah umum. Setelah tamat dari Ibtidaiyah, aku melanjutkan ke Tsanawiyah, kemudian ke Aliyah negeri.
Padahal keinginanku tersebut sempat ditentang oleh kedua orang tuaku. Mereka ingin aku belajar di pondok pesantren yang dikelola oleh keluargaku. Sejujurnya mereka takut aku akan terjerumus pada pergaulan bebas yang awam dilakukan oleh siswa-siswi pada sekolah umum biasanya.

Siswa dan siswi dipertemukan dalam satu ruang yang sama. Ayah dan bunda sangat menyayangkan hal tersebut. Mereka ingin, aku menjadi laki-laki sholeh dan mampu menjaga harga diri dan, martabat suku kami. "Jan sampai mancoreang arang di kaniang amak apak!" Begitu penuturan Ayah. Jangan sampai membuat malu keluarga karena sebuah kesalahan. Contohnya pergaulan bebas yang di lakukan oleh anak-anak sekolah semasa itu.

Namun karena keinginanku yang terlalu kuat akhirnya bunda meluluskan permintaanku. Namun pada akhirnya ayah tidak juga memberikan izinnya sampai aku tamat dari Aliyah.

Dan dari sinilah di mulai robohnya puing impianku.

Aku jatuh hati pertama kalinya dengan seorang siswi dari kelasku. Perasaan itu di mulai ketika kami sama-sama mengikuti Masa Orientasi Siswa, aku mulai menyukainya. Aku pikir itu hanya perasaan biasa, rasa simpatik sebagai teman. Di karenakan ia sosok gadis yang baik, cantik, pintar, murah senyum, juga sedikit pemalu. Namun, aku salah!

Diam-diam aku mengagumi sosok gadis itu. Ku beranikan menyebut namanya dalam doa'. Ku susun huruf demi huruf hingga menjadi kata-kata yang bermakna. Ku rangkai kata-kata indah untuknya hingga menjadi kalimat cinta. Ku tulis kalimat cinta setiap harinya dalam bentuk paragraf romansa. Ku rajut bait-bait puisiku untuknya hingga mampu getarkan jiwa pencinta. Ku berikan perhatian khusus hanya untuknya semata. Namun sayangnya aku terlalu pecundang! Aku hanya mampu menyimpan kata cinta ku dalam diam. Beribu sudah surat cinta ku tulis, tapi tak pernah satupun ku berikan kepadanya.

Sampai pada akhirnya aku mengerutuki diriku sendiri. Ia, gadis yang ku cinta terang-terangan menyatakan cintanya kepada sahabatku sendiri. Aku manangisi diri. Aku dibuat patah sebelum tumbuh. Aku dibuat hancur menjadi serpihan kecil. Aku mulai membenci apa yang menjadi kecintaanku sebelumnya.

Sikap uring-uringan ku terhendus oleh ayahku. Sampai beliau menemukan tiga kardus penuh, berisi surat yang pernah ku tulis untuknya. Orang tua ku bukan simpatik lantaran melihat keadaanku, tapi malah memarahiku. Terlebih-lebih ayah yang begitu sangat murka.

Aku yang dulunya bercita-cita melanjutkan pendidikan ku ke Oxford university terpaksa harus di batalkan. Beliau merubah impianku dan memaksa ku melanjutkan kuliah di University Al Azhar. Yang sama sekali tidak pernah tertulis dalam list impianku. Alasanku karena aku tidak suka di belenggu oleh aturan-aturan adat dan agama.

Gadis itulah penyebab utama hancurnya puing impianku.

Dulu, aku mencintainya dan kemudian aku membencinya. tapi sekarang, kurasa perasaan itu akan kembali seperti semula.

Gadis itu berada di hadapanku saat ini. Ia membelakangi ku, dari sejauh satu meter aku berada dibelakangnya.

Mungkin aku akan akan jatuh cinta kembali. Dengan segala daya tarik yang ia miliki, ia mampu membangkitkan perasaanku yang dulu sempat terkubur.

Hari ini, awal pertemuan kami setelah cukup lama berpisah

"Ehhm..."

"Assalamualaikum..."

Suaraku terdengar berat dan sedikit serak. Namun sukses membuatnya menoleh kebelakang, menatapku.

Slow respon

Dia menatapku sedikit bingung dengan memicingkan mata bundarnya yang cukup lentik.

"Waalaikumsalam..." Jawabnya tersenyum. Membentuk lengkungan sabit di bibirnya.

Deg!

Jantungku berpacu sangat cepat, berdegup keras. Aliran darahku memanas terasa sampai ke ubun-ubun kepala. Senyuman itu menghentikan perputaran waktuku.

To be continue

Di part ini cukup pendek :)
Semoga aja para pembaca yang budiman suka heheheh.
Doakan semoga author biar punya banyak ide buat nulis, ya. Hehehe.

Jejaknya jangan lupa, guys. Vote, comment, dan share kalau kamu suka cerita aku!

Salam hangat, sehangat mentari dari author untuk kalian semua hehehe.

See you bye-bye on the next chapter. Wassalamu'alaikum

My CaIm✓ [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang