Episode 12 - Kita Berdua

114 8 0
                                    

Malam hari pun tiba, Adnan melamun sambil menikmati camilan dan segelas kopi panasnya. Terlintas di pikirannya tentang kasus pembunuhan yang terjadi di sekolahnya. Ia benar-benar bingung ingin mencurigai Nita atau tidak.

Tiba-tiba, Ia teringat kalau film yang Ia tunggu sudah tayang di bioskop. Dan Ia ingin sekali mengajak Vivi menonton film itu bersamanya. Tangannya merogoh kantong celananya lalu meraih ponsel. Adnan kemudian menelpon Vivi untuk mengajaknya jalan besok. Kalau dia bisa, pikirnya.

"Halo. Malam, Vi." Begitu panggilan terhubung, Adnan langsung menyapa Vivi.

"Malam, Nan. Kamu kenapa nelpon aku malem-malem?" balas Vivi.

"Hehehe. Engga ada apa-apa, sih, Vi. Cuma kangen aja." Adnan berbasa-basi. Tangannya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.

"Ih. Apasih! Adnan bisa aja, deh." Vivi tertawa kecil.

Rasanya Adnan dapat membayangkan ekspresi wajah Vivi.

Adnan menarik napas. "Kamu udah makan, Vi?" tanya Adnan lagi.

"Belum, Nan. Aku masih belum laper, kok. Kamu sendiri udah makan, belum?" Vivi balik bertanya.

"Hehehe. Sama, nih. Aku juga belum makan," Adnan mengambil jeda, "makan baren, yuk, " lanjutnya sambil berusaha bercanda.

"Hahaha. Makan bareng di rumah masing-masing, ya? Ada-ada aja kamu Nan."

"Hahaha. Laper, nih." Adnan memelas.

"Yaudah. Kamu makan dulu, nanti kamu maag, loh," titah Vivi agak memaksa.

"Cie, perhatian," ucap Adnan dengan nada meledek.

"Hahaha. Dia baper sodara-sodara." Tawa Vivi pecah di seberang telepon sana.

Adnan merayu Vivi. "Biarin. Yang penting diperhatiin kamu."

"Yaudah. makan dulu sana," saran Vivi dengan perhatian.

Rasanya Adnan ingin tertawa. "Nanti aja, ah, masih mau ngobrol sama kamu."

Vivi mendengus. "Hadeh. Yaudah, deh terserah kamu aja," kata Vivi menurut.

"Kamu lagi apa sekarang, Vi?" tanya Adnan penasaran.

"Lagi mikirin kamu," sambut Vivi yang bermaksud bercanda dengan pertanyaan Adnan.

"Bah! Boong banget, nih, pasti." Adnan tidak percaya. Tapi Ia berharap itu nyata.

"Emang." Tawa Vivi membludak.

"Tuh, kan. Kamu, mah, suka gitu, sih." Adnan ngambek.

"Hehehe. Gapapa, dong," ejeknya. Ia pun bertanya, "Yaudah. Kalo kamu lagi apa?"

"Ya jelas lagi telponan sama kamu, lah, Vi" Adnan balas mempermainkan Vivi.

"Yeh. Kalau itu, sih, Aku juga tahu, Adnan. Serius, nih, kamu lagi apa?" Vivi mulai kesal.

"Kamu duluan. Lagian, tadi bercanda mulu. Heran." Adnan berdecak.

"Yaudah. Iya aku minta maaf, deh." Vivi terkekeh.

Adnan mengernyit. "Tumben, ya, ada cewek yang minta maaf. Biasanya, kan, cewek suka gak mau disalahin." Adnan menyindir. "Cewek idaman banget nih yang kaya gini."

"Kode keras saudara-saudara." Vivi mencibir.

"Hehehe. Peka, ya, ternyata." Adnan tersenyum kecil, Ia lalu mengambil camilan dan memakannya.

Seseorang Yang Bersembunyi Dibalik CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang