Ep 07: Seorang Teman

30 3 0
                                    

Setelah dari kedai nasi bakar kami berbincang-bincang diperjalanan. Menanyakan berbagai hal. Dan Michiko melihat kota dengan mulut menganga.

"Oh iya Ren kau tinggal dimana?" tanya Aru.

"Mmm... Aku tidak tau?"

"Lalu kau akan tidur dimana?"

"Ehemmm" Michiko memecah obrolan mereka.

"Apa?" datar.

"Apakah kau mulai, uhum uhum" menggoda Ren.

"Hentikan, akan aku bongkar rahasiamu kalau kau bacod terus" mengancam.

"Ho ho ho jangan aku hanya bercanda Ren"

"Aku tau apa pemikiranmu Michiko, kau berusaha melihat celana dalam milik Aru" pikir Ren.

"Ah, bagaimana kalau kalian tinggal dirumahku?" melihat mereka berdua.

"Eh tapi kau baru mengenal kami" kata Ren.

"Aku bisa melihat setiap kejujuran yang ada pada dirimu, dan kau terbukti baik"

"Terimakasih, tapi sebelahku tidak" melirik Michiko.

"Hey"

"Hati-hati lah padanya, jangan beri dia kesempatan mengintipmu"

"Mengintip? Mengintip apa?" bingung.

"Lu-lupakan saja jangan dengarkan dia" gugup.

Aru mengajak kami kesebuah rumah kosong yang tak terpakai juga sudah tua. Kondisinya buruk, penuh retakan dan sebagian kacanya pecah semua.

"Apa ini rumahmu?" tanya Michiko.

"Iya, maaf yah aku memang tinggal ditempat seperti ini"

"Tidak apa-apa" kata Ren.

"So minna, welcome to my home" senyum.

-dalam-

"Wahh hebat, dalamnya tidak seperti yang aku pikirkan" kata Michiko melihat sekeliling.

"Kau pintar merawat barang dan merapikan ruangan" puji Ren.

"Tentu, walau luarnya buruk tapi aku berusaha menjadikan dalamnya cantik" senang.

"Sekali lagi kami berterimakasih karena kau sudah mengizinkan kami tinggal disini" kata Ren membungkuk.

"Ah, jangan begitu lagi pula aku sendirian dan butuh teman" malu-malu.

"Ngomong-ngomong bagaimana caramu menghidupi dirimu sendiri?" tanya Michiko.

"Aku mendaftar diguild, tapi aku hanya mengambil tugas kecil saja karena aku tidak punya party" kata Aru nada lemas.

"Kalau begitu kami ikut party" sahut Ren.

"Eh?

"Woy Ren kau gila, pikirkan aku tidak punya kekuatan ataupun senjata" langsung sahut omongan.

"Kita bisa beli nanti" kata Ren santai.

"Tapi sebelum itu kau juga harus tau semua kekuatanmu sendiri Ren" membuka kantung.

"Apa itu?" melihat beberapa batu crystal berwarna.

"Ini adalah batu elemen, kami selalu menggunakan ini untuk para pemula dan uji coba. Nah sekarang cobalah jika salah satu crystal elemen itu menyala berarti itu elemen kekuatanmu" menunjuk crystal itu.

"Okey" mengambil salah satu crystal.

Ren mengambil crystal berwarna merah yang elemennya api.

"Sebelum itu kau harus merapal mantranya, kau tinggal bilang 'keluarlah api'" jelas Aru.

"Keluarlah api" fokus.

Dan seketika api keluar membuat mereka bertiga kaget.

"Wow Ren hentikan, kau bisa membakar rumah ini" kata Aru kahwatir.

Ren seketika menjatuhkan crystal itu dan melihat telapak tangannya.

"Kita coba diluar saja, itu lebih baik" saran Michiko.

-luar-

"Baik coba crystal angin" memberinya crystal putih.

"Keluarlah angin" fokus.

Keluar juga

"Keluarlah air" fokus.

Keluar juga

"Keluarlah tanah" fokus.

Keluar juga

"Keluarlah kegelapan" fokus.

Keluar juga

"Keluarlah cahaya" fokus

Keluar juga

"Keluarlah petir"

Juga keluar

Mereka berdua melihat Ren dengan kaget dan serius.

"K-kau kenapa bisa menguasai 7 elemen sekaligus?" melihat Ren tidak percaya.

"Be-benarkah" malu-malu.

"Aku yang memiliki 3 elemen saja sudah beruntung, tapi kau. Sugoii desu" kagum.

"Sekarang aku mau coba" kata Michiko.

Michiko mengambil satu crystal berwarna putih, yaitu angin. Dan kemudian merapal mantranya.

"Keluarlah angin" serius.

Tapi tidak keluar sama sekali, dia mencoba crystal api, air, tanah, cahaya, bahkan kegelapan dan petirpun tidak ada perubahan sama sekali.

Kami berdua tertawa melihatnya, bagainama gak tertawa dia selalu membuat wajah terlalu percaya diri dan wajah konyol.

The Mystic "EYE"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang