LIBUR TELAH TIBA

14.3K 1.8K 166
                                    

Kecipak air membuat tidur Irsyad terganggu. Kelopak matanya perlahan terangkat menampilkan iris hitamnya. Tangannya bergerak di sisi ranjang lainnya.

Kosong.

Tak ada siapapun.

Lipatan di keningnya muncul mengetahui istrinya tak berada di sana. Matanya mengedar ke sekeliling ruangan, sedikit menyipit ketika cahaya matahari yang memantul ke pintu kaca. Mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan dengan lingkungan.

Bibirnya melengkung begitu melihat sang istri dari pintu kaca. Perempuan itu sedang duduk di tepi kolam yang berada tepat di depan kamar mereka. Irsyad beringsut dari tempatnya. Dengan tubuh bagian atasnya yang polos dan celana boxernya ia mendekati Runa.

Istrinya itu seperti tak menyadari kehadiran sang suami. Kepalanya menengadah ke langit, Matanya terpejam, kakinya bergerak memecah air di dalam kolam.

Cup.

Kecupan singkat itu mendarat tepat diatas bibir Runa. Membuatnya membuka mata dan mendapati Irsyad berdiri membungkuk di belakangnya. Senyumnya merekah, membuat Irsyad gemas tak tahan ingin mencubit pipi istrinya.

"Kowk Uwdah bangwun?" Tanya Runa dengan mulut mencucu karena tangkupan Irsyad di wajahnya.

"Kamu berisik, jadi aku bangun," jawab Irsyad sedikit menggunjang wajah Runa.

"Sowri," balas Runa.

"Iya enggak apa-apa," sahut Irsyad. Dan sekali lagi ciumannya mendarat di bibir Runa.

Irsyad melepaskan tangkupan di wajah Runa. Ia ikut duduk bersama istrinya, posisinya yang berada di belakang Runa membuatnya bebas memeluk sang istri. Runa hanya tertawa kecil ketika Irsyad menciumi sekitaran leher dan bahunya yang terbuka karena kaos oversize ia gunakan.

"Geli tau,"protes Runa sambil terkekeh.

"Wangi, kamu udah mandi?" Tanya Irsyad.

"Udah, 'kan kita mau jalan-jalan makanya aku udah mandi dari jam tujuh tadi, kamu lama banget jam segini baru bangun," sahut Runa dengan bibir mencebik.

"Emang sekarang jam berapa?" Tanya Irsyad. Dagunya sudah bertopang di bahu Runa. Runa bergidik tiap kali Irsyad berbicara, hembusan napasnya menerpa kulit leher dan itu membuat Runa kegelian.

"Jam sembilan, dan aku belum sarapan," jawab Runa.

"Kenapa enggak pesan makanan aja?" Ucap Irsyad sambil mengelus rambut Runa.

"Mau makan bareng kamu," jawab Runa. Kepalanya menoleh memandang wajah yang juga tengah menatapnya.

Seulas senyum kembali menghiasi wajah Irsyad. "Ya udah kamu pesan dulu sana, aku mandi dulu ya," ucapnya. Sebelum berdiri ia kembali mengecup puncak kepala Runa.

Runa memperhatikan Irsyad yang masuk kembali ke dalam kamar, senyumnya mengembang. Pandangannya beralih ke hijaunya pepohonan di depan matanya. Ia bisa melihat beberapa burung berterbangan. Ia kembali menengadah, langit begitu dekat dengan posisinya sekarang. Runa menatap kamarnya. Sebuah kamar yang di sewa oleh suaminya untuk beberapa hari ke depan itu tampak berantakan.

Sampai di Bali, keduanya langsung menuju villa yang mereka pesan. Villa dengan satu kamar tidur di ketinggian yang membuat Runa berdecak kagum, karena bisa melihat hamparan puncak pepohonan dari jendela kaca kamarnya. Berada di dalam kamar beratapkan anyaman rotan itu seperti berada di atas rumah pohon. Runa bahkan tak berhenti mengagumi tempat yang begitu asri dan menyatu dengan alam itu.

Tapi keterpesonaannya berubah saat Irsyad mulai menggodanya. Membuat dirinya berubah tak lagi mengagumi keindahan tempatnya menginap, ia malah menikmati setiap perlakuan yang suaminya lakukan.

Suara ponsel dari dalam kamar membuat Runa tersadar, ia segera mengeluarkan tungkai kakinya dari dalam kolam dan berlari ke kamar. Ia segera mengambil ponsel di atas nakas, nama mertuanya terpampang di layar ponsel membuatnya mengembangkan senyum

"Ya, halo, Ma," sapa Runa.

"Runa, kalian udah sampai 'kan? kenapa kalian enggak langsung hubungi Mama? Irsyad handphonenya juga enggak aktif,"

Runa meringis mendengar omelan mertuanya. Semua gara-gara suaminya yang langsung menyerang dirinya saat sampai di villa. "Udah sampai kok, Ma, kemarin kecapean jadi langsung tidur," ucap Runa berbohong.

"Kalian have fun aja di sana, manfaatkan tiga hari di sana buat bikin adiknya Kia."

Runa tersenyum malu. "Kakak enggak rewel 'kan Ma?" Tanya Runam pembicaraan tentang pembuatan cucu barunya harus segera di sudahi.

"Tenang, dia anteng main sama Papa, semalam rewel tapi di kasih susu juga udah diam kok," jawab Dini

"Siapa, Run?" Tanya Irsyad yang baru keluar kamar mandi dengan baju handuknya, sambil berjalan mendekati Runa lelaki itu mengosok rambutnya dengan handuk kecil.

"Mama," jawab Runa. "Ma, ini Irsyad udah selesai mandi, mau ngobrol?" Tanya Runa.

"Mana sini itu anak mau Mama kasih wejangan," jawab Dini.

"Halo, Ma," sapa Irsyad. Tangannya yang melingkar di pinggang Runa membawa istrinya itu duduk di salah satu pahanya, di sisi ranjang.

"Udah ngapain aja kalian?" Tanya Dini.

"Udah mandi, mau makan," jawab Irsyad seenaknya.

"Ih, Ini anak minta di ciwit, maksud Mama kalian udah mulai produksi belum?" Tanya Dini.

"Produksi apaan sih Ma? Emangnya Irsyad punya pabrik di Bali," sahut Irsyad sambil terkekeh.

"Idih ini anak malah ngeledekin orang tua," ucap Dini, kesal."Kamu udah bikin adonan belum, Syad?!"

Irsyad tertawa membuat Runa mengernyit. Runa yang penasaran dengan perbincangan suaminya menempelkan telinga di belakang ponselnya.

"Enggak usah ketawa, pokoknya kamu minum jamu yang Mama simpan di tas kamu, awas kalau enggak!" Ucap Dini.

Pembicaraan ibu dan anak utu terputus setelah ancaman Dini terucap. Irsyad hanya terkekeh dan mengelengkan kepalanya, membuat Runa bertanya-tanya.

"Kenapa sih?" Tanya Runa.

"Enggak apa-apa," jawab Irsyad. Ia lalu mendekap tubuh di pangkuannya dan meletakkan dagunya di atas bahu Runa.

"Mama bilang apa?" Tanya Runa.

"Minta dibikinin adiknya Kia," jawab Irsyad. Bibirnya yang mulai nakal menciumi bahu sang istri.

"Oh, tadi juga bilang gitu sama aku," ucap Runa, membuat Irsyad tertawa.

"Masa?" Tanya Irsyad.

"Iya," jawab Runa.

"Ehmmm... gitu. Permintaan mertua enggak boleh di tolak lho, Run," ucap Irsyad.

Runa menengok ke belakang di lihatnya alis Irsyad bergerak naik turun membuatnya tertawa. Namun hanya sebentar tawa itu berubah menjadi pekikkan.

"Kita belum pernah nyoba di kamar mandi 'kan, Run?" Tanya Irsyad yang sudah mengangkat tubuh Runa dan membawanya ke kamar mandi. Runa menjerit kaget, setelahnya perempuan itu malah tertawa ketika Irsyad menendang pintu kamar mandi hingga menutup.

***

Udah segini dulu ajah ya extra part kali ini,  kelanjutannya silahkan di bayangin sendiri ya, mereka ngapain di kamar mandi 😄😄😄

Meragu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang