Empat

16.4K 1.8K 144
                                    

"Mama, ngapain sih pagi-pagi kesini?" Tanya Irsyad. Pagi ini ia benar-benar tak suka dengan kehadiran Dini dirumahnya.

"Mama kangen Akia, kenapa? Kamu kok kayaknya enggak suka sekali lihat Mama disini," tanya Dini.

"Kenapa harus pagi-pagi sih Ma?" Tanya Irsyad. Rasa kesalnya masih belum hilang karena kedua orangtuanya datang dan menggangu pagi intimnya dengan Runa.

"Kalau Mama datang malam memang boleh? Pagi aja kamu kesal gimana kalau malam, kamu mau Mama ketok-ketok pintu pas kalian lagi enak-enaknya," ucap Dini yang kemudian menyeruput teh manisnya.

Runa yang baru meminum susu di gelasnya langsung tersedak mendengar ucapan Dini. Irsyad yang duduk di hadapan Dini langsung mengambil langkah panjang mendekati istrinya.

"Pelan-pelan," ucap Irsyad sambil menepuk-nepuk punggung Runa yang tengah terbatuk-batuk di dekat pantry.

"Mama kalau ngomong suka gak di saring deh," omel Irsyad pada Dini.

"Iya, sama kayak kamu," sahut Tama yang sejak tadi sibuk dengan korannya.

Runa yang mendengar mertuanya bicara kembali terbatuk.

Dini menepuk bahu suami yang duduk di sampingnya, sedangkan Irsyad mengambil air putih untuk Runa.

"Papa kalau ngomong suka benar ya Yah," bisik Runa selesai meneguk airn

Irsyad yang diledek sang istri menarik hidung Runa dengan gemas. "Kamu itu bukannya belain suami," protes Irsyad.

"Sakit ih," protes Runa. Bibirnya maju beberapa senti, tangannya menepis jemari Irsyad yang masih bergoyang sambil menjepit hidungnya.

"Kalian udah tahu kalau Gendis kecelakaan?" Tanya Dini. Runa dan Irsyad yang berada di pantry menghentikan senda gurau mereka.

Runa yabg terlebih dulu menghampiri Dini menarik kursi dan duduk menghadap mertuanya. "Runa lihat di berita, sekarang kondisinya gimana Ma?" Tanya Runa.

"Run... bukannya tadi kamu mau masak?" Tanya Irsyad

"Ah, iya... Ma aku tinggal masak dulu ya," ucap Runa yang segera kembali ke dapur.

"Ma, tolong jangan bicarakan Gendis lagi," pinta Irsyad pada Dini

"Iya, iya maafin Mama," ucap Dini.

***

"Kita mau kemana?" Tanya Runa yang terus memperhatikan jalan dari dalam mobil.

"Nanti juga tahu," jawab Irsyad sambil tersenyum.

"Kenapa Kakak enggak di ajak?" Tanya Runa, lagi.

"Biar main dulu sama nenek dan kakeknya, kasihan Mamanya butuh refreshing," jawab Irsyad, sebelah tangannya yang bebas mengusap puncak kepala perempuan yang duduk disampingnya.

"Emang aku kenapa sampai harus di kasihani?" Tanya Runa, tangannya terlipat diatas dada sambil menatap suaminya dengan sinis.

"Jangan gitu ah posenya, bikin konsentrasi aku ilang aja," ucap Irsyad yang tengah melirik ke arah dada Runa yang semakin membesar efek dari menyusuinya.

"Dasar mesum," ucap Runa, tangannya meninju-ninju pipi Irsyad dengan pelan membuat Irsyad tertawa. Di raihnya tangan perempuannya, mengenggamnya dengan begitu lembut membuat Runa terdiam merasakan aliran darahnya yang terasa begitu hangat.

Irsyad mengemudikan mobilnya sambil mengenggaman tangan Runa, hanya sesekali ia melepaskan untuk menganti gigi selanjutnya ia akan kembali menarik tangan istrinya untuk ia genggam. Ia seperti tak ingin kehilangan perempuann itu.

Meragu (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang