Pengagum-mu

19 1 0
                                    

Sekarang kita apa?
Kita hanya sedekat ini,
Aku mengetahui cerita tentangmu dari para pengagummu.
Apakah aku termasuk pengagummu?
Seharusnya begitu, namun perasaan tak menerimanya.
Rasa yang muncul tak hanya sebuah kekaguman.
Ingin memiliki adalah dominan dalam hati.
Namun, ketakutanku akan jarakmu yang kupikir sulit kugapai menghalangiku.
Ketidakpantasanku memaksaku mundur.
Aku bahkan tak sebaik pengagummu yang lain.
Aku pengagum yang terlalu menaruh perasaan dalam hati.
Aku terlalu salah memang, aku egois.
Namun bisakah kau memberi sebuah titik terang akan aku?
Aku berharap ada kepantasan dalam diri untuk bersanding denganmu.
Mungkin memang anganku yang terlalu jauh.
Namun, apakah tak pantas aku berharap?
Aku menyukaimu lebih dari pengagummu.
Jika kau beri kesempatan, aku tak akan pernah sia-siakan itu.
Walau hanya sebuah waktu dimana kita bisa bersenda gurau dan bertukar pikiran.
Aku selalu menunggu saat-saat itu.
Tak apa jika tak hanya berdua, karena ditempat yang sama bersamamu adalah lebih dari cukup.
Apalagi bisa benar-benar memilikimu.
Pesanku, jangan jauhi aku ketika kau telah mengetahui semua rasa ini.
Tetaplah menjadi ceria dan usili saja aku semaumu, seperti biasa, karena aku sangat-sangat menyukai canda tawamu.
Meskipun aku tau itu tak hanya berlaku untukku.















Surakarta, 3 Desember 2018

TentangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang