Maybe No and Never to Meet Her Again

12 1 0
                                    


Ariq POV

"Jadi?" Ayo Ariq sekarang atau tidak sama sekali

"Audrey ayo bersiap" seseorang memanggil nya

"Aku kesana dulu yaa" dia langsung pergi
Oh tidak , pengecut kau Ariq bilang saja padanya apa susah nya

"Eh,tunggu"dia tak lagi mendengar ku
Oh pengecut kau.
Aku menonton pertunjukan tersebut. Aku menikmatinya. Bukan. Bukan pertunjukan nya. Tetapi melihat nya. Sebuah pertunjukkan menakjubkan hanya karena dia. Karena dia ada

*Kring Kring* Mama ku menelfon

"Halo" aku mendengar suara Mama di seberang sana

"Iya ma?"sebenarnya aku tau mama hanya ingin mengingatkan ku untuk segera pulang

Tidak. Aku bukan anak manja yang tidak boleh pulang terlalu malam.

"Barang-barang mu sudah di packing?  Kita langsung berangkat ke bandara tengah malam. Tiket nya yang dapat pesawat subuh" Ya. Mama ku menelfon Karena aku akan pergi. Pergi dalam waktu yang lama

"Baiklah Ariq akan pulang" aku tadi naik motor

Lalu sambungan telepon terputus
Pertunjukan nya hampir selesai. Aku menghampiri Ivander. Mungkin tak sempat jika aku harus ke belakang panggung menemuinya. bukan hanya tak sempat. Aku tak mampu. Aku tak kuat harus berpisah lagi

"Van,gue pulang dulu,mau packing. Mungkin langsung berangkat ke bandara" Ivander berusaha fokus mendengar kan ku karena suara musik yang keras

"Kok sekarang,gak pamit dulu ke Audrey?" Aku menggeleng

"Orang tua gua udah nyuruh pulang karna gua pesawat subuh jadi harus berangkat malam ini" seperti berat melepas,namun dia mengangguk. Kami ber tos ala kami.

"Hati-hati bro" aku tersenyum

"Gua titip pesan ya" Ivander mengangguk

Aku menuliskannya di secarik kertas yang sengaja ku minta pada penonton lain

"Maaf sudah mengganggu hidupmu. Doakan aku menang ya,maaf tak menonton pertunjukan mu sampai habis. Bukan karena pertunjukan mu jelek. Itu pertunjukkan yang sangat menakjubkan. Aku harus berangkat ke Jakarta. Mungkin sampai kenaikan kelas atau lebih. Itu tak pasti. Ada pesan yang ingin kusampaikan namun tak mungkin disini. Jika takdir menghendaki kita bertemu lagi,akan ku sampaikan. Aku berjanji"

Ivander menerima surat tersebut

"Semoga berhasil"dia menepuk bahu ku
Dan aku berlalu pergi sambil melihat ke arah panggung

Audrey POV

Aku akhirnya selesai tampil. Dengan hebohnya Nadira berlari ke arah ku bersama Ivander

"Wwaaaahhh di the best performence in my life oh my god,Congratulation girl" mungkin sebaiknya aku menutup telinga ku dulu sebelum turun panggung

Dira melepaskan pelukannya,gantian Ivander memberi selamat pada ku,hanya jabat tangan

"Mana Ariq?"Nadira langsung tersenyum jahil. Namum tidak dengan Ivander. Biasanya mereka kompak.

"Ariq sudah pulang setengah jam yang lalu,dia bilang akan berkemas lalu langsung berangkat ke bandara karena pesawat nya berangkat Subuh,oh ya,dia nitip pesan" ada secarik kertas. Namun aku tak membaca nya sekarang. Aku permisi ke mereka untuk keluar sebentar

Disini sangat ramai. Namun aku berhasil keluar.

Tidak,aku tak langsung membuka nya. Ntah kenapa aku takut. Aku takut membaca nya. Aku tak siap.Surat itu tak jadi ku baca.

UnbelievableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang