8. Mencari Tahu

14 2 0
                                    

Tiga hari telah berlalu setelah kejadian Lea membuang bekal yang Devan bawakan. Lea benar-benar merasa bersalah. Ia sudah berulang kali mencari Devan, tetapi Devan selalu menghindari dirinya.

Lea sangat ingin meminta maaf pada Devan. Tetapi ia selalu berfikir apakah maafnya itu akan diterima atau tidak oleh Devan. Karena, banyak orang yang mengatakan bahwa semua masalah tidak hanya bisa diselesaikan dengan kata maaf.

Lea terus saja memijat kepalanya yang terasa sangat berat akibat memikirkan cara agar ia dimaafkan oleh Devan.

"Akhh!!" Teriak Lea karena frustasi.

"Leandra!" Tegur Bu Talia guru PKN yang sedang mengajar di kelasnya. "Kamu ini kenapa? Kamu muak saya yang mengajar? Keluar kamu sekarang!"

"Tapi bu? Sa..saya maksudnya bukan itu Bu" jawab Lea.

"Sudah. Kamu jangan banyak ngeles kaya bajay, keluar sekarang. Kamu boleh masuk lagi nanti kalau jam pelajaran saya sudah selesai" perintah Bu Talia.

Lea segera beranjak dari duduknya, ia menghembuskan nafas kasar "Hufft.." dan melirikkan matanya ke arah Bu Talia dengan sinis kemudian keluar dari kelas sambil membanting pintu.

Seorang gadis yang sedang dihukum gurunya itu lah Lea. Ia disuruh keluar dari kelas sampai jam pelajaran guru yang menghukumnya selesai. Dan itu membuat nya bahagia karena ia bisa bersantai-santai di kursi bawah pohon yang ada di halaman belakang sekolah nya.

Saat ia ingin memejamkan matanya, ia mendengar ada suara seseorang. "Hai!" Sapanya.

Lea mengubah posisi badan nya yang tadi tiduran menjadi dukuk. Ia membalas sapaan orang tersebut dengan tersenyum.

"Kamu ngapain di sini?" Tanya orang tersebut.

"Disuruh keluar kelas sama guru" jawabnya dan dibalas anggukan kepala.

Lea melirik-lirikan matanya ke segala arah. Ia merasa risih dengan orang yang ada di depannya karena terus menatapnya.

Ternyata dengan melirikkan matanya tidak sia-sia. Ia melihat ada Devan sedang memanjat tembok sekolah. Ia tersenyum dan memikirkan sesuatu.

"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri Lea?" Tanya orang di depannya.

Lea menggeleng dan tersenyum "udah masuk kelas gih ka! Nanti sangkainnya aku bawa pengaruh buruk buat Kaka, karena kaka nemenin aku disaat jam pelajaran"

"Lea! pliss... Jangan manggil aku dengan sebutan Kaka yah" mohonnya "panggil nama aku aja... Brian, oke"

"Nggak bisa" tolaknya. Lea langsung mengalihkan pembicaraan "udah sana ke kelas. Ntar telat"

Brian telah pergi. Lea langsung beranjak dari duduknya, kemudian ia memanjat tembok yang tadi dipanjat oleh Devan.

Setelah berhasil memanjat tembok Lea mengikuti Devan diam-diam.

Lea melihat Devan menaiki motor ninja hitamnya yang terparkir di samping warung belakang sekolah. Yah, itu Devan sering lakukan agar saat ia membolos bisa jalan-jalan dengan motornya.

Bukan hanya ada motor Devan. Tapi, di situ juga ada mobil dan motor anak sekolah lainnya yang suka membolos.

"Aduh gue oon banget sih. Gimana mau ngikutin Devan kalo mobil gue aja ada di parkiran sekolah" gerutu Lea sambil menepuk dahinya.

Lea mengintip dari balik tembok yang ada dekat warung belakang sekolah nya. Ia melirikkan matanya mencari sesuatu.

"Hah! Gue ada ide" ucap nya spontan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LEANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang