Mas Lucnut #2

140 8 0
                                    

Chapter #2 : Mas Lucnut!

• • •

Kereta arah Jogja-Jakarta melaju kencang. Kereta ini membawaku kembali dari rumah ke kampus. Tidak. Ini benar, rumah. Rumah di Jogja. Aku pulang ke rumahku karena Abang yang kucintai dengan sangat menjengkelkan menipuku setelah membuat kehebohan luar biasa. Berdalih mengatakan Mama jatuh sakit hingga diopname padahal yang terjadi sesungguhnya adalah. . .

“. . . Iya, memang Mama sakit diopname, Ka.”

“. . . Sekarang lagi rawat jalan.”

“. . . Ka, yang sakit bukan Ibu, tapi Mama.”

“. . . Si Empus, Ka. Mama-nya para kucing, ya ampun. Dasar bodoh.”

Bodoh matamu!

“Abang nggak tau aja aku sampai rela ambil cuti ke Jogja. Padahal lagi ujian. Mana matkulnya dosen killer. Siapa yang nggak kesel coba jauh-jauh pergi ternyata di sana cuma dibohongi.”

Ih! Pengin jorokin Abang ke jurang!

Berpikir kalau kekesalanku itu sia-sia, aku memilih bersandar di kursi kereta. Pemandangan di luar masih tampak seperti biasa. Jejeran rumah-rumah. Atau kumpulan sepeda motor yang menunggu palang terbuka.

Aku terdiam. Memasang earphone sembari memejamkan mata. Ini hal yang biasa aku lakukan di kereta. Saat aku tak memiliki teman bicara, aku akan mengelilingi duniaku sendiri. Waktu Yang Salah milik Fiersa Besari mengalun lembut di telinga. Ini lebih baik. Aku merasakan duniaku semakin lengkap.

Ketika ketenangan itu kudapat, dering pesan mengejutkanku. Dengan earphone di telinga, tentu saja suara itu terdengar lebih keras.


Aku mendengus begitu mendapati Abang mengirimkanku spam chat. “Bau-baunya sih nggak penting. Blokir aja kali, ya."

Jujur. Punya Abang kayak Abang itu capek fisik capek batin. Apalagi kalau bikin ulah. Nyumpahin nggak bisa. Nggak disumpahin nggak puas.

Setengah hati aku membuka chat antara aku dan Abang. Dan hasilnya, "Sudah kuduga. Sialan memang."

Di atas layar ponsel, Abang mengirim gambar Mama yang sudah sehat bugar lebih dari 30 foto. Dengan pose yang sama, angle yang sama. Kalau bukan karena waktu pengambilan gambar yang tertera di ujung foto, aku ragu Abang sengaja mengirim satu foto yang sama.


Mas Lucnut : Mama sembuh, Dek.

Lengka : Cari pacar sana!

Mas Lucnut : Nggak ada hubungannya _-

Lengka : Ya ada.

Lengka : Biar kalau Abang mau curhat bisa sama pacar.

Lengka : Eh, memang ada yang mau sama Abang?

Mas Lucnut : Adek Durhaka!!!

P O R T R A I TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang