X

13.3K 678 5
                                    

Perhatian,
Part ini mengandung unsur dewasa, bijaklah dalam membaca. Saya hanya menyalurkan ide, bukan untuk mengajak kalian melakukan hal yang menyimpang.

Silahkan lanjutkan jika masih berminat, sekali lagi part ini mengandung unsur dewasa.

***

Ini adalah kali pertama Distria masuk ke kamar suaminya. Kamar ini luas dengan dominasi warna putih dan sedikit perpaduan warna grey yang tampak enak di pandang itu. Di depan kasur terdapat playstasion. Itu pasti digunakan suaminya untuk membunuh waktu. Di nakas samping tempat tidur Distria melihat deretan vapor yang dijadikan hiasan karena ia tau sekarang Evan sudah tak memakai benda benda itu, padahal dulu waktu SMA suaminya itu sangat terkagum pada vapor.

Distria ikut duduk disamping suaminya yang fokus dengan game disofa lalu merebahkan kepalanya di bahu Evan. Cukup lama mereka terdiam hingga Evan mematikan game nya dan melingkarkan lengannya di pundak Distria.

"Van" panggil Distria yang dibalas gumaman oleh Evan.

"Kamu tau kan istilah pelakor?" Tanyanya tiba tiba. Jujur saja , kejadian di kantornya kemarin sedikit mempengaruhi pikirannya. Dan ia tak ingin memendamnya sendiri. Ditempatnya, Evan mengangguk memberitau jika ia paham dengan apa yang dimaksud istrinya.

"Sekarang lagi musim ya. Kalau misal ada pelakor deketin kamu, gimana?"

Evan mengernyit tak paham arah pembicaraan mereka karena tak ada apa apa, tibatiba istrinya bicara seperi ini. "Kenapa kamu tiba tiba ngomongin pelakor?" Tanyanya balik.

Distria mengambil nafas berat lalu mulai menceritakan drama yang terjadi di kantornya kemarin. Mulai dari Indah yang sudah dituduh menjadi pelakor sejak dulu sampai ia dilabrak oleh istri orang yang di duga bermain api denganyya. Evan mendengarkan dengan seksama cerita istrinya sesekali mengernyit.

"Setiap orang itu berbeda Dis, dan aku juga nggak mau menghakimi mereka. Tapi kamu hanya perlu tau, kamu bisa jamin kalau aku nggak bakal ninggalin kamu, apalagi pilih pelakor ketimbang kamu. Nggak berfaedah juga"

Distria mengeratkan pelukannya di pinggang suaminya sedang kepalanya diusap usap oleh Evan, "Aku takut kalau kamu tergoda Van, wanita kemarin itu cantik banget tapi suaminya masih kegoda apalagi aku yang nggak ada cantik cantiknya ini" keluhnya.

Ia mendengar Evan terkekeh lalu mengecup keningnya, "Yang pentingkan kamu bisa bikin aku ketagihan. Lagian aku cukup tergoda kamu" tiba tiba saja Distria terpekik saat tangan suaminya itu sudah menjelajah di bawah sana.

Tiba tiba saja sekarang Distria sudah terlentang di sofa dan di bawah kukungan suaminya. Tubuhnya berdesir saat Evan mengecup telinganya disertai jilatan "Kamu nggak perlu khawatirin itu semua Dis" bisik Evan serak.

Distria tak berkutik terlebih dengan sofa sempit ini dan tubuh kekar diatasnya yang membuat oksigennya terasa menipis. Nafanya makin tersenggal saat atasannya sudah jatuh dilantai sedangkan Evan terus mempermainkan jarinya di bawah sana. "Shh Van!" Pekiknya saat jari Evan masuk tiba tiba tanpa melepas celananya sedangkan mulut pria itu berada dipuncak dadanya yang menegang. Ia tak kuasa menahan erangannya saat gelombang kenikmatannya akan datang, namun Evan menghentikannya hingga membuatnya tersenggal.

Evan melumat bibirnya dengan nikmat dan mengangkat tubuhnya untuk di baringkan di atas kasur lalu melucuti semua kain yang melekat di tubuhnya sedangkan pria itu masih berpakaian lengkap. Distria menjerit saat kepala Evan turun ke intinya begitu saja, "Kamu ngapain Van" desisnya. Namun Evan tak menghiraukannya hingga tubuhnya tersentak kala lidah Evan memasukinya dan mempermainkannya dengan rakus. Menuruti instingnya, ia mengapit kepala Evan yang berada ditengah kedua pahanya. Tubuhnya tak bisa berhenti menggeliat saat ini, tangan Evan pun naik ke atas untuk meremas dadanya lantas membuatnya membusung.

Tiba tiba saja tubuhnya mengejang dan merasakan intinya begitu basah tapi Evan tak segera menjauh dari sana. Nafasnya masih tersenggal saat suaminya melumat bibirnya meninggalkan rasa asin di mulutnya. Tak lama, Evan berdiri melepas penutup tubuhnya sambil menatap tubuh telanjang istrinya yang luar biasa menggoda birahinya. Distria mencelos saat Evan membebaskan miliknya dari boxser yang membuat benda itu sesak. Milik Evan sangat gagah, sama seperti pemiliknya yang sedikit mengocok bagian itu.  Evan menindih tubuhnya lagi dan mengusap inci tubuhnya dengan seduktif.

"Berbalik Dis" bisik pria itu lebih mirip erangan.

Tak ada yang bisa dilakukan Distria selain menuruti suaminya itu. Ia sudah tengkurap saat tiba tiba pinggulnya ditarik kebelakang hingga posisinya menungging itu. Ia menggigit bibir bawahnya saat merasakan benda tumpul yang keras itu memasukinya begitu saja yang membuat tangannya mencengkram sprei dengan erat. Ia mendengar Evan menggeram dan sedikit mengumpat merasakan rongganya yang menjepit keperkasaan Evan itu.

"Ahh  Van" ia terus mendesah seiring tumbukan Evan yang makin terasa nyata dan makin cepat itu. Tak hanya dirinya, Evan pun ikut mendesah hingga kamar itu di dominasi oleh suara kenikmatan mereka berdua sampai akhirnya ia berhasil mendapatkan orgasme keduanya di iringi semburan benih Evan dirahimnya yang terasa hangat.

***

Pagi ini Distria bangun terlebih dulu dan membiarkan Evan yang masih terlelap. Ia mengambil bajunya untuk ia pakai lalu bergegas untuk ke kamar mandi. Evan belum juga bangun saat dirinya sudah selesai mandi, maka ia memutuskan untuk keluar dari kamar suaminya. Ia melangkah ke dapur dan di sana mertuanya tampak sedang memotong daging.

"Pagi, Ma. Distria bantuin apa nih?" Ucapnya begitu mendekati mertuanya yang di sambut senyuman itu.

"Kamu tumis bumbunya aja Dis, itu udah mama siapin bumbunya. Evan belum bangun ya?"

Distria menggeleng, "Kebiasaan tuh anak, di rumah juga gitu kan pasti" Distria tertawa menanggapi.

Tak berselang lama Evan keluar dari kamar dan mendapati dua wanita penting di hidupnya berkutat di dapur. Ia datang mencium pipi Distria tiba tiba yang membuat Distria terkejut dan menjauhkan dirinya dari Evan yang menggodanya itu. Mamanya hanya berdecak melihat kelakuanny yang terus mengganggu istrinya.

"Ck. Van, jam segini baru bangun. Gangguin lagi. Istri kamu aja udah bangun daritadi kamu molor terus" cibir mamanya tapi ia terus menggoda Distria, entah memeluknya, mencium pipinya atau mencolek dagunya hingga Distria merasa risih dan juga malu kepada mertuanya.

"Kamu mandi dulu deh, Van. Nggak selesai selesai ini" protes Distria. Evan mengacak rambutnya lalu bergegas untuk mandi.

Mertuanya mulai memindahkan makanan di meja makan untuk sarapan, "Maklumin suamimu ya Dis, dia kalau udah cinta kan suka gitu. Sama mama aja dia kadang kayak gitu, apalagi sama kamu"

***

SeeU,

Keping RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang