T

12.4K 647 5
                                    

Evan berhenti disalah satu club malam setelah menyetir dengan kesetanan dijalan. Ia terus mengumpat bagaimana bisa istrinya berada di sana. Ia masuk ke dalam dengan terengah lalu mencari cari dimana istrinya itu berada. Lalu melihat Gina melambaikan tangan dengan raut muka lega karna akhirnya ia datang. Evan segera bergegas mendatanginya dan sekarang ia sudah bisa melihat Distria yang mabuk itu.

"Kenapa lo biarin dia minum sih Gin?"

Ginapun sedikit takut melihat ekspresi dari temannya itu, "Aduh Sorry, lo tau sendiri kan gimana Distria. Gue udah cegah"

Evan mendekati Distria yang masih memutar mutar gelasnya hingga wanita itu memandangnya, "Gin, kenapa di otak gue cuma ada Evan. Kenapa dia nggak mau pergi dari mata gue"

Gina yang mendengar rancauan dari sahabatnya hanya meringis kecut. "Gue benci Evan Gin, brengsek" umpat Distria tak sadar hingga membuat Evan mengusap kasar wajahnya merasakan istrinya yang benar benar mabuk ini.

"Lo nggak bawa mobil?" Gina menggeleng ditanya seperti itu, karna nyatanya mereka tadi memilih menggunakan grab dan Gina juga tak menyangka jika Distria akan mengajaknya ke tempat ini.

Evan mulai membopong Distria yang masih saja menjauhkan tubuhnya dan menepis tangannya sambil merancau tak jelas, "Lo gue anter pulang dulu"

Mereka bertiga keluar dari club itu dengan Evan yang membopong istrinya lalu mendudukannya dikursi penumpang sedangkan Gina di kursi belakang. Evan mengantarkan Gina dulu, karna biar bagaimanapun Gina adalah seorang wanita dan ini sudah cukup larut. Gina turun dari mobil setelah mengucapkan permintaan maafnya sekali lagi karna tak bisa mencegah Distria.

Evan turun dari mobil dan menggendong istrinya yang tepar itu walaupun Distria sempat menendanginya karna masih menganggapnya bayangan di otaknya. Tiba tiba Distria menangis saat Evan berhasil menurunkannya di kasur.

"Aku benci kamu Van, kamu selingkuh! Ah!!! Brengsek kamu" jerit Distria yang membuat Evan memijat pelipisnya. Benar kan dugaannya jika Distria salah paham. Bahkan dalam keadaan mabuk, ia masih mangingat kejadian tadi. Evan memutuskan untuk duduk di depan istrinya yang meraung raung itu.

"Dis.." panggilnya lirih.

"Evan brengsek, dia nggak cinta sama aku" kini Distria sesenggukan lirih yang justru membuat Evan tak sanggup melihatnya. "Aku benci Evan, dia nyakitin hati aku. Dia selingkuh"

Mendengar hal itu langsung saja Evan menangkup kedua pipi istrinya yang basah karna air mata, mata mereka bertemu. "Dis, kamu istirahat aja ya" jari jarinya pun mengusap pipi sang istri yang sudah terdiam dari tangisnya.

Distria yang tiba tiba merasakan perutnya bergejolak segera mendorong Evan begitu saja lalu berlari ke kamar mandi selagi otaknya yang tak sadar itu masih sedikit berfungsi. Ia memutahkan seluruh isi perutnya. Tentu saja suara muntahan istrinya itu mengundang Evan untuk masuk dan menemukan istrinya berjongkok di depan closet sambil memegangi dadanya. Melihat itu, Evan pun mendekat lalu memijat tengkuk istrinya dari belakang. Berharap mampu membantu istrinya itu.

Setelah dirasa cukup memuntahkan isi perutnya, Distria duduk begitu saja di kamar mandi hingga membuat bajunya basah. Pandangannya tampak kosong dengan raut muka yang lelah. Evan berjongkok di dekatnya hingga membuatnya menengok. Evan segera membantu Distria berdiri dan melihat pakaian istrinya yang basah membuatnya berdecak. Distria bisa masuk angin jika di biarkan, tapi apa ia sanggup untuk melepas dan mengganti pakaian istrinya?

Distria diam tak melawan saat Evan mengangkat bajunya ke atas hingga ia hanya memakai dalaman, begitu juga celananya yang di lepas Evan. Sekarang Distria hanya memakai dalaman saja dan Evan harus berusaha mati matian untuk tidak menerjang tubuh istrinya sekarang. Tapi nyatanya, pemandangan di hadapannya ini berhasil membuat celananya menjadi lebih sesak.

Sabar Van, istri lo lagi nggak sadar.

Evan menggendong istrinya keluar dari kamar mandi dan segera mencarikan pakaian yang setidaknya bisa menutupi tubuh molek yang menggodanya itu. Distria juga hanya diam saja sedari tadi. Setelah berpakaian Evan mengecup keningnya dan menidurkannya dikasur, sedangkan ia masuk ke kamar mandi untuk menuntaskan urusannya.

***

Pagi ini Distria merasakan kepalanya yang berkunang kunang, matanya juga berat untuk terbuka. Ia linglung saat tau ia tidur di kamarnya, begitujuga dengan Evan disampingnya yang masih terlelap. Ia terus menghela nafasnya karna tak mengingat apa yang terjadi semalam. Kemarin setelah ia datang ke rumah sakit, ia langsung meminta Gina menemuinya. Ia menceritakan apa yang terjadi padanya pada Gina, yang terang terangan membela Evan.

"Lo tuh bodoh atau gimana sih Dis? Lo nggak bisa lihat Evan cinta lo selama ini? Astagaa"

"Pantes aja dia marah kayak gitu. Lo jelas ngelukai egonya karna bilang nggak pernah percaya sama dia. Orang mana sih yang nggak sakit hati digituin Dis?"

Lalu kemarin juga, ia menyeret Gina untuk menemaninya jalan jalan. Sungguh, ia tak bisa berfikir jernih semalam hingga ia memaksa Gina untuk masuk ke tempat yang belum pernah dikunjunginya. Gina sudah mewanti wantinya tapi ia tetap nekad dan mengancam Gina, rasanya ia harus minta maaf pada Gina. Setelah itu ia tak ingat apapun setelah ia memesan minum yang orang sebut dengan wine itu. Ia juga tak ingat berapa banyak yang ia minum.

Pasti Gina juga yang ngasih tau Evan.

Distria yakin jika yang membawanya pulang semalam adalah suaminya. Orang mana yang repot repot mambawa orang mabuk sepertinya. Pakaiannya pun juga berbeda dari yang ia gunakan kemarin, mungkin juga Evan yang menggantikannya.

Bodoh lo Dis! Evan mau ngelakuin apa aja buat lo sedangkan lo meremehkan dia selama ini.

Distria kesal pada dirinya sendiri. Dirinyalah yang membuat kekacauan ini sebenarnya. Evan memang menyebalkan, tapi pria itu tetap mengalah untuknya. Dan fakta itulah yang berhasil menamparnya. Kemana saja ia selama ini hingga ia baru menyadari semuanya. Ia malu pada Evan karena rasa bersalahnya. Distria menumpukan kepalanya dilutut sambil mendekam kedua kakinya itu. Ia ingin menangis, tapi rasanya air mata sudah tak mau keluar. Ia menegang saat seseorang memijat tengkuknya.

"Pusing?"

***

SeeU,

Keping RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang