Bab 5 : Cowo Aneh (Revisi)

60 6 1
                                    

Setiap pulang sekolah Talisha selalu datang ke rumah sakit hanya untuk melihat keadaan adiknya, Talisha selalu datang lagi dan lagi meskipun ia sudah sering di usir oleh ibunya.

Langkah Talisha terhenti ketika ia tak sengaja mendengar percakapan dua orang paruh baya.

"Udahlah mah gausah di ungkit-ungkit lagi masalah itu" Ujar pria paruh baya menenangkan.

"Gimana mamah mau ngelupain masalah itu pah, anak itu yang udah bikin Talia kayak gini sekarang" Jawab wanita paruh baya itu menangis.

Menjauh itulah yang hanya bisa Talisha lakukan saat ini, menatap awan yang sudah hampir gelap ia memutuskan untuk menenangkan pikirannya sejenak.

***

Kota sudah menjadi gelap di temani hujan yang turun perlahan, seolah tau bahwa ia sedang bersedih.

Talisha menatap ke arah jendela besar di pinggirnya menatap seorang anak yang sedang tertawa lepas bersama ibunya, entah apa yang mereka tertawakan.

Suara petikan gitar membuat Talisha berhenti menatap ke luar jendela ia mulai menatap kosong cangkir tehnya yang belum ia minum sama sekali.

Talisha kaget saat ia menyadari bahwa sudah ada seseorang di depannya yang sedang memperhatikannya dirinya sedari tadi.

Mata lelaki itu menatap ke arah Talisha sambil tersenyum tipis.

"Hai gue Reon" Ujar lelaki tersebut sambil menjulurkan tangannya.

Talisha hanya menatap sekilas tanpa merespon apa pun.

"Gue duduk di sini soalnya semua meja udah penuh yang kosong cuman di sini, gapapa kan?" Ujar lelaki itu kembali berbicara.

Merasa di abaikan lelaki tersebut menatap intens Talisha.

"Lo kabur dari rumah gara-gara lo ga di beliin mobil?" Tanya Reon.

"Atau karena kartu kredit lo di blokir sama orang tua lo?" Tanya Reon lagi.

Talisha hanya menatap kesal lelaki yang berada di hadapannya itu.

"Oh gue tau pasti lo abis putus kan sama pacar lo gara-gara ada cewek yang lebih cakep dari lo?" Tanya Reon lagi dan lagi.

"Jadi orang jangan sotoy deh" Jawab Talisha sinis.

Lelaki itu hanya tersenyum tipis ketika mendengar Talisha berbicara.

"Kenapa lo malah liatin gue bukannya pergi juga" Sinis Talisha.

"Gue kira tadi lo kesambet" Ujar Reon tertawa kecil.

"Gue kan udah bilang gak ada tempat kosong lagi makanya gue duduk di depan lo" Ujar Reon.

"Jadi nama lo Talisha, bagus juga" Ucap Reon mengangguk-anggukan kepalanya.

Talisha hanya memandang aneh lelaki di depannya ini.

"Awas naksir lagi ngeliat gue mulu" Ujar Reon.

"Kepedean lo siapa juga yang mau suka sama cowo ga jelas kaya lo" Jawab Talisha sinis.

"Wish sinis banget, hati-hati entar naksir beneran" Ucap Reon tertawa kecil.

Merasa kesal Talisha berdiri dari duduknya berniat meninggalkan lelaki asing itu.

"Loh mau kemana, lo udah beneran naksir sama gue?" Teriak Reon sambil tertawa.

***

Gelap itulah yang pertama kali di lihat seseorang ketika membuka pintu perlahan, ia masuk ke dalam rumah tersebut dengan mengandap-endap.

Tiba-tiba saja lampu di nyalakan, ia melihat seorang pria tua yang tak lain adalah ayahnya yang sedang berdiri di dekat saklar lampu.

"Dari mana kamu Reon?" Tanya pria tersebut.

Yang di tanya hanya diam tak menyaut.

"Kamu abis nongkrong lagi, kenapa diam jawab papah" Tanya pria itu dengan emosi.

"Tugas kamu tuh hanya belajar Reon" Ujar pria tersebut emosi.

"Mau sampe kapan papah selalu ngatur kehidupan Reon ? Reon bukan anak kecil lagi pah yang selalu ngeiyain permintaan papah" Jawab Reon.

Merasa kesal Reon pergi meninggalkan papahnya tersebut menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

"Reon kamu mau kemana papah belum selesai bicara sama kamu" Teriak pria tersebut menatap kepergian anaknya.

"Reon capek, Reon mau tidur" Jawab Reon tanpa menengok ke arah papahnya.

Papah Reon hanya menggelengkan kepalanya , ia memaklumi bahwa anaknya itu masih menyalahkannya akan kejadian beberapa tahun yang lalu.





ChooseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang