E

12.5K 658 2
                                    

Distria masih meringkuk di kamarnya mengingat hari ini masih hari Minggu. Ia juga masih bergumam dalam mimpinya pagi ini. Perlahan sinar matahari yang masuk lewat celah kamarnya mengusik ketenangan tidurnya hingga matanya terbuka. Tangannya meraba raba mencari ponselnya yang seingatnya mati semalam.

Dengan masih terbaring di kasur,Distria menyalakan ponselnya. Zaka masih belum mengiriminya pesan dan nomornya juga masih belum aktif. Tidak biasanya Zaka seperti ini, kalaupun dia sibuk atau ada acara, pasti pria itu memberi tahunya lebih dulu dan Distria tak dengan itu. Tapi ini?

Sebuah pesan masuk ke ponselnya dari nomor yang tidak di kenal hingga membuat keningnya berkerut. 

085234861223 : Dis, sorry banget
085234861223 : Gue harap lo nggak marah buat semalem

Menyadari dari siapa pesan itu, Distri menghembuskan nafas pasrah dan memejamkan matanya mengingat kejadian semalam bersama Evan. Oke, mungkin ciuman bibir adalah hal yang biasa. Tapi ini bersama Evan, teman lamanya yang menyebalkan dan status mereka hanyalah seorang teman lama yang baru bertemu kembali. Parahnya Distria mendapat ciuman itu saat dirinya sedang menjadi kekasih Zaka. Ia merasa bersalah akan hal itu.

Setelah susah payah menjauhkan diri akhirnya Distria mampu mendorong tubuh Evan yang tegap itu. Sedetik kemudian tangannya meluncur begitu saja ke pipi Evan dengan nafasnya yang memburu. Evan memegangi pipinya seolah ia baru sadar apa yang di lakukannya.

"Dis,gue nggak-"

"Sialan lo. Dari dulu, nggak sama gue aja,lo tetep sialan. Kali ini gue serius,gue benci sama lo Evan"

Distria ingat setelah ia menampar Evan semalam ia langsung keluar dari mobil tanpa mau mendengarkan penjelasan dari Evan. Bagaimana pria yang selalu mengejeknya di tiap kesempatan malah menciumnya dengan dalam. Apalagi lidah pria itu juga sudah mencicipi mulutnya. Tapi lo nggak nolak kan Dis. Bisik hatinya yang membuat Distria menjambak rambutnya sendir. Ia tau dan ia paham betul, sekesal apapun ia pada pria itu, dari dulu ia tak bisa lepas dari Evan.

***

Distria masih menunggu kedatangan Zaka yang sampai saat ini belum tiba di kubikelnya. Padahal sebentar lagi briefing Senin akan segera di mulai. Jujur ia mulai khawatir karna Zaka masih belum bisa di hubungi.
Hingga akhirnya Distria memilih beranjak dari kubikelnya menuju tempat briefing. Saat itu jugalah Zaka datang dan meletakkan tas kerjanya di kubikel. Distria pun harus menahan diri sampai acara briefing selesai untuk menghampiri Zaka. Bertanya, apakah pria itu baik baik saja.

Saat kembali dari briefing Distria sudah melihat Zaka duduk di kubikelnya sambil menelungkupkan kepalanya di meja. Distriapun menghampirinya lalu mengusap punggung kekasihnya hingga pria itu mendongak.

"Kamu sakit Zak?" Zaka hanya menggeleng.

"Kamu kemana aja Zak? Aku bingung tau nggak nyari-"

Distria belum selesai bicara sampai Zaka buru buru memotong ucapanny, "Plis jangan ngomongin itu disini, ini kantor Dis. Nanti aku anterin kamu"

Melihat Zaka yang nampaknya sedang dalam keadaan tak baik maka Distria berdiri dan kembali menuju kubikelnya sambil berfikir apa yang terjadi dengan Zaka. Pria itu menghilang begitu saja yang jelas membuatnya khawatir.

"Sarapan yuk,Dis" ajak Cici yang dianggunguki oleh Distria.

***

Seperti renacanaya tadi, sekarang Distria sudah berada di dalam mobil Zaka yang sudah melaju keluar dari parkiran kantor. Distria sudah menahan banyak pertanyaan di kepalanya tapi Zaka tampak tak ingin membahasnya.

"Zak"

"Kita cari makan dulu gimana?" Tanya Zaka sedikit mengalihkan. Membuat Distria mengehmbuskan nafas kasar.

"Langsung ajadeh, kamu kemana aja kemaren?"

Zaka masih sibuk menyetir dan hanya melirik Distria sekilas, "Aku sibuk kemarin Dis, mamaku dateng"

Oke, untuk alasan ini mungkin Distria harus menahan diri untuk tidak bertanya lebih lanjut
"Terus kenapa kamu nggak jemput aku malem itu? Aku nungguin kamu tengah malem kayak orang bodoh"

Entah perasaan Distria atau apa, ia merasa jika Zaka mulai tak nyaman di tempatnya.
"Itu, aku lupa karna acara temenku itu rame banget Dis. Aku mau nelfon kamu tapi hapeku lowbat, Sorry ya?"

Distria melirik sinis kearah Zaka.
"Yakin cuma itu alasannya?" Tanya Distria sedikit memicingkan matanya.

"Kenapa nggak percaya sama aku sih Dis!" Distria terkejut dengan bentakan Zaka padahal ia bertanya dengan nada yang tidak tinggi, tapi Zaka membentaknya.

"Bukannya aku nggak percaya, tapi kamu tuh beda Zak. Kamu ngilang terus tadi pagi tuh kamu kaliatan kayak orang bermasalah. Terus sekarang kamu marah marah" papar Distria dengan sedikit emosi juga.

"Sok tau kamu"

Mendengar itu membuat Distria melongo, sebenarnya ada apa dengan Zaka, "Aku emang perlu tau Zak,makanya-"

Zaka memukul setirnya dengan sedikit keras hingga Distria terlonjak, "Mau kamu gimana sekarang?" Tanya Zaka sedikit berteriak.

"Turunin aku sekarang"

***

Saat ini Gina sedang mampir ke rumah Distria selepas ia pulang kerja. Distria memang menghubungi Gina dia bilang jika ingin bercerita. Lantas Gina pun langsung ke rumagnya. Mereka berdua masih sibuk dengan ponsel masing masing di kasur Distria.

"Gin, kalau cowok lo tiba tiba ngilang terus waktu ketemu dia marah marah tuh gimana?"

Gina menoleh ke arah Distria, "Maksud lo Zaka?" Distriapun mengangguk.

"Kenapa dia?" Tanya Gina lagi.

"Dia nggak bisa dihubungin sejak kita reuni dulu. Sampai besoknya juga. Terus kita baru ketemu hari Senin dikantor"

Gina segera memotong ucapan sahabatnya, "Tunggu, kalo Zaka nggak jemput lo, lo pulang sama siapa? Bukannya kalian pulang udah malem?"

Distria mendengus sebelum menjawab "Dianter Evan"

"Astaga bener kan Evan tuh"

"Gue lagi ngomongin Zaka bukan Evan Gin, plisdeh" Distria yang nampak kesal membuat Gina terkekeh dan menyuruhnya melanjutkan ceritanya hingga dia bisa bertengkar dengan Zaka.
"Kalau dari sudut pandang gue nih Dis, bisa aja Zaka kayak ngalamin hal apa gitu. Terus dia kepikiran atau entah ngerasa gimana, yang jelas mungkin doi lagi nyembunyiin sesuatu" Distria mengangguk mendengar hipotesa dari Gina. Dia juga memang berfikir tentang itu, hanya saja ia juga belum tau pasti apa masalahnya.

"Terus gue mesti gimana Gin?"

"Kalian tuh sekantor kali Dis, mana bisa marahan lama-lama. Udah nggak usah terlalu dipikirin. Mending kita ngomongin lo sama Evan, jadi gimana ceritanya lo bareng sama dia?" Tanya Gina sambil menaikkan alisnya bermaksud menggoda Distria.

"Tau ah sebel gue sama tuh curut"

***

Tahan

See U,

Keping RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang