Suara pecahan vas menggema di rumah mewah nan megah itu. Barang barang terlempar tak tentu arah. Sepasang suami istri sedang berkelahi di sana.
Tanpa mereka sadari, seorang gadis sedang menangis di sudut ruangan. Gadis itu menyaksikan semuanya. Bagaimana orang tuanya saling memukul, menampar, melempar. Ia takut, takut jika ia akan kehilangan orang tuanya.
Ia menahan senggukanya agar tidak terdengar. Ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan pura pura tidak mengetahui apa yang terjadi.
Ia berbaring di kasur empuknya. Sejenak ia merenung, untuk apa memiliki harta yang melimpah namun tidak bahagia?
Ya, gadis itu cukup beruntung karena lahir di keluarga kaya. Namun, sayang sekali. Dengan kekayaan yang ada gadis itu tidak bisa bahagia. Ia tidak bisa mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuannya yang terlalu sibuk bekerja. Kebutuhannya akan materi memang terpenuhi, namun kebutuhannya oleh kasih sayang masih belum bisa ia dapatkan.
Bahkan, mungkin mustahil untuk didapatkan karena kondisi rumah tangga orang tuannya saat ini. Datangnya rumor tentang orang ketiga di antara mereka membat mamanya marah. Papanya yang merasa dituduh tanpa bukti yang jelas pun merasa emosi. Akibatnya, barang barang dirumah pecah akibat perkelahian mereka.
Gadis itu memejamkan matanya. Berharap saat ia bangun esok, semuanya kembali normal. Ia berharap semua ini hanyalah sebuah mimpi semata yang tidak akan pernah terjadi.
📚📚📚
"Irene, bangun sayang." suara wanita paruh baya membangunkan gadis itu.
Gadis itu mencoba membuka matanya. Wajah yang pertama kali ia lihat adalah wajah mamanya. Dilihatnya dengan seksama wajah mamanya, bibirnya pucat, matanya bengkak, banyak luka lebam di sekujur tubunya.
"Mama?" kata Irene memastikan
"Iya sayang, ini mama" kata wanita paruh baya itu
"Mama.. kenapa nangis?" tanya hadis itu sambil menahan air matanya
Mamanya hanya diam, tidak bisa menjawab. Biburnya terlalu kelu untuk mengeluarkan sepatah kata.
"Ma.."
"Irene, maafin mama. Sekarang jawab jujur, jangan takut. Kamu lebih sayang mama atau papa?" ujar mamanya
"Kenapa ma? Kalian berdua adalah orang tuaku, tentu saja aku menyayangi kalian berdua."
"Jawab Irene! Jawab!! Kamu lebih sayang mama atau papa?" kata wanita paruh baya itu dengan intonasi meninggi.
"Aku tebak, pasti kalian berdua akan bercerai kan?"
"Jawab saja Irene, jangan terlalu banyak bertanya! Jika kamu lebih sayang mama maka kamu ikut mama jika kamu lebih sayang papa maka kamu ikut papa!"
"Ma,, tapi..." bibir irene terlalu kelu untuk melanjutkan ucapanya. Hatinya seperti terhantam batu. Sedih. Di usianya yang baru menginjak umur 17 tahun ia harus kehilangan salah satu dari orang tuanya.
Ia menatap mata mamanya dalam dalam. Akhirnya dengan pertimbangan yang sengit ia akan mengutarakan keinginannya.
"Aku mau ikut mama," ujar Irene yakin
Mamanya pun memeluk irene senang. Setidaknya ia bisa mengasuh Irene. Bisa menghabiskan waktunya bersama Irene.
"Kalau begitu, kamu ikut mama pergi. Jangan takut! Pamitlah dengan papamu. Kita akab pergi dari rumah terkutuk ini."
Irene mengangguk dan mengemasi semua barang barangnya. Kemudian ia berjalan menuju ruang kerja papanya.
Tok..tok..tok
Sebelum masuk, irene mengetuk pintu terlebih dahulu sembelum membuka pintunya.
Dilihatnya papanya sedang melamun dikursi kerjanya.
"Papa" panggil IrenePapanya yang baru menyadari kehadiran Irene pun terkejut.
"Irene? Ada apa sayang?" kata papanya
"Maafin Irene papa, irene harus pergi meninggalkan papa." ujar irene sambil menunduk. Air matanya keluar begitu saja saat ia mengatakannya.
Papanya menghela nafas panjang. Ia sydah menduga bahwa anak semata wayangnya akan memilih tinggal bersama mamanya.
"Nggak papa sayang, harusnya papa yang minta maaf. Papa nggak bisa menjaga rumah tangga papa. Karena papa kamu harus kehilangan kasih sayang yang seharusnya kamu dapatkan dari seorang papa. Papa memang bukan papa yang baik. Papa belum bisa membahagiakan kamu. Papa terlalu sibuk dengan pekerjaan papa sehingga sering mengabaikan kamu. Maafin papa," kata Papa Irene lalu bangkit dari duduknya dan menghampiri Irene. Ia memeluk anak semata wayangnya itu. Irene menangis didada bidang papanya.
Akhirnya papanya melepaskan pelukan mereka. "Irene pamut ya pa, jaga diri papa baik-baik. Sampai jumpa pa," pamit Irene
"Jangan sungkan untuk ke rumah papa ya sayang? Rumah papa selalu tebuka untuk kamu," ujar papa irene sambil menatap kepergian putrinya.
📚📚📚
Mobil mewah yang mengakut Irene dan mamanya berhenti di sebuah kawasan elit di daerah Menteng, Jakarta. Perlu diketahui bahwa ini adalah salah satu kawasan terelit di Jakarta. Untuk tinggal disini pun biaya nya tidak murah. Harga tanahnya saja bisa mencakup Rp50.000.000/m².
"Mama, kita akan tinggal disini?" tanya Irene
"Iya sayang," jawab mama Irene yang masih fokus dengan ipadnya. Perlu di ketahui bahwa mama Irene adalah seorang wanita karir yang sukses. Pekerjaannya sebagai designer sukses dan terkenal di Jakarta. Gajinya cukup fantastis. Itulah sebabnya mamanya bisa membeli rumah dikawasan ini.
Mobil yang mereka tumpangi akhirnya berhenti disebuah rumah mewah berlantai dua. Tidak jauh berbeda dengan rumah lamanya, namun bangunan ini terkesan lebih hidup.
Halaman rumahnya cukup luas. Terdapat swimming pool di dalamnya. Saat memasuki rumah barunya, menurutnya rumah ini terlalu bear untuk ditinggali dirinya dan mamanya. Namun, ia cukup bersyukur karena dapat tinggal di rumah yang nyaman. Saat memasuki kamar barunya yang terletak di lantai dua, ia baru sadar bahwa balkon kamarnya berdempet dengan balkon tetangganya. Bukan masalah besar bukan?
Ia akan memulai kehidupan barunya disini. Ia akan mencoba menjadi peribadi yang lebih baik. Ia akan mencoba bergaul dengan teman teman barunya. Oh, dan ia berharap teman-teman disekolah barunya akan lebih baik daripada sekolah lamanya. Di sekolah lamanya, ia tidak memiliki teman karena kepribadiannya yang introvert. Ia akan mencoba untuk terbuka dengan lingkungan dan sekitarnya.
📚📚📚
KAMU SEDANG MEMBACA
Neighbour
Fanfiction"Lo tu cewek terlucu yang pernah gue temuin, pacaran yuk!" IRENE X SUHO Judul sebelumnya = lonely -5 maret 2018