Y

13.7K 574 3
                                    

Entah perasaannya saja atau bagaimana, Distria merasa kalau Evan lebih suka menempel padanya di tiap kesempatan. Baginya, Evan terlihat alay dan berlebihan karna dulu Evan tak pernah seperti ini. Saat bekerja pun Evan akan sering menelfonnya kadang untuk hal yang kurang penting. Tapi jujur saja, dilubuk hatinya Distria merasa senang laki laki itu tak bisa jauh darinya. Ia tak menampik jika ia suka saat Evan bergantung padanya. Dengan begitu ia merasa jika perhatian Evan tercurahkan padanya.

Sekarang ini mereka sedang pergi ke mall untuk melepas penat sejenak dari pekerjaan selama sepekan. Dari tadi saja Evan tak melepaskan genggaman tangan mereka, entah mengapa Evan menjadi seposesif itu di pernikahan mereka yang hampir berjalan tiga bulan ini.

"Kita makan dulu deh,Dis. Laper muter muter terus"

Akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti di foodcourt untuk makan siang. Barusaja mereka duduk dan memesan makanan, datang seorang pria yang menghampiri mereka.

"Oh, hai Bil. Ya ampun nggak nyangka ketemu disini" Distria langsung heboh begitu mengetahui teman dekatnya dari SMP itu menghampirinya, lalu memeluknya tanpa menghiraukan Evan yang tak paham dengan suasana.

"Wah, kayaknya lo tambah cantik nih Dis" gurau Billy membuat Distria memukul lengannya.

"Masih sendirian aja nih?" Tanya Distria usil.

"Sekarangkan udah ada elo, Dis. Jodoh kali ya" kekeh Billy lantas ia mendengar suara deheman dari Evan. Detik itu juga Distria sadar jika ada orang lain antar ia dan sahabat lamanya itu.

"Aduh, sampai lupa nih Bil. Kenalin, ini Evan. Suami gue" pandangan Distria beralih ke Evan, "Ini sahabat aku waktu SMP, namanya Billy Van" lanjutnya.

Dengan terpaksa Evan menjabat tangan lelaki itu, tanpa basa basi pastinya. Evan membiarkan dua orang di depannya itu mengobrol sedangkan dia sendiri lebih memilih bermain game di ponselnya. Tak lama, pesanan makanan mereka datang dan Billy izin untuk pergi karna harus ada yang ditemuinya sebentar lagi.

"Kalian friendzone?" Tanya Evan tiba tiba.

Distria mendelik begitu saja, "Yakali. Bilang aja kalau cemburu"

"Katanya kan nggak ada cowok cewek temenan yang nggak melibatkan perasaan, mungkin aja sebenernya kamu suka sama dia Dis"

"Kamu ngomongin aku sama Billy atau ngomongin kita sih,Van. Bawa bawa friendzone segala" Distria mengambil tissu di tasnya setelah ia selesai makan dan membersihkan sudut bibir Evan juga.

"Emang kita friendzone?" Evan bertanya balik dengan nada meledek.

"Oh, enggak. Aku sama Billy kok yang friendzone"

***

Kemarin, Evan dan Distria baru tiba di Bali. Kebetulan juga sedang ada libur tambahan di sela weekend, jadi mereka berdua memilih untuk liburan, ya sekalian bulan madu kata Evan. Sebenarnya Distria tak begitu tertarik di Bali, ia ingin sekali pergi ke Osaka,Jepang. Tapi mengingat liburnya yang hanya tiga hari itu dan Evan yang tetap memaksa untuk liburan, akhirnya ia setuju. Toh yang membiayai kan juga suaminya, otak Distria memang sereceh itu.

Sekarang mereka sedang berjalan menuju area Mrs.Sippy yang sedang booming itu. Evan tampak segar menggunakan celana pendek beserta kaus navy polosnya, juga kamera yang di kalungkan di lehernya. Distria sendiri memilih menggunakan celana pendek dipadukan boomber maroonya lantas menggulung rambutnya sehingga tampak casual. Ya, seperti pengunjung lain, mereka ingin mengabadikan foto disini. Rugi memang jika tidak karena tempatnya yang kekinian,jika kata para remaja.

Puas dengan foto jepretannya, mereka memilih untuk makan dahulu. Mereka butuh asupan makanan tentunya karena setelah ini mereka akan berpanas panasan untuk menuju penginapan. Evan memilih untuk menyewa motor selama disini agar bisa lebih leluasa, Distra sendiri tak mempermasalahkannya. Penginapan mereka memang dekat dengan pantai Kuta, jadi rencananya mereka akan melihat sunset di sana saja.

Mereka tiba di penginapan dengan keringat bercucuran karena cuaca yang sedang terik, dan memilih untuk mandi. Evan sedang mengotak atik kameranya sedangkan Distria lebih memilih untuk tidur siang saja karna ia cukup lelah hari ini. Satu jam kemudian Distria mulai menggeliat untuk bangun, dan ternyata Evan juga ikut tertidur memeluk pinggangnya. Wajah Evan tampak damai di tidurnya dengan mulut sedikit terbuka, tapi itu adalah salah satu raut muka favorit Distria dari suaminya. Distria masih diam diposisinya,tak beranjak. Hingga Evan membuka matanya dengan berat dan menemukan istrinya yang tersenyum lebar.

"Kenapa kamu senyum senyum" suara Evan serak khas bangun tidur.

Namun Distria tak menanggapi, masih dengan senyumannya ia mendekatkan wajahnya untuk mengecup bibir suaminya lalu bangun begitu saja membuat Evan tersenyum bingung.

Sekitar pukul lima sore mereka keluar dari penginapan dan berjalan menuju Kuta. Evan menggenggam tangan istrinya yang akhirnya bersedia memakai floral drees nya. Tadi istrinya itu merengek ingin memakai bikini sialan seperti yang dikakukan bule bule di sana, yang sudah pasti mendapat penolakan keras dari Evan.
Seperti dugaan, sore ini Kuta sangat ramai pengunjung. Mereka berdua berjalan menuju bibir pantai hingga telapak kaki basah karena air laut. Distria tampak sangat menikmatinya karna sudah lama juga ia tak bermain ke pantai seperti ini. Biar saja kali ini ia bertingkah layaknya anak kecil. Kini, saat yang ditunggu mereka tiba. Sunset. Evan mengajaknya duduk sambil menikmati matahari tenggelam itu.

"Cantik ya" gumam Evan sembari mengelus kepala Distria yang bersandar di bahunya.

"Iya cantik, kayak aku"

Evan melirik wanita disampingnya itu dengan menahan tawa, "Iya ya. Kalau kamu nggak cantik, mana mau aku sama kamu Dis, udah cerewet, kerem-"

"Nggak inget waktu kamu muji muji badan aku,ha?" Potong Distria.

Langsung saja Evan tertawa dengan keras sampai membuat Distria harus membungkam mulutnya dengan tangan karna malu melihat tingkahnya. "Malu Van, tuh di liatin"

"Ya abisnya kamu enteng banget ngomong gitu" Distria lebih fokus pada sinar jingga yang keluar karna matahari tinggal terlihat setengahnya daripada menanggapi ledekan suaminya yang ia ladeni, pasti tak kunjung usai.

Evan mengecup kening istrinya sambil berbisik, "Makasih ya Dis, mau bertahan sama aku. Dari mulai aku yang berengsek dulu sampai sekarang, kamu nggak pernah menghakimi aku. Nggak salah kalau aku lebih pilih nggak bilang cinta sama kamu sejak dulu, karna pada akhirnya aku bisa milikin kamu sekarang. Dan itu luar biasa"

Distria malah memeluk perut Evan mendengarnya, "Kamu emang beruntung dapetin aku Van"

"Ck. Ngerusak suasana banget deh kamu" protes Evan membuat Distria tertawa.

"Jangan marah lagi dong Van, aku takut liatnya waktu itu"

"Makanya jangan bikin aku kecewa sama kamu dong",

Distria tersenyum masih sambil memandang langit yang mulai gelap, "I love you,Van" bisiknya hampir tak terdengar, tapi tentu Evan masih mendengarnya.

Evan menjauhkan badan istrinya untuk memandang wajahnya di kegelapan senja, dengan senyum yang merekah ia mengangkup wajah Distria dengan jari jarinya. Lalu menempelkan kening mereka hingga hidungpun bersentuhan.

"Love you more, Dis. Aku harap kamu nggak meragukan aku lagi. I love you" bisiknya diiringi lumatan di bibir Distria yang sekarang terasa jauh lebih manis, tak peduli dimana mereka sekarang. Di kepala mereka hanya ada cinta yang semoga saja bisa menjadi alasan mereka tetap bersama hingga maut memisahkan kebersamaan mereka.

Jika di ibaratkan seperti hidupnya sekarang, dulu hati Distria bagai sebuah keping yang lantas dimiliki Evan. Lalu saat pria itu mencampakkannya begitu saja dulu, rasanya hati nya tak bisa jika dikatakan baik baik saja, jujur hatinya juga merasakan hancur hingga menjadi kepingan. Dan saat ia sudah mengiklaskan semuanya, Tuhan malah mempertemukannya dengan pria itu. Sungguh dari pertemuan itu Distria tak menyangka jika Evan akan menjadi bagian terpenting dari hidupnya seperti sekarang. Rasanya, keping yang dulu hancur menjadi kepingan, sekarang kembali utuh. Ya, keping rasa untuk Evan kini sudah utuh dan ia berharap selamanya akan utuh.

TAMAT

***

Selesaiii. .
Tapi masih ada satu part lagi setelah ini. Gantung sih, tapi biarin aja haha.

SeeU,

Keping RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang