“Kamu ngomong apa barusan?” tanya Irsyad. Suaranya terdengar tak bersahabat.
“Lupain aja,” ucap Runa sambi berdiri dan meninggalkan Irsyad membawa lap dan tempat sampah.
“Runa,” panggil Irsyad yang berdiri berlawanan arah dengan Runa. “Maafkan aku,” lanjutnya.
“Kamu terlalu sering meminta maaf, tapi kamu enggak pernah berusaha mengendalikan diri untuk enggak mengatakan hal kasar ke aku, Syad. Aku tahu aku salah, tapi apa kamu harus menuduh aku seperti tadi-,” ucap Runa. BIbir Runa bergetar, kalimatnya terputus karena tengah berusaha menahan laju emosi di dadanya yang siap meledak.
“A-aku eng-gak pernah se-kalipun berpikir untuk selingkuh, Irsyad, enggak per-nah,” ucap Runa dengan tangis yang tak terbendung, lap kotor ditangan di remasnya kuat-kuat. Ingin asanya ia ikut melempar tempat sampah ke muka Irsyad, tapi ia tak ingin semakin di cap istri tak tahu diri oleh lelaki di belakangnya.
“Aku enggak suka kamu dekat dengan Salman,” ucapan Irsyad membuat Runa memejamkan matanya. “Kalian punya hubungan yang enggak aku pahami,” lanjut Irsyad.
Runa berbalik menghampiri Irsyad. Tempat sampah di tangannya ia banting sampai semuanisinya tumpah dan kembali berserakan di lantai. “Kami hanya berteman, Irsyad, sebenarnya apa yang bikin kamu enggak bisa paham sama hubungan pertemanan kami? dia dan Petra yang nolongin aku waktu aku hampir bunuh Kakak di kandungan aku, dia yang bantu aku selamatkan Akia, aku punya hutang budi yang sangat besar ke mereka. Sikap kamu yang mencurigai Salman tanpa alasan jelas, bikin aku sedih,” ucap Runa, satu telunjuknya menusuk-nusuk dada bidang suaminya setiap mengucapkan kata kamu.
Ada emosi yang meledak-ledak dalam diri Runa. Tingkat kejenuhan yang selama ini tidak ia sadari membuat dirinyatak bisa mengatur emosionalnya. Selalu di rumah dengan kegiatan yang itu-itu saja di tambah sikap Irsyad yang terlalu temperamen membuatnya hilang kendali dalam meluapkan semua emosi.
“Aku ini hanya di rumah setiap harinya, tapi kamu masih curiga aku selingkuh? Kamu waras?! Jalan ke mall satu kali aja kamu bilang aku ketemuan sama lelaki lain. Besok-besok kamu pasang CCTV aja di jidat aku, Syad biar kamu liat aku kemana aja sama siapa seharian itu aku ngapain aja!” lanjut Runa.
Irsyad hanya bisa terperangah mendengar semua ucapan Runa yang terus menerus mengeluarkan emosi tak memberikan dirinya kesempatan berbicara.
“Apa kamu enggak pernah percaya sama aku sedikit aja? Kita emang memulainya enggak seperti orang lain yang jatuh cinta pada pandangan pertama, janyung berdebar-debar atau hal klasik lainnya lalu kita kencan, berakhir dengan kamu ngelamar aku dibawah sinar rembulan di malam bulan purnama terus kita nikah dengan gaun ratusan juta—” Ucapan Runa membuat Irsyad mengernyitkan keningnya. “—kita memulainya tanpa ada debaran jantung, tanpa melakukan kencan tanpa lamaran manis dan cincin melingkar di jari aku,dan berakhir dengan pernikahan yang enggak aku bayangkan sebelumnya. Kalau kamu akhirnya bisa mencintai aku, kenapa kamu enggak bisa mempercayai aku?” ucap Runa
“Assalamuallaikum, Mba Run-“
Di tengah derai airmata Runa yang sedang banjir-banjirnya membasahi wajah, perempuan muda yang sangat di kenal oleh Runa dan Irsyad berdiri di depan pintu dengan wajah pias, bibirnya terlipat, ia tak menduga sedang ada kekacauan di rumah bosnya itu. Dengan tak enak hati Helena bergerak mundur menjauhi pintu saat pasangan suami istri itu melihat ke arahnya.
“Sorry, aku bisa balik lagi nanti kok,” ucap Helena dengan cengiran terpaksa.
Runa mengusap wajahnya sepeninggalan Helena. Ia menarik napas panjang berulang kali, suara tarikan hidungnya yang memerah terdengar. Ia mencoba membuka mulutnya lagi untuk memuntahkan kekesalannya pada suami namun tak bisa, setiap ia membuka mulutnya selalu berakhir dengan hembusan napas yang terbuang dengan kasar. Ia sudah kehabisan kata untuk menjelaskan apa yang ia rasakan.
“Ijinin aku tinggal di rumah Mama beberapa hari, biarkan aku di sana bersama Akia dulu, dan jangan temui aku kalau kamu belum bisa percaya sama aku,” pinta Runa.
“Runa.”
“Ijinin aku Irsyad,” pinta Runa memohon.
Irsyad memejamkan matanya, deru napasnya terdengar berat.
“Jangan buat aku jadi istri durhaka lagi yang pergi enggak tanpa ijin kamu,” ucap Runa berusaha mempengaruhi Irsyad agar di berikan Ijin.
“Pulang ketika aku jemput kamu,” ucap Irsyad akhirnya.
Runa mengangguk dan berjalan meninggalkan Irsyad menuju kamar tidurnya, merapikan pakaiannya dan pakaian Akia ke dalam tas.
^^^
Kembali ke kebiasaan lama yang sudah jarang ia lakukan, malam ini Irsyad duduk di kursi tamannya sambil memandangi langit malam yang tak memiliki bintang. Sama sepertinya yang sendirian tak memiliki penerang hati malam ini.
Sore tadi setelah mengemasi pakaiannya, Runa langsung mencari Dini dan pergi bersama Akia menuju kediaman Dini. Irsyad menghela napasnya, matanya terpejam mengingat cucuran airmata yang mengalir di wajah istrinya tadi sore. Mata Runa yang menyiratkan rasa sedih yang mendalam membuat Irsyad menyesali perkataannya. Dirinya tak pernah berbuat kasar tapi kenapa lidahnya begitu tajam dalam mengeluarkan kata-kata sampai istrinya tersakiti begitu dalam.
Irsyad mengambil ponsel di saku celana kargo pendeknya. Di bukanya aplikasi chatting, matanya menelusuri deretan chat yang tertera di layar ponsel.di bukanya chatroomnya dengan Runa. Keningnya mengernyit melihat pesan yang Runa kirimkan. Kepadanya siang tadi. Ia tak merasa membaca pesan-pesan itu. Diingat sekeras apapun ia tak pernah membaca pesan yang Runa kirimkan. Kepalan tangannya mengerat. Matanya memejam dengan rahang yang mengetat.
“Sialan,”
^^^
Brakkk!
Mata indah milik Helena membulat, kakinya mendorong kursi yang ia duduki. Di depannya tampak Irsyad tengah berdiri dengan kedua tangan bertolak pinggang setelah menggebrak meja.
“Maksud lo apa! Buka-buka handphone gue sampai lo baca pesan dari istri gue!” bentak Irsyad.
“Kenapa lo gak bilang kalau Runa hubungin gue,” lanjutnya. Helena melangkah mendekati bosnya itu. Wajah Irsyad memerah dengan rahang yang terlihat semakin tegas. Perempuan dengan rambut tergerai itu sebelumnya tak pernah melihat Irsyad seberingas ini. Rasa takut hinggap di hati Helena, di tambah kemarin ia trlah melihat pertengkaran antara Runa dan Irsyad. Kalau Irsyad bisa berucap kasar pada istrinya kemungkinan besar ia bisa saja lebih kejam pada orang lain.
“Mas,” panggil Helena
“Diam!” bentak Irsyad. Helena kembali mundur beberapa langkah.
“Sebenarnya niat lo apa?” tanya Irsyad.
Dito hanya menyunggingkan senyum sinis ke arah Irsyad. Membuat Irsyad geram mendapatkan reaksi yang seolah meledeknya. Di tariknya kerah baju Dito, cengkeraman yang begitu kuat tak membuat Dito melawan, lelaki itu hanya diam dan menatap lekat mata Irsyad. Helena yang melihatnya semakin khawatir akan ada perkelahian antara dua lelaki itu.
“Gue Cuma mau kalian cerai,” jawab Dito, santai tanpa rasa bersalah.
“Bangsat!” teriak Irsyad, kepalan tangannya melayang ke arah Dito. Menghantam ulu hati lelaki di depannya.An/
Ngetik ngepot. Typo pasti lebih parah. 😂 . Kalau nemu typo coment di inline ya sayangku
Selamat puasa. Selamat menjalankan ibadah. 😇

KAMU SEDANG MEMBACA
Meragu (Tamat)
Ficción GeneralSekuel Pulang Kembali. ~Runa dan Irsyad~ Masalah yang mereka hadapi telah berlalu. setelah airmata yang membanjiri dikehidupan keduanya, muncul pelangi yang begitu indah. Tapi kehadiran seseorang membuat badai baru di kehidupan mereka Bisakah Runa...