Aku pernah berpikir bahwa aku tidak mungkin merindukanmu, namun ternyata aku kalah dengan pikiranku, buktinya sekarang aku merindukanmu.
Aku pernah berpura-pura membencimu, namun aku kalah dengan kepura-puraanku, buktinya tanpa sadar aku semakin menyukaimu.
Aku kira dengan berkata perasaanku untuk orang lain, aku akan semakin dekat denganmu, ternyata aku salah dengan perkiraanku, buktinya sekarang kita semakin menjauh.
Hanya saja jika kau tahu, aku tak pernah berniat memilikimu.
Bahkan diawal aku menyembunyikan semampuku.
Namun kenyataan berkata lain, tiba-tiba kamu tahu semua tentangku.
Andai saja kamu mengerti, aku hanya ingin selalu berada didekatmu seperti sebelumnya.
Saat kita membuat alasan tak masuk akal untuk bertemu, walau pada akhirnya kita tak bertemu.
Maaf aku diam-diam menaruh rasa padamu.
Aku sungguh minta maaf, bukan mau ku kamu menjadi tahu semua.
Aku benci keadaan ini, dimana aku kalah kembali dengan egoku untuk meminta penjelasan darimu.
Baiklah, mulai sekarang aku akan menjauh seperti yang kamu minta.
Sekali lagi, sebenarnya aku hanya ingin selalu dekat tak lebih.
Tapi aku sudah terlalu sakit mengetahui kamu menaruh rasa pada seseorang itu.
Aku iri, sangat iri.
Betapa beruntungnya dia.
Maaf aku yang selalu membawa perasaanku pada setiap berbuatan yang kamu lakukan padaku.
Aku sungguh minta maaf telah mengira kau mempunyai rasa padaku.
Maaf juga jika suatu saat kita berpapasan namun tak ada senyum dariku seperti biasanya.
Aku tidak membencimu, sungguh.
Aku hanya malu pada diriku sendiri, sehingga rasanya aku tak dapat kuat bertemu denganmu, bahkan untuk menatapmu.
Terimakasih untuk kisah selama ini yang kupikir akan berakhir indah.
Namun nyatanya hanya sampai disini.
Sekali lagi aku akan menjauh, dan aku minta maaf padamu.Surakarta, 5 Maret 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang
Teen FictionHanya tentang sedikit coretan kata yang tak mampu terucap oleh bibir yang lahir menjadi syair, bukan oleh seorang mahir hanya khayalan si amatir.