6. Like a Queen

22 5 1
                                    

Sandra dan Aya kini sedang menunggu Lea yang sedang berbicara pada orang di telpon.

"Iya aku gapapa" ucap Lea sambil menahan air matanya.
"Lagi pula aku udah terbiasa nggak di perduliin sama papa Mama. Jadi nggak usah khawatir, dan bilang juga sama Kaka nggak usah jenguk aku. Disini udah terlalu banyak yang jagain aku. Jadi aku gak butuh kalian" setelah itu Lea langsung menutup sambungan telepon.

Semenjak dua hari yang lalu Lea di rawat di rumah sakit, tidak ada dari keluarganya yang tahu bahwa ia di rawat karena kecelakaan yang ia alami.

Setelah berbicara di telepon Lea menarik nafasnya dan berusaha menahan tangisannya. Lea melihat ke arah dua sahabatnya yang kini sedang memperhatikan nya.

"Eh. Udah dua hari loh gue di rawat disini, gue mau pulang" Lea berbicara untuk mengalihkan suasana.

"Nggak! bisa!" Kata seseorang yang baru saja muncul dari pintu dengan penekanan di setiap katanya.

Lea yang sudah mengenali suara itu sejak dua hari lalu. Karena suara orang itulah yang sudah menjaganya saat sahabatnya tidak ada, bahkan orang itu rela tidak masuk sekolah karena menjaganya. Dan orang itu adalah Devan. Lea langsung menghembuskan nafasnya kasar dan melirikkan matanya dengan malas.

Wajah Lea langsung murung ketika dua kata yang di ucapkan oleh Devan.  Biar bagaimana pun Lea sudah tidak bisa lagi menolak perkataan Devan, karena ia sudah membuat kesepakatan bersama Devan. Dan kesepakatan itu berisi :

(Bahwa Leandra Maira harus selalu mengikuti perkataan Devan dan tidak boleh ada bantahan sedikit pun, dan itu berlaku selama Lea berada di rumah sakit. Itu semua semua sebagai ucapan terima kasih karena telah menolong. Devan juga harus selalu menjaga Lea selama berada di rumah sakit dan juga Devan harus selalu bisa menjauhkan mahluk yang bernama Kevin dari mata suci Lea.)

Yah begitulah kurang lebih isi kesepakatan antara Lea dan Deva.

Tetapi Lea selalu heran padahal dalam kesepakatan tersebut tidak di sebutkan bahwa Lea harus di perlakukan layaknya seorang Queen. Akan tetapi Lea selalu merasa Devan selalu memperlakukan nya seperti seorang Queen.

Contohnya saja di saat Lea menginginkan sesuatu Devan pasti langsung memenuhinya. Bahkan saat waktu sudah menunjukkan tengah malam.

'Entahlah mungkin perasaan gue aja. Namanya juga seorang palyer yah gitu selalu bisa buat hati terbang. Dan ujung-ujungnya di jatohin sampe nyusruk' Batin Lea.

"Ok" Lea menuruti perkataan Devan.

"Nih" ujarnya sambil memberikan plastik berisi coklat "gue tau lu kepengen ginian"

Lea langsung mengambil bungkusan itu dan mengeluarkan isinya dan memakan coklat tersebut.

Devan berjalan menuju pintu.

"Lo mau kemana?" Tanya Lea.

"Cie, lo kangen ya? Baru juga di tinggal dua jam doang" goda Devan dan Lea langsung memutar bola matanya malas. "Gue mau keluar. Soalnya diluar ada Kevin. Lo nggak mau dia masuk sini kan?" Tanyanya.

Lea langsung bergidik ngeri saat ia mendengar nama Kevin di sebut. "Pokonya lo harus usaha apapun itu supaya dia nggak nginjekin kakinya di ruangan ini. Gue nggak mau tau. Lo nggak mau kan sakit gue nambah parah karna ngeliatin mukanya Kevin" Devan hanya tersenyum saat ia sudah bisa mendengar Lea berbicara panjang lebar, lalu ia pun langsung keluar dari ruangan Lea di rawat.

LEANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang