Episode 7 - Dugaan

317 21 0
                                    


Mereka masuk kelas dan kelas berjalan normal hingga jam pelajaran kedua. Ibu Desi mengadakan ulangan dadakan dan meminta para murid untuk menyiapkan kertas folio. Bendahara kelas berinisiatif mengambil kertas folio di dalam lemari kelas. Tetapi anehnya, lemari kelas terkunci dan kuncinya tidak menempel pada lemari itu seperti biasanya. Fitri lalu mencoba membuka dengan paksa, namun tiba-tiba saja lemari itu mengeluarkan aroma busuk seperti aroma darah dari dalamnya.

Fitri langsung melapor pada ibu Desi dan ia menyuruh Leo membuka lemari dengan paksa. Leo membuka lemari tersebut dengan sekuat tenaga dan terbukalah lemari tersebut. Seisi kelas sangat kaget karena aroma busuk itu berasal dari mayat Heru yang terbaring kaku di dalam lemari.

"Apa? Mayat lagi?" Seru ibu Desi kaget sambil menghampiri mayat itu.

"Cepat lapor kepala sekolah!" Perintah ibu Desi.

"Anak-anak cepat kalian menjauh dari sini, jangan ada yang mendekati mayat itu." Kata ibu Desi Panik.

Adnan dan Rico tersenyum dan menunjukan sifat dingin, mereka sempat terdiam karena kaget dengan kejadian ini.

"Adnan?" Ucap Rico sambil menatap kearah mayat.

"Ya?" Jawab Adnan sambil menatap tajam Rico.

"Lantas apa yang akan kita lakukan?" Tanya Rico serius.

"Kau pasti tau apa yang akan kita lakukan" Balas Adnan serius.

Rico pun mengangguk tanda mengerti dan meminta izin kepada ibu Desi untuk menyelidiki mayat tersebut, awalnya Ibu Desi menolak dan menyuruh meraka menjauh. Namun, mereka tetap kekeh ingin menyelidiki mayat tersebut, akhirnya ibu desi mengiyakan dan menyuruh mereka berati-hati.

"Permisi, gue mau coba lihat mayatnya deh." Ucap Adnan

"Lu mau ngapain nan? Jangan macem macem dah." Jawab Candra ketus.

"Perlu banget gue jelasin?" Balas Adnan.

"Minggir woy Adnan mau ngecek mayat ini dulu, kalian gatau kalau Adnan itu detektif? Kami lagi mecahin siapa pembunuh bayu dan mayat ini alias Heru. Jadi tolong minggir sebentar." Kata Rico memaksa dengan sedikit mendorong Candra.

"Yaudah santai aja Ric." Kata Candra menurut sambil menjauh.

"Ditangannya ada bercak hitam? Seperti bekas tinta spidol. Tunggu sebentar, tinta spidol ini seperti mengingatkan ku pada suatu hal...."Kata Adnan didalam hati.

"Oiyaa benar, Nitaa....Kemarin ditangannya juga ada bercak hitam. Kebetulan kah? Masa sih Nita yang melakukannya? Kalau tidak salah di dekat meja guru juga ada bekas tinta spidol." Kata Adnan didalam hati.

"Eh kenapa Nan?" Tanya Rico bingung karena Adnan tiba-tiba berdiri.

Adnan pun mengecek apakah dugaannya benar, ternyata benar ada bekas noda spidol di lantai dekat meja guru.

"Pasti pembunuhnya tidak sengaja menumpahkan tinta spidol. Tapi, siapa yang melakukan ini semua? Nita kah? Aku curiga dia yang melakukannya. Masa iya dia yang melakukannya? Terlalu dini kalau langsung menyimpulkan bahwa dia adalah pembunuhnya, aku harus melakukan penyelidikan tanpa dia." Kata Adnan keheranan sambil terunduk lesu.

Rico pun menghampiri Adnan, sambil menepuk punggung Adnan Rico bertanya "Lu nemu sesuatu Nan?"

"Gue gatau Ric, aneh banget dugaan gue." Kata Adnan sambil menatap tajam Rico.

"Aneh gimana?" Tanya Rico keheranan.

"Udah, nanti aja gue jelasinnya. Mending lu bantu gue cek keadaan mayat Heru deh." Kata Adnan sambil mengahampiri Bu Desi.

"Ok ok. Tapi lu mau kemana Nan?" Kata Rico menurut sambil bertanya kembali pada Adnan.

"Gue mau ke ruang informasi, mau cek CCTV." Balas Adnan sambil keluar kelas.

"Ihh liat deh kasian banget sih, banyak luka tusukan gitu." Kata Suci sambil menutup hidungnya.

"Iyaa, ngeri banget ihh." Balas Lulu.

"Iyaa, jangan sampe deh kita kaya gitu juga. Semoga pembunuhnya cepet ketangkep deh." Sambung Joko sambil menghela nafas.

"Kira-kira kenapa ya ko Heru bisa jadi korban kaya gini? Padahal dia anak baik-baik deh." Kata Sulis ikut berkomentar juga.

"Udah-udah kita serahin aja sama polisi, dan Adnan, semoga bisa cepet usut kasusu ini." Balas Faris sambil menenangkan teman-temannya.

"Eh temen-temen bisa permisi sebentar ga gue mau ngecek mayat Heru." Kata Rico sambil berjongkok di samping mayat Heru.

"Iya Ric, hati-hati ya." Kata salah satu temannya di kelas.

"Lukanya banyak dan parah banget, ini sih lebih parah daripada mayat bayu di kamar mandi. Tragis banget sih lu Ru, walau gue ga terlalu deket sama lu, tapi gue tetep gaterima temen gue bisa sampe kaya gini. Bakal gue cari siapa yang udah membunuh lu." Kata Rico dalam hati sambil terus memeriksa mayat Heru.

Beberapa menit kemudian Adnan pun kembali ke kelasnya.

"Gimana Ric?" Kata Adnan dengan muka kecawa sambil menghampiri Rico.

"Terlalu parah lukanya, Lu sendiri?" Balas  Adnan.

"Gw udah cek, CCTV dari semenjak 2 hari lalu dan terakhir kemarin, anehnya gaada yang ngerekam sama sekali kejadian ini. Ada 1 celah, CCTV mati pas gw lagi nyari botol minum." Kata Adnan sambil mengerutkan jidatnya.

"Apa mungkin sabotase?" Terka Rico.

"Bisa jadi.....Cih, Sialan!! Makin gue telusuri, makin merujuk pada satu fakta yang sulit gue terima." Ungkap Rico dengan emosi sambil memukul tembok disebelahnya.

"Santai Ric, Emangnya knp sih?" Kata Rico menenangkan Adnan.

"....." Adnan terdiam sambil menggelengkan kepalanya.

"Ric, coba lu bantu gue catet hasil dugaan gue, fakta pertama ada noda spidol di tangan kiri Heru. Kedua Heru memakai baju pramuka, berarti pembunuhan terjadi pada hari rabu. Ketiga banyak luka tusukan pada daerah perut dan leher Heru, berarti pelakunya membunuh menggunakan pisau. Keempat, CCTV mati dan merekam apapun. Dan yang kelima, sekaligus fakta yang sulit banget gue terima....." Kata Adnan panjang lebar. 

"Gue punya dugaan bahwa Nita adalah pelakunya." Kata Adnan sambil mengehala nafas dan menundukan kepalanya.

"Apa? Nita? Lu serius Nan? Kok lu bisa punya pikiran kalo Nita pelakunya?" Tanya Rico heran. Matanya terbelalak karena tidak percaya pada kata-kata yang baru saja Adnan ucapkan. Situasi pun mulai menegang diantara mereka berdua.


Keep reading, and Don't forget to vote and comments.  

Seseorang Yang Bersembunyi Dibalik CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang