"Bye, gue balik dulu ya." Anak laki-laki itu melambaikan tangan pada teman-temannya.
"Iya hati-hati, Fik," sahut teman-temannya.
Anak laki-laki bernama Fikri itu pun berjalan kearah parkiran untuk mengambil motornya. Dia memutuskan untuk segera pulang ke rumah. Begitu sampai di motornya, Fikri merogoh saku celananya, hendak mengambil kunci. Ia hendak memacu motornya sampai suara seseorang mengagetkannya, membuatnya menolehkan kepala—mencari arah sumber suara tersebut.
"Gue harap lu punya waktu sebentar Fik...." Terdengar suara dari arah belakang Fikri.
Fikri mengurungkan niatnya untuk pulang. "Siapa?" kata Fikri heran sambil menoleh ke arah belakang. Matanya membelalak. "Adnan?"
"Tolong bantu gue, Fik. Tolong ceritakan semua yang lu ketahui tentang masa SMP kita, dan juga tentang buku ini." Adnan menunjukkan buku diary yang berada di genggaman tangannya.
Pandangan Fikri terfokus pada buku di tangan Adnan—ia merasa tak asing dengan buku itu. "Itu, kan, buku gue? Kenapa bisa ada di lu?"
"Entah, lah. Gue nemu buku ini di loteng rumah gue." Adnan menjawab.
Fikri tampak tertegun. "Hm ... jadi lu sengaja dateng kesini, nemuin gue, hanya untuk ini? denger cerita gue?"
Adnan terlihat lesu. "Please, Fik. Cuma lu satu-satunya yang bisa gua harapkan."
Terlihat Fikri tampak menimbang. Dia kemudian mengangguk lalu berkata, "Kita ngomongnya jangan disini. Ayo ikut gue."
"Kemana?" tanya Adnan.
"Ke tempat yang enak buat ngobrol."
***
Adnan menyarankan untuk pergi ke cafe yang sama seperti saat ia mengajak Lira. Fikri hanya menyetujui saja lantaran ia sedang kebingungan memilih tempat. Ketika sampai di tempat tujuan, mereka dikagetkan dengan suasana parkiran yang padat. Walaupun agak kesulitan menemukan tempat parkir, Fikri akhirnya berhasil memarkir motornya dengan cepat karena bantuan Adnan.
Ketika memasuki cafe, mereka langsung disambut keramaian. Biasanya, di atas jam 2 siang, cafe ini agak ramai akan pelanggan. Namun, Adnan dan Fikri memilih untuk mengabaikannya karena mereka malas untuk pindah tempat lagi.
Fikri menunjuk meja kosong yang berada di pojok dekat jendela yang langsung direspon dengan anggukan oleh Adnan.
"Gimana, ya, gue harus mulainya?" kata Fikri begitu mereka duduk di tempat masing-masing.
"Dari awal aja. Waktu gue banyak kok."
Fikri pun mulai bercerita. "Awalnya kita berempat adalah sahabat baik, tapi lambat laun Zayn mulai berubah. Ia mulai mengutarakan isi hatinya tentang idealismenya, bahwa ia menganggap sekolah adalah sistem busuk pemerintah yang akan membuat para siswa tunduk pada mereka dan akan menjadi domba-domba pemerintah.
"Ia mulai mengeluarkan aspirasinya, ia mulai berani melawan guru, ia berani memotong pidato kepala sekolah saat upacara, ia mulai mempengaruhi anak-anak lain, dan tidak segan segan menghabisi anak-anak yang tidak sepaham dan berani mengatainya. Bahkan ia menghabisi banyak kakak kelas dan membuatnya satu persatu tunduk."
Fikri sedikit melirik Adnan. Tampaknya, Adnan kaget mendengar percikan masa lalu yang sedang ia gali itu.
Karena Adnan diam saja dan tampak menyimak, Fikri pun melanjutkan, "Ia berani melawan guru, bahkan guru BK yang terkenal killer dikalangan anak-anak. Dan diakhir tahun ajaran kelas 7 dia berhasil menghasut setengah dari seluruh murid, dan itu dia lakukan dari balik layar tanpa diketahui oleh guru. Saat naik ke kelas 8 dia mulai berani menunjukan dirinya yang sebenernya di hadapan guru-guru. Ia mulai menghasut para adik-adik kelas, menghabisi anak yang tidak ingin bergabung denganya. Ia sangat brutal, dan tidak ada satu pun siswa yang berani padanya. Ia membuat aliansi dengan berbagai ketua di seluruh kelas, membuat organisasi pemberontak sekolah, membuat aliansi dengan sekolah sekolah lain, mengepalai semua organisasi, ekskul, bahkan OSIS. Bahkan ia mulai mendekati guru-guru agar mau mensupportnya, dan tentunya dengan caranya sendiri, sehingga banyak guru dan oknum sekolah yang pro padanya. Di akhir tahun kelas 8 dia berhasil menguasai seluruh sekolah, dan bahkan separuh dari guru-guru. Dia berhasil membuat organisasi pemberontak siswa-siswa bernama The Freedom."
Jantung Adnan berdetak kencang, entah kenapa keringat dingin bermunculan di dahinya.
Entah kenapa Fikri merasa gusar ketika membahas masa lalunya. "Dan satu-satunya anak yang tidak ingin bergabung dengannya adalah lu, Nan. Dia berkali-kali menghasut lu dan lu sama sekali ga mau bergabung. Lu selalu ngelawan dan hasilnya Zayn selalu kalah duel sama lu. Karena itu, banyak anak-anak yang tadinya tunduk sama Zayn jadi beralih ke lu. Di awal kelas 9 Zayn membuat semacam piramida kekuasaan dengan dia menempati posisi puncaknya. Dia bener-bener berkuasa, dan dia berniat melaksanakan pemberontakan besar-besaran bersama seluruh murid dan anak buahnya. Dia bersama 10 sekolah lainya melakukan pemberontakan masal, demo besar-besaran, penyerangan guru-guru, dan yang paling gila yaitu penggulingan pemerintah.
"Semua itu dia lakukan hanya untuk merealisasikan idealismenya. Seingat gua, lu gasuka sama tujuan Zayn dan lu terus menerus menggagalkan usaha dia. Lu merencanakan penggagalan di rencana besarnya itu dan lu berhasil. Lu ngabisin semua pasukan dia sendirian, lu berhasil membebaskan guru-guru yang diserang, lu kerja sama dengan anak-anak 10 SMP lainnya, lu nelpon polisi di waktu yang tepat tanpa sepengetahuannya dan puncaknya lu duel satu lawan satu sama dia. Tapi Zayn...." Fikri tertahan. Ia melihat ada yang aneh dengan Adnan sedari tadi.
Adnan merasa pandangannya buram, kepalanya berdenyut-denyut, dan sensasi tidak nyaman lainnya.Tangannya perlahan naik menyentuh pelipisnya lalu memijatnya pelan.
Sampai kemudian ia tidak tahan lagi.
"Aaaaarghh...."
"Loh Nan? Lu kenapa, Nan? Adnan...." Dengan sigap, Fikri bangkit dari duduknya lalu memegangi pundak Adnan dan sedikit mengguncangkannya.
"Gua pusing banget. Kepala gua sakit banget...," Kata Adnan sebelum kesadarannya terlahap habis.
Adnan pun pingsan.
"NAN, NAN, NAAANNN. KENAPA LU?" Teriak Fikri.
"........" (Adnan pingsan.)
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Seseorang Yang Bersembunyi Dibalik Cahaya
Misterio / SuspensoAdnan, seorang anak dengan kecerdasan yang tinggi mempunyai hobi yang unik yaitu menjadi seorang detektif cilik. Adnan memang anak yang cerdas dan ber IQ tinggi, tetapi kepribadiannya sangat tidak mencerminkan bahwa ia anak ayng pintar dan seorang d...