Sepotong Kisah

182 41 2
                                    

Cerita ini aku re-upload ya dari fireflies kemarin.

Ada sedikit perubahan dialur. Semoga masih suka.

Jangan lupa buat tinggalin jejak kalian di cerita aku

yang masih perlu kritik dan saran ini.

Thankyou~

****

Untukmu: Seseorang yang pernah ku panggil, sayang..


Usai kalimat dari buku ini berakhir,

mungkin kamu akan bertanya padaku

mengapa aku masih bisa menuliskannya tanpa rasa bersalah

atau mungkin ada rasa sesal yang belum terbayar.

Sayangnya aku hanya ingin kamu tahu,

bahwa setelah beberapa tahun silam,

sejak pertemuan terakhir kita,

ini menjadi dukaku yang mendalam.

Meskipun di kehidupan nyatanya,

aku tetap menjalankan hidup dengan baik-baik saja

Tapi kamu tahu kan, bahwa hatiku masih saja berhenti di kamu?

Berhenti dengan semua kisah kita


Katamu aku ini konyol,

perempuan yang mudah sekali ditebak dalam kondisi dan situasi tertentu.

Benar, mungkin kamu memang benar.

Hanya kamu yang mampu menebak dan tahu jalan pikirku.

Kamu tahu?

Setelah aku kehilangan kamu beberapa tahun yang lalu,

ada sesak yang kurasa di dalam dada

dan aku tidak tahu bagaimana cara mengisinya agar tidak menjadi hampa.

Aku tahu caranya berkenalan dengan banyak manusia

Kamu juga tahu, aku pandai merangkai kata untuk dapat bicara.

Tapi... tidak.

Nyatanya tidak semua orang mengerti sebuah kata yang aku rangkai, tepatnya aku ucapkan.

Mungkin juga begitu dengan kamu yang (sekarang).

Bagaimana kabarmu saat ini?

Baik-baik saja, kan?

Sepertinya luka di dadamu lebih cepat membaik ketimbang aku.

Aku yang dengan bodohnya menyakiti diri sendiri.

Kamu tahu?

Aku banyak belajar darimu hingga mereka bilang aku ini fasih merangkai kata cinta dan kawan-kawannya.

Mereka salah. Mereka pasti belum pernah bertemu denganmu.

Darimu, aku belajar mengeja arti cinta.

Kenapa harus dieja?

Karna bagiku sebelum fasih mengatakannya, kamu harus fasih mengeja tiap hurufnya

Begitupun dengan perasaan, sebelum kamu fasih mendiskripsikannya kamu harus fasih menyampaikannya

Menyampaikan bukan sekadar kata namun juga tindakan.


Kamu pasti akan berkata, aku egois saat membaca awal cerita ini.

Perempuan yang kamu temui saat umurnya masih belasan tahun

Apa aku menyesal? Tidak.

Aku tahu tidak akan terjadi apa-apa setelah aku mengatakan, 'aku menyesal'.

Pun aku menulis ini, kukira sesaknya akan berkurang,

ternyata belum dan masih saja berlanjut.

Kata maaf dan terima kasih selalu setia di ujung bibirku,

hingga saat nanti waktunya kita bertemu lagi

Entah masih dengan seorang diri atau kita akan benar-benar kembali.



Dariku yang pernah kau panggil sayang


Lucetta.


Sepotong Kisah (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang