Stefan berlarian di sepanjang koridor rumah sakit. Ia meninggalkan masakannya begitu saja setelah mendengar kabar dari sang Bunda jika Omanya masuk ke rumah sakit. Meskipun Stefan marah, kesal kepada Oma tapi dia perduli dan sayang dengan omanya melebihi apapun.
Nafas Stefan terengah-engah, ia sudah sampai di depan ruangan dimana Ima dirawat. Bunda sudah menantinya di depan pintu perawatan.
"Bun..." Panggil Stefan pada Bundanya. Ia mendekat kemudian membawa tubuh sang Bunda kedalam pelukannya.
Stefan tahu Bundanya juga sangat cemas, nampak jelas dimata sang Bunda. "Oma pasti baik-baik saja." Stefan berusaha menguatkan Bunda Willi.
Stefan membantu sang Bunda duduk di kursi tunggu depan ruang perawatan Oma. Stefan menepuk halus punggung Bundanya memberikan sedikit efek ketenangan.
"Jantung Oma kambuh Stef, semua gara-gara Bunda." Aku sang Bunda dengan perasaan bersalah.
Stefan menatap kasian pada Bundanya, ia hanya bisa diam menjadi pendengar yang baik selama Bundanya bercerita mengenai kronologi kejadiannya. Rupanya sang Bunda sedang terlibat percekcokan dengan Oma, Bunda berusaha membela Stefan, membiarkan Stefan dengan pilihannya namun Oma tetap kekeh dengan pilihan Oma. Menjodohkan Stefan dengan Lina karena merasa harus berhutang budi dengan keluarga Kakek si Lina. Oma takut mendiang suaminya akan marah jika tidak mengabulkan permintaan suaminya di zaman dahulu kala.
Oma yang memang keadaanya sudah tidak sehat beberapa hari belakangan akibat terlalu memikirkan Stefan dan Lina serta masalah dengan sang anak yaitu Bunda Stefan ditambah pertengkarang tadi membuat Oma benar-benar drop.
Tekanan darah Oma Wilma naik, Oma terkena serangan jantung. Bunda Willi menyalahkan dirinya sendiri kenapa juga dia harus ngotot kepada Mamanya hingga akhinya sesuatu yang tak diinginkan terjadi. Tidak hanya Willi yang menyalahkan dirinya bahkan beberapa dari keluarganyapun turut menyalahkan Willi.
Tangan Willi yang berada dalam pangkuan Stefan berpindah kedalam genggaman sang putra, Stefan tak mampu menutupi kesedihannya. Ia merasa menjadi anak yang berdosa kepada Bundanya karena ia adalah sumber dari segala permasalahan ini. Bunda hanya ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, namun ternyata jalannya tak mulus.
"Maafkan Stef, Bun." Ucap Stefan sedih sembari mencium berulang-ulang tangan suci sang Bunda. Stefan merasa menjadi anak tak berguna, selalu menyusahkan orangtua, belum bisa menyelesaikan setiap masalahnya sendiri.
Satu tangan Bunda mengusap sayang kepala Stefan. Sebagai seorang Ibu, Willi menginginkan anaknya bahagia maka ia akan melakukan apapun demi sang anak. "Masuklah, temui Omamu."
"Tapi,"
"Ayahmu sedang dalam perjalanan, Bunda tunggu Ayah di sini. Masuklah, Nak."
"Bunda jangan kemana-mana sebelum Ayah atau Stefan kesini."
"Ya, Bunda akan tetap disini."
Stefan melangkah meninggalkan Bunda Willi, masuk kedalam ruang rawat Oma. Di dalam terdapat om beserta istri dan juga tantenya adik dari Bundanya. Mereka memandang Stefan dengan tatapan entahlah. Stefan yakin jika mereka masih dalam masa sedih dan juga emosi kepada Bundanya tak terkecuali kepada dirinya juga, namun apa salah Bundanya yang berusaha ingin membela sang anak, memberikan hak kebahagiaan kepada anaknya, tidak salah hanya saja memang keadaan Oma tidak fit untuk berdebat.
Stefan mengulurkan tangan sebagai tanda hormat kepada Om beserta Tantenya, meski marah mereka tak menolak sikap sopan yang selalu Stefan tunjukkan.
"Stefan mohon, maafkan Bunda. Bunda hanya ingin membela Stef, Bunda nggak mau Stefan selalu disetir Oma terlebih Stefan bukan lagi anak remaja." Stefan meminta maaf kepada keluarga sang Bunda. Ia tak tega membiarkan Bundanya disalahkan berlarut-larut apalagi Stefan sumber permasalahan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex Husband
RandomNantinya cerita ini tidak akan lengkap lagi karena pindah lapak ke Webnovel. Silahkan dinikmati sebelum aku pindahkan