(3)
Ini kisah tentang aku yang menjadi siang, berjuang mengejar senja, dan berakhir bersama malam.
--
Kenalkan, aku siang. Sangat klise, seperti kebanyakan orang lainnya. Berekspresi datar dan bertingkah laku wajar. Kadang orang meneriakiku, tunjukan senyummu. Tapi aku hanya bisa tersenyum samar, karena aku menyimpan senyumku untuk senja.
Dia senja. Kalau dia datang, mampu memberhentikan aku. Kalau dia pergi, maka diriku bukanlah aku. Kalau dia lewat, pipiku merona karena pesonanya. Dengan seluruh tenaga yang ada, aku berjuang keras mengejar senja. Karena senja, aku bisa tersenyum dengan lebarnya. Di hadapan senja sajalah, aku dapat merasakan indahnya dunia. Meski aku tahu senja itu, hanya sesaat.
Apabila dia senja, lain pula dengan kamu. Kamu, sebut saja malam. Yang setengah harinya hanya untuk menggantikan aku, siang. Kamu biasa saja, tidak berwarna, dan setia. Kamu yang selalu ada di setiap liku siang yang temaram. Karena kamu percaya, siang pada hakikatnya berdampingan dengan malam.
Kamu, malam, percaya. Bahwa siang akan mewarnai separuh bahkan seluruh hidup malam. Sedangkan siang, berusaha mengelak dari semua fakta yang ada. Karena siang punya prinsip, bahwa bersama senja lebih indah dibanding malam. Walaupun siang tahu, pada akhirnya aku bersama malam.
Maka izinkanlah aku, siang, agar berjuang mengejar senja. Karena perjalananku mengejar senja, kelak akan mengisi warna dan motif dari siang untuk malam.
Maafkan siang, ya malam. Karena siang terlalu bersemangat mengejar senja. Hingga melupakan malam yang selalu ada untuk siang.Ketahuilah malam, untuk mencapai kamu, aku perlu melewati senja. Percayalah, bahwa senja hanya lewat begitu saja, meningggalkan kenangan yang membekas. Lalu pada akhirnya, tetap kamu, malam, yang menjadi pasanganku, siang.
[2:20] : sn
KAMU SEDANG MEMBACA
(dia)logue
Poetry"Tutup cerita ini, kembalikan ke berandamu." "Mengapa?" "Karena ini hanyalah sebuah ilusi," "Lalu hubungannya denganku?" "Kamu nyata, buktinya kamu di depanku." "Aku hanya ingin membaca," "Jangan, kamu tak perlu membaca ini." "Kenapa?" "Karena aku m...