Dua

18K 1.9K 187
                                    

Runa menarik selimut hingga sebatas bahu, matanya masih terpejam saat tangan besar menyentuh bahunya.

"Runa," panggil Irsyad. Lelaki yang sudah bersiap berangkat kerja itu duduk di sisi ranjang.

"Hemh," gumam Runa yang semakin mengeratkan selimutnya.

Irsyad tertawa kecil melihat wajah tidur istrinya. Terlihat lelah namun tetap manis. "Semalam begadang?" Tanya Irsyad.

"Hemh," sahut Runa dalam keadaan setengah sadar. "Kakak semalaman melek terus, aku baru tidur subuh tadi,"ucap Runa masih dengan mata terpejam. Suaranya terdengar lemah dan parau, sepertinya ia benar-benar kurang tidur.

Irsyad mengusap rambut perempuan itu sambil mengambil napas dalam. "Kakak aku titip ke Mama dulu ya?" Ucap Irsyad.

Perempuan yang tidur hanya menggunakan tanktop hitam itu langsung bangun setelah mendengar ucapan suaminya. Ia duduk di sebelah Irsyad, matanya yang masih mengantuk dipaksa untuk terbuka lebar.

"Enggak usah, aku enggak ngantuk kok, kamu mau berangkat ya? Aku bikinin sarapan dulu," ucap Runa. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Terburu-buru beranjak dari ranjang dan bergerak seperti orang kebingungan.

"Runa," panggil Irsyad lembut. Matanya mengawasi Runa yang mondar mandir di kamar tanpa arah yang jelas.

"Iya Ayah, iya, apa sandwich? telur ceplok? telur dadar? ah... sosis goreng aja ya," tanya Runa beruntun, membuat Irsyad menarik tangannya dan menyuruh perempuan itu duduk.

Irsyad jonggkok di depan Runa sambil mengenggam tangan istrinya. "Aku udah sarapan, kamu tidur aja ya, Kakak aku titip di rumah Mama, nanti kalau ka-"

"Jangan, aku udah cukup kok tidurnya," potong Runa.

Sentilan di kening membuat Runa mengaduh. Ia meringis sambil mengusap bagian yang terasa sakit.

"Mata masih beler gitu, di bilang cukup, udah nurut sama suami, kamu tidur, Kakak aku titip di Mama," ucap Irsyad yang bangkit dan mengambil tas milik Akia yang tersimpan dilemari.

Runa bergegas ke kamar mandi. Ia mencuci wajahnya dengan cepat, demi apapun ia tak mau anaknya di titipkan ke ibu mertuanya, bisa di pandang buruk dirinya nanti. Ia tak mau sampai ada ucapan bahwa ia tak becus mengurus anak dan suami. Lagipula masa iya, suaminya kerja ia enak-enakkan tidur sedangkan anaknya di titipkan ke mertua.

Runa keluar dari kamar mandi tepat saat Irsyad menggendong Akia. Gendongan bayi terpasang di tubuh lelaki yang sudah rapi dengan outfit kerjanya itu. Dengan langkah lebar perempuan yang sudah mengganti pakaiannya itu menghampiri Akia dan menyambar anaknya terlebih dulu di bandingkan Irsyad.

"Aku udah segar, udah enggak ngantuk lagi, Kakak sama aku aja ya, Ayah berangkat aja, udah siang juga 'kan, udah sana buruan berangkat," ucap Runa yang sudah menggendong Akia. Satu tangannya mendorong Irsyad agar bergegas pergi.

"Kamu yakin?" Tanya Irsyad tak percaya.

"Yakin, biasanya juga aku yang jaga Kakak, udah sana berangkat," usir Runa.

"Iya udah, kalau kamu ngantuk-"

"Enggak kok enggak, nih aku melek," potong Runa lagi, ia juga menepuk-nepuk lembut pipinya.

Irsyad menghela napas.

"Aku berangkat, ati-ati ya," ucap Irsyad, ia melepaskan gendongan bayi dari tubuhnya kemudian menyerahkan pada Runa.

"Iya," sahut Runa.

"Kakak cantik anaknya Ayah, jangan nakal ya, nanti Ayah pulang kita main ya," pamit Irsyad pada anaknya. Akia menyambut suara Ayahnya dengan senyuman. Wajah bayi itu terlihat sumringah sekali membuat hati Irsyad merasa hangat.

Meragu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang