O

11.7K 700 2
                                    

Sepertinya, baru kemarin Distria lulus dari sekolahnya. Juga baru kemarin ia menangis bersama sang mama saat mamanya itu memberikan wejangan wejangan padanya yang akan melepas lajang. Sekarang ia sudah duduk disamping Evan, pria yang beberapa menit lalu sudah berubah status menjadi suaminya itu. Satu minggu tak bertemu, Evan tampak lebih bersih dan segar hari ini. Mereka sedang menandatangani berkas yang harus mereka lengkapi terlebih dahulu.

Mereka memilih melakukan ijab qabul pagi hari lalu langsung melakukan resepsi malam nanti. Undangan yang mereka sebar juga cukup banyak. Tadi, Evan sudah mencium keningnya dan entah kenapa kali ini terasa berbeda padahal mereka sudah sering melakukannya.

Mereka sama sama sungkem kepada orangtua masing masing maupun kepada mertua yang tentu, diiringi sedikit tangisan haru oleh para Ibu yang membuat Distria juga ikut merasakan haru. Tak banyak orang yang diundang untuk hadir di ijab qabul, hanya saudara dan teman dekat saja. Termasuk Gina yang sejak semalam sudah menginap.
Setelahnya, mereka bisa lebih santai dan bisa istirahat untuk menunggu acara nanti malam.
Dan sebentar lagi mereka juga akan berangkat ke tempat yang mereka pesan untuk acara resepsi, ya mereka melakukan ijab qabul di rumah Distria.

***

Sekarang ini Distria sedang di dandani di salah satu kamar hotel yang di pakainya untuk resepsi. Ia sangat senang karna model dan tatanan pernikahan sesuai dengan permintaannya dan Evan. Satu jam lagi para undangan akan datang dan Evan juga sudah siap dengan tuksedo hitamnya yang sedang duduk di kasur sambil bermain gadgetnya.
Setelah dandanannya selesai, perias permisi untu keluar dari kamar ini. Distria memilih menggunakan gaun berwarna maroon karna ia sangat menyukai warna itu, begitu pas di padukan dengan pakaian Evan. Distria memutar badannya di depan cermin dan dia juga agak pangling terhadap dirinya sendiri. Sekarang mereka hanya berdua di kamar ini dan entah kenapa Distria merasakan canggung ketika bersama Evan, padahal pria itu tampak santai saja.

Distria sedikit terkejut saat Evan berdiri di sampingnya dan merangkul lengannya. Sekarang mereka berdua tampak serasi dihadapan kaca kamar ini.

"Kayak bukan kamu" bisik Evan dengan posisi yang masih sama.

Mencoba menetralisir degup jantungnya, Distria mengambil nafas pelan "Iya iya biasanya aku jelek"

Evan terkekah lalu menarik tubuh Distria hingga mereka berhadapan dengan tangannya yang melingkari pinggang Distria hingga tubuh mereka berdempet. "Aku pengen benget cium kamu, tapi aku taku dandanan kamu rusak karna ulahku" bisik Evan masih sambil di iringi kekehan. Evan akui jika istrinya sangat cantik malam ini dan ia berusaha untuk tidak menerjang Distria dengan keras.

Kemudian mereka mendengar suara pintu terbuka, "Aduhh, kalian tahan dulu mesra mesraanya. Tamu undangan udah pada dateng, kalian malah enak enakan. Cepet keluar sana, acara mau mulai" cerocos mama Distria hingga membuat mereka berdua kikuk di tempatnya lalu mengikuti sang mama keluar dan menuju ke ballroom.

Acarapun di mulai, pangantin di persilahkan berjalan di tengah para tamu untuk menuju ke panggung dekor. Evan menggenggam erat pinggang Distria dan mereka berdua saling melempar senyum untuk para tamu hingga mereka berhasil naik ke panggung. MC pun membuka acara yang disambut meriah oleh para tamu.

Hingga para tamu pun di perbolehkan untuk bersalaman dan berfoto bersama pengantin setelah mereka menyantap makanan yang dihidangkan. Banyak juga dari teman SMA mereka yang hadir dan sedikit mengolok mereka mengingat mereka dulu yang sering adu mulut. Siska pun datang dan sungguh, Distria masih merasa tak enak. Terlebih, Siska masih memandang Evan dengan tatapan memuja. Tapi Distria tak mau mendiskusikannya dengan Evan, suaminya. Ia akan membiarkan malam ini menjadi malam berharganya.

"Selamat ya Dis" Distria sedikit menegang sementara Evan merekatkan rengkuhannya di pinggang sang istri melihat siapa yang datang kali ini.

"Oh, mm iya Zak. Makasih ya udah dateng" Zaka mengangguk mengiyakan lalu tatapannya berpindah pada seseorang yang datang bersama Zaka, itu istri Zaka. Dan Distria langsung terarah ke perut wanita itu yang membuncit. Sadar, istri Zaka pun segera menyalami Distria sambil mengucapkan selamat, "Semoga cepat di beri momongan, ya Mbak" ucap istri Zaka yang tiba tiba saja membuat wajahnya sedikit memerah.

Zaka pun menyalami Evan dengan basa basi seperlunya karena mereka memang tak saling mengenal.

"Kamu capek?" Bisik Evan di telinga istrinya sehingga istrinya itu menangguk. Lihat saja para tamu undangan yang datang. Begitu banyak. Bahkan bukan hanya teman teman mereka saja, tapi juga banyak dari rekan orang tua mereka juga.

Pukul sebelas malam lebih, akhirnya mereka bisa turun dari panggung dan menuju kamar hotel mereka. Distria memilih masuk kamar terlebih dahulu karena Evan masih sedikit berbincang dengan yang lainnya. Ia berusaha menghapus make upnya lalu berencana untuk segera tidur karena badannya yang terasa remuk. Ia juga berharap semoga Evan tak melakukan hal yang aneh aneh malam ini karna sungguh, ia ingin segera tidur. Setelah ia melepaskan gaunnya, ia memilih masuk kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengguyur tubuhnya yang terasa lengket. Ia pernah membayangkan bagaimana jika ia merasa kesusahan saat membuka gaunnya seperti yang terjadi di novel novel, lalu Evan yang akan membantunya lalu... Hah, membayangkan saja Distria masih belum bisa. Dan ternyata hal semacam itu tak terjadi padanya.

Ia keluar dengan menggunakan piyama dan rambutnya yang basah ia gelung dengan menggunakan handuk. Ia melihat Evan yang terbaring di kasur sedangkan tuksedonya sudah ia lepas. Ia mendekatinya lalu mengguncang tubuh Evan, "Van mandi dulu"

Evan hanya menggumam hingga Distria mengulanginya, baru ia bangun lalu mengecup bibir istrinya sebelum masuk ke kamar mandi. Setelah mengeringkan rambut sebentar, Distria memilih untuk berbaring menyamping di kasur tanpa repot menunggu suaminya.

Lalu Evan keluar dengan memakai celana pendek dan kaos polos. Ia melihat istrinya sudah berbaring, ia menghela nafas mengetahui istrinya yang terlihat lelah itu. Ia naik ke kasur lalu mendekati Distria, "Udah tidur?" Bisiknya.

Distriapun hanya menggumam dengan mata yang sudah terpejam, mengetahui hal itu Evan ikut berbaring lalu mengecup kepala istrinya sebelum melingkarkan lengannya di pinggang sang istri dan ikut memejamkan matanya tanpa aktivitas yang berarti.

***

Tahan dulu nih,
Jg lupa vote dan komen juga.

SeeU,

Keping RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang