Sebuah kecelakaan beruntun telah terjadi siang ini. Kecelakaan terjadi akibat mobil pengangkut sampah terguling di ruas jalan puncak. Jalan yang berliku serta muatan yang terlalu banyak menampung sampah membuat mobil kehilangan keseimbangannya. Ditambah tekstur jalan yang licin bekas guyuran hijan, menyebabkan truk meluncur bebas dan menghantam mobil-mobil di depannya.
Dua orang tewas di tempat serta beberapa orang mengalami luka. Seluruh korban saat ini berada di rumah sakit umum daerah.
Berikut adalah nama-nama korban yang sudah di ketahui identitasnya..."Irsyad," gumam Runa. Perempuan yang sedang menonton televisi sendirian itu terkesiap. Tangannya meraba sofa tempat ia duduk, mencari ponsel yang seingatnya ia simpan disana.
Benda persegi panjang itu terselip disela-sela sofa, membuat Runa kesulitan mendapatkannya, apalagi matanya yang terus memandangi televisi di depannya. Ia terus memperhatikan berita yang menayangkan deretan nama korban kecelakaan.
Tak kunjung mendapatkan ponselnya membuat Runa mengalihkan pandangannya, benda yang terselip tak jauh dari tempatnya itu segera ia raih. Jemarinya bergerak diatas layar. Ia menghubungi Irsyad dengan sangat tegang. Bahkan jemarinya lemas saat mencari kontak suaminya itu.
Satu dua kali panggilannya tak di jawab oleh lelaki itu. Runa semakin bingung, ia berjalan mondar mandir di depan televisi. Giginya menggigiti kuku-kuku jari kanannya.
"Ayah, kenapa enggak di angkat sih?" Gerutunya saat terdengar suara operator wanita yang menyuruhnya menghubungi nomor itu bebrapa saat lagi. Ia kembali menghubungi Irsyad untuk kelima kalinya.
"Halo, iya Runa kenapa? aku bru selesai—"
Berhasil. Suara lelaki itu tertangkap oleh indera pendengar Runa. Sambungannya terhubung, usahanya tak sia-sia.
"Yah, kamu dimana?" Tanya Runa yang memotong perkataan sang suami.
"Aku lagi di restoran, habis ketemu klien" sahut Irsyad. Kekehan terdengar dari mulutnya. "Kenapa? Rindu?" Godanya
"Baru aja aku lihat berita, ada kecelakaan mobil. Kamu pasti kenal sama mobil itu," ucap Runa memberikan penjelasan dengan terburu-buru tak peduli dengan godaan Irsyad. Sekarang bukan waktunya ia bercanda.
"Memang mobil siapa?" Tanya Irsyad yang ikut panik, ia takut mobil yang di ceritakan oleh Runa salah satu mobil keluarganya.
"Gendis, Yah—" jawab Runa bersamaan dengan suara tangis Akia. "—cup sayang cup, ini Bunda disini kok, cup ya." Runa menenangkan Akia, ia menepuk-nepuk pantat bayinya dengan lembut. Tangis bayi tiga bulan itu mereda, sekarang ia malah memainkan jemari sang Ibu yang menjepit ponselnya dengan menggunakan bahu, agar sambungan telepon tak teputus.
Di tempat lain, Irsyad sedang mematung di dalam mobil. Ia baru saja memasuki mobilnya saat Runa menelpon, lelaki yang berada di basement salah satu mall tak tahu harus berekspresi seperti apa saat mendengar informasi dari Runa.
"Ayah," panggil Runa. Beberapa kali Runa memanggil suaminya namun Irsyad tak juga menyahut. Hingga untuk kesekian kalinya dengan suara yang lebih keras Runa berteriak memanggil sang suami.
"I-iya Run," jawab Irsyad masih dalam efek kaget.
"Aku lihat ada daftar nama Gendis, apa enggak sebaiknya kamu lih—"

KAMU SEDANG MEMBACA
Meragu (Tamat)
General FictionSekuel Pulang Kembali. ~Runa dan Irsyad~ Masalah yang mereka hadapi telah berlalu. setelah airmata yang membanjiri dikehidupan keduanya, muncul pelangi yang begitu indah. Tapi kehadiran seseorang membuat badai baru di kehidupan mereka Bisakah Runa...