Bunyi alaram menggema di suatu kamar bernuansa hitam putih, tapi sang empu masih tidur merasa tak terganggu sama sekali.
Ketuka pintu sudah beberapa kali terdengar tetapi tidak ada sautan apa pun dari dalam.
"Farrel bangun, udah jam berapa ini nanti kamu telat loh ke sekolah" Ujar Ayumi wanita paruh baya yang masih terbilang cantik.
Masih tak ada respon sama sekali Ayumi menyibakkan selimut yang menutup badan putra tunggalnya itu.
"Kamu itu tidur kok udah kaya mayat aja sih, susah banget di banguninnya" Ujar Ayumi geram membangunkan putranya itu.
Ayumi mendekati jendela dan mulai menggeser tirainya sehingga pantulan sinar matahari tepat mengenai wajah Farrel.
Farrel mengerjapkan matanya membiasakan sinar yang datang tepat ke arah matanya, ia lalu mengubah posisi tidurnya menjadi duduk.
Ibunya sudah berkacak pinggang di dekat jendela sambil geleng-geleng kepala melihat tingah anaknya itu.
"Morning bu" Ujar Farrel sambil merenggangkan otot-otot badannya.
"Morning too sayang, sana cepet mandi nanti kamu telat lagi ke sekolahnya" Ujar Ayumi melembut.
Farrel berdiri dari kasurnya ia berjalan menuju ibunya mengecup singkat pipi ibunya dan melanjutkan ritual paginya.
***
Gadis itu turun dari kamarnya yang terletak di lantai dua menuju ruang makan.
Sepi itulah yang ia lihat, hanya ada seorang pembantu yang sedang menyajikan sebuah makanan di atas meja makan.
"Mamah sama papah ga pulang lagi ya Bi?" Tanya gadis itu.
"Iya neng ibu sama bapak belum pulang dari kemarin" Jawab Bi Ijah.
Mendudukkan dirinya di kursi menatap ke arah samping kanannya tempat dimana sang ibu duduk dulu.
"Bi, Bibi temenin aku makan aja ya di sini" Ujar Talisha ketika melihat Bi Ijah akan pergi kembali ke dapur.
Bi Ijah menatap anak tuan dan nyonya itu dengan tatapan sendu seakan-akan tau apa yang sedang di rasakan Talisha.
Setelah menimang lama akan permintaan Talisha itu akhirnya Bi Ijah mengangguk pertanda setuju untuk menemani Talisha makan pagi ini.
Setelah selesai makan Talisha berpamit pergi ke sekolah kepada Bi Ijah, ia berjalan menuju pintu keluar menghampiri Pak Ilham supir keluarganya yang sudah menunggu Talisha di samping mobil milik keluarganya itu.
Selama perjalanan menuju sekolah Talisha hanya diam memandang keluar kaca mobil.
Baru saja setengah perjalanan menuju sekolah tiba-tiba mobil yang Talisha tumpangi berhenti.
"Ada apa pak, kok berhenti?" Tanya Talisha ke Pak Ilham.
"Kayanya bannya bocor neng, sebentar bapak liat dulu ya neng" Ujar Pak Ilham keluar dari mobil.
Melihat Pak Ilham yang kebingungan Talisha ikut keluar dari mobil.
"Gimana pak, bannya beneran bocor?" Tanya Talisha.
"Aduh iya neng bannya bocor" Ujar Pak Ilham kebingungan menatap ban mobil majikannya itu.
Melihat arloji putihnya yang berada di tangan kirinya, ia mulai resah karena bel masuk belajar akan segera di mulai.
Melihat sekeliling tidak ada kendaraan yang bisa ia naiki untuk pergi ke sekolah, mata Talisha secara tak sengaja menangkap seseorang yang sangat ia kenal dari kejauhan.
Talisha berlari ke tengah jalan untuk memberhentikan Farrel yang sedang melajukan motornya.
"My Ice Man" Teriak Talisha sambil membentangkan tangannya.
Farrel mengerem motornya mendadak sebelum mengenai gadis gila yang sedang berdiri di depannya ini.
Membuka helmnya untuk melihat dengan jelas siapa gadis yang sedang berdiri sambil membentangkan tangannya tersebut.
"Mau cari mati ya lo, minggir gue mau lewat" Ucap Farrel kesal.
Farrel tambah kesal saat gadis itu malah mendekatinya bukan minggir.
"My Ice Man gue nebeng ya? Mobil gue eh maksudnya mobil orang tua gue bannya bocor" Tanya Talisha sambil memandang Pak Ilham yang masih kebingungan.
"Masa lo ga kasian ke gue, ini udah hampir bel masuk sekolah" Lanjut Talisha dengan muka melas yang ia buat-buat.
Farrel melihat seorang pria baruh baya yang sedang menatap ia dan Talisha, merasa kasihan dengan pria baruh baya tersebut Farrel menghela napas sebentar.
"Naik" Satu kata lolos dari bibir Farrel.
Bukannya naik Talisha malah bengong mendengar apa yang barusan Farrel ucapan tadi.
Merasa tak ada sautan Farrel menengok ke arah kirinya, ia melihat Talisha bukannya naik malah melongo seperti itu.
"Naik sekarang atau engga sama sekali" Ujar Farrel geram dengan tingkah Talisha.
Talisha mengerjapkan matanya ketika kesadarannya sudah kembali.
"Eh iyaiya" Ujar Talisha masih belum percaya karena bisa di bonceng oleh Farrel.
Memakai kembali helmnya dan mulai menjalankan motornya kembali.
Selama di perjalanan hanya Talisha yang selalu bicara sedangkan Farrel ia hanya diam memfokuskan matanya ke jalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choose
Teen FictionBagaimana jadinya disaat orang yang selama ini kita cari ternyata berada di sekeliling kita tanpa kita sadari? Namun di saat kebahagiaan itu datang satu persatu kebenaran terbongkar, kebenaran yang ga pernah lo percaya bahwa selama ini orang yang lo...