B

16K 798 1
                                    

Dengan masih menggunakan setelan kerjanya, Distria duduk di salah satu kursi tunggu di Bandara. Sejam yang lalu kakaknya yang paling baik hati itu mengabarkan jika ia belum bisa meninggalkan kantornya, jadi otomatis ia meminta adiknya untuk menjemput kedua orangtuanya. Distria pun berangkat sambil menggerutu. Bukannya ia tak berbakti karna tak mau menjemput kedatangan orangtuanya, hanya saja ia sebal pada kakaknya itu karna selalu saja seenaknya menyuruh. Apalagi tadi Distria mempunyai rencana untuk ke toko buku yang menjual novel yang di inginkannya itu.

Distria berdiri saat dari kejauhan sudah terlihat kedua orangtuanya lalu ikut menghapiri. Tak lupa, sesampainya di depan orangtuanya ia menyalami tangan yang selama ini mengasuhnya dengan penuh kasih sayang ini.

"Kok kamu yang jemput Dis?" Tanya mamanya saat tak menemukan anak lelaki sulungnya.

"Tau tuh Abang katanya lagi sibuk banget" mereka bertiga sudah berjalan menuju dimana mobil Distria terparkir.

"Biar ayah yang nyetir Dis" sela Ayahnya saat ia mengeluarkan kunci mobil dari dalam tasnya.

"Nggak usah Yah, Ayah kan capek. Biar Distria aja" sang Ayah pun menurut karna faktanya memang tubuhnya perlu istirahat, hanya saja melihat putri satu satunya yang tampak kusut dengan pakaian kerja membuatnya merasa tak tega. Namun ternyata, putrinya itu sudah tumbuh dewasa.

Distria mulai menjalankan mobilnya keluar dari bandara sambil bersenandung mengikuti musik yang terdengar dari radio.
"Aman kan Yah yang di Surabaya"

"Alhamdulillah aman, kamu sendiri aman kan Dis?" Tanya sang Ayah balik.

"Ya amanlah Yah, oh iya kalian mau mampir makan dulu atau langsung ke rumah aja?" Distria menengok ke arah orangtuanya yang tampak lelah itu.

"Langsung pulang aja deh Dis, tuh Mama kamu aja udah merem"

***

Akhir bulan seperti ini membuat hampir semua pegawai harus terpaksa lembur, tak terkecuali Distria. Sejak kemarin ia sudah lembur dan pulang malam hari untuk mengerjakan laporan keuangan bulan ini dan bossnya memberikan waktu jatuh tempo hingga besuk.

"Belum selesai?" Distria mendongak lalu mendapati Zaka sudah berada di depan kubikelnya.

"Nanggung nih Zak"

Zaka melirik jam tanganyya yang sudah menunjukan pukul delapan lebih, lalu duduk di samping kekasihnya itu. Perlahan menarik tangan Distria lalu menggenggamnya yang membuat Distria mendelik ke arahnya.

"Hei, ini udah malem Dis. Jangan maksain diri kamu kayak gini. Udah, istirahat dulu. Yuk aku anterin" Distria hanya mendesah lalu menyenderkan bahunya di kursi kerjanya.

Distria mengangguk lalu mulai men-shutdown komputernya dan mengemasi barang barangnya dengan lesu. Masih ada cukup banyak pegawai yang lembur sampai jam ini, termasuk Cici yang juga disapa Distria saat melewati kubikelnya dengan Zaka.

Zaka membukakan pintu mobil untuk Distria lalu Distria masuk sambil mengucapkan terimakasih.

"Laporan aku masih banyak yang belum selesai Zak, besok deadline" Zaka melirik kekasihnya yang tampak lesu di sebelahnya. Perlahan tangannya mulai mengusap surai halus milik Distria.

"Besok pasti selesai Dis. Tubuh kamu juga butuh istirahat"

Selanjutnya hanya keheningan yang ada di mobil Zaka karna mereka sama sama letih karna harus lembur hari ini. Tanpa terasa mobil Zaka sudah tiba di depan rumah Distria lalu ia mematikan mesinnya.

"Buruan bersih bersih terus istirahat, jangan ngerjain laporan dirumah. Tidur" Ucap Zaka sambil mengelus rambut Distria dengan lembut.

"Makasih ya Zak, kamu hati hati pulangnya"

Zaka mengangguk lalu memandang Distria sembari mendekatkan kepalanya. Perlahan mata Distria tertutup saat merasakan Zaka mengecup keningnya dengan lembut, sebelum akhirnya ia keluar dari mobil dan masuk ke rumahnya.

"Makan dulu Dis" seru sang Mama saat putrinya itu melintasi meja makan yang sudah ada kakaknya disana. 

Melihat muka lesu sang adik, Putra mulai menggerling menyebalkan, "Jelek amat muka lo Dis"

Distria menaruh tas kerjanya di meja makan tanpa menanggapi ledekan kakaknya itu lalu mengambil air minum.

"Ayah mana Ma?"

"Biasalah lembur, kamu dikejar deadline ya Dis?" Distria hanya mengangguk lesu menanggapi.

"Dianter Zaka lo?"

"Siapa lagi yang mau nganterin" Distria mulai menyuap nasi yang sudah diambilnya lalu melahapnya.

"Kamu masih sama dia Dis?"

Distria mendongak memandang mamanya, "Maksud Mama Zaka?" Sang mama pun mengangguk mengiyakan pertanyaan putrinya.

"Iya, kenapa Ma?"

"Nggakpapa, Mama cuma berharap dia beneran lelaki yang baik"

***

Setelah menyelesaikan laporannya tepat waktu, akhirnya Distria bisa bernafas lega. Di hari Sabtunya kali ini ia memilih untuk tidur seharian karna semalam ia baru sampai rumah pukul sepuluh malam. Tapi nampaknya rencana hanya tinggal rencana karna sekarang Mamanya sudah masuk ke kamarnya sambil menyibak tirai gordennya.

"Maa ini masih pagi biarin Distria tidur dulu"

"Kamu pikir jam sepuluh itu masih pagi? Sana bangun, tuh Gina udah sampai sini kamu malah masih molor" omelan Mamanya ini memang sudah biasa ia terima, tapi ia sempat mendengar jika sahabatnya itu sudah disini. Lantas ia membuka selimut yang membungkus wajahnya dan mendapati Gina yang sudah nyengir di kamarnya.
"Tante tinggal ya Gin, ajarin tuh si kebo biar jadi rajin" ucap Mama Distria sambil keluar dari kamar sang anak.

"Anak sendiri dikatain kebo, gimana tuh?"

Gina hanya terkekeh lalu mulai tidur disamping sahabatnya yang baru bangun tidur itu.

"Lo sih perawan juga jam segini baru bangun" cecar Gina.

"Udah deh, lo mau ngajakin kemana. Selalu aja gangguin weekend gue"

Gina tampak menggerling, "Biasalah, jalan jalan nyalon juga boleh"

"Ngabisin duit tau nggak" meskipun begitu tetap saja, Distria bangun dari kasurnya dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Gina adalah sahabatnya sejak SMA, teman seperjuangan saat masuk ke univetsitas idaman mereka. Teman berkeluh kesahnya selama hampir sembilan tahun itu. Nyatanya, meski mereka tidak masuk ke universitas dan kantor yang sama, hubungan mereka masih sama seperti dulu. Bahkan teman temannya dulu bilang 'dimana ada Distria disitu ada Gina'.
Gina jugalah tempatnya berkeluh kesah dalam segala masalahnya, termasuk masalah asmaranya. Distria menyayangi Gina, sama seperti Gina menyayanginya. Semoga saja persahabatan mereka tak terputus.

***

Jangan lupa vote dan komen..

See U,

Keping RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang