Lihatlah kata-kata yang tak akan tersampaikan ini.
Aku menyayangimu, dan itu benar.
Tak ada alasan untuk itu.
Aku menyayangimu karena aku menyayangimu.
Ku tekankan lagi tak ada bantahan untuk itu.
Memilikimu bukan tujuan utamaku.
Aku hanya menginginkan perasaanmu tak lebih.
Aku tak peduli hal lainnya.
Aku ingin sekali memperjuangkanmu.
Aku ingin sekali.
Hingga pada suatu titik dimana kau berubah.
Menghilang.
Iya aku paham kamu sibuk.
Aku coba mengerti dan memendam rindu.
Hingga tak kuasa kutahan rindu dan bom perasaanku padamu.
Akhirnya meledak juga semua yang selama ini kupendam.
Kuutarakan semuanya.
Hingga aku tahu, kau tak pernah menginginkan ku, kau tak suka keberadaanku.
Kau mengiginkannya.
Seketika hancurlah semua rasa percaya diri akan perasaanmu padaku.
Ternyata selama ini aku hanya terbang tanpa sayap sesungguhnya.
Hingga akhirnya aku terjatuh, dan kau tak peduli.
Setelah kamu mengetahui semuanya, kau semakin mengacuhkanku.
Bahkan kau tak menganggapku ada.
Aku paham kau tak pernah membutuhkanku untuk melukis tawa di wajahmu, kau membutuhkannya.
Jadi aku pergi, bukannya aku tak menyayangimu lagi.
Iya memang aku lelah, namun pertimbangan utamaku adalah bahagiamu.
Aku tak mau dengan keberadaanku kamu menjadi tak nyaman menjalani harimu, karena aku merasa bertanggung jawab atas bahagiamu, kubiarkan kau melukis tawa dengannya.
Aku terlalu memperdulikanmu sampai aku tak peduli perasaanku.
Aku tak peduli kekecewaanku, aku anggap ini murni kesalahanku yang terlalu berharap.
Hingga akhirnya aku sadar percuma berharap pada orang yang tak mengaharapkan.
Sudah tak apa.
Aku akan mengobati kecewaku sendirian. Iya sendirian.
Aku tak membutuhkan pelarian.
Aku tak mau membohongi perasaanku, aku sudah cukup lelah dalam hal menyayangi seseorang.
Tenang lambat laun rasa sakit itu akan pergi.
Sekali lagi, tak usah merasa bersalah. Ini salahku.
Biar aku yang menanggung semua konsekuensi dari harapanku padamu.
Aku akan tetap menyayangimu, entah sampai kapan.
Aku paling bodoh dalam hal melupakan, jadi maafkan aku yang menyanyangimu.
Terimakasih sudah pernah mau melukis tawaku, terimakasih sudah pernah mau direpotkan olehku, terimakasih pernah berbagi cerita denganku, terimakasih pernah mau mendengarkan ceritaku, terimakasih pernah mengijinkanku melukis tawa diwajahmu, terimakasih pernah mengisi hariku walau sebentar, terimakasih atas semua tentangmu.Dari : Aku yang menyayangimu
Purworejo, 3 Januari 2019
Ini sebenarnya kata yang muncul dari kegalauanku 26 November 2017
Hanya saja baru kutemukan hari ini 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang
Ficção AdolescenteHanya tentang sedikit coretan kata yang tak mampu terucap oleh bibir yang lahir menjadi syair, bukan oleh seorang mahir hanya khayalan si amatir.