"Itu tadi temen lu smp Nan?" Tanya Rico penasaran.
"Iyaa, gue dulu satu bangku sama dia pas kelas 7, seinget gue dulu dia pernah kena masalah sama guru dan kita sempet slek, tapi gue ga inget sama sekali masalah apa waktu itu." Jelas Adnan sambil berusaha mengingat memorinya.
"Ko lu gapernah cerita Nan?" Tanya Rico lagi makin penasaran.
"Gimana mau cerita, gue aja lupa." Adnan menjawab kesal.
"Perasaan ingetan lu yang paling super dah, kok bisa lupa sih." Ledek Rico pada Adnan.
"Namanya juga manusia, lupa mah wajar oon, emang lu kata otak gue hardisk pc." Adnan kesal.
"Iyaa juga sih, hehehehehe yodah lah gausah dibahas lagi Nan." Kata Rico sambil cengengesan dan menepuk pundak Adnan.
"Ada satu hal yang gue inget dari dia..." Sambung Adnan tersentak karena tiba-tiba mengingat sesuatu.
"Hmmm? Apaan itu?" Rico makin penasaran dan terus memperhatikan Adnan dengan seksama.
"Dia punya idealistis sendiri, dia menganggap kalo sekolah itu system busuk dan selalu menentang system sekolah." Kata Adnan sambil melirik ke arah Rico.
"Hah? Serius? Dia kaya gitu?" Rico kaget, matanya terbelalak karena tak percaya pada apa yang baru saja dia dengar.
"Gue sengaja gamau bahas itu tadi, gue harap dia udah berubah deh." Balas Adnan sambil menundukan kepala seraya kecewa.
"Gila." Rico benar-benar tidak percaya.
"Dia bilang kalo sekolah itu Cuma system yang dibuat-buat pemerintah supaya kita menjadi domba-domba pemerintah." Kata Adnan serius.
"Dia bilang gitu?" Rico makin tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
"Iya, dia bilang system pendidikan di Negara kita sangat menyedihkan, karena idealistis dan pemikiran-pemikirannya itu dia sampai menentang kebijakan sekolah dan sering bermasalah dengan guru, bahkan ia hampir dikeluarkan dari sekolah." Jelas Adnan panjang lebar, ia benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang akan menimpanya nanti.
"Dia? Sampai segitunya? Gue bener-bener ga habis pikir." Tanya Rico lagi makin-makin penasaran.
"Iyaa, dan gue berharap sekarang dia udah berubah." Kata Adnan sambil menghela nafas dan meminum sisa terakhir kopinya sampai habis.
"Gue jadi penasaran masalah apa yang udah dia hadapi dan kenapa dia bisa sampe slek sama lu. Lu bener-bener ngga inget ya?" Tanya Rico penasaran dan semakin mengorek masa lalu Adnan.
"Ngga sama sekali, gue aja baru banget ketemu sama dia lagi setelah sekian lama, seketika ingetan itu kembali tapi kejadian terbesarnya sama sekali ngga teringat." Kata Adnan kecewa sambil ia memegangi kepalanya yang mulai sakit.
"Lu ga apa apa Nan? Yaudah lah Nan gausah terlalu dipikirin, mending kita cabut soljum aja yo, udah mau jam 12 nih." Kata Rico menenangkan Adnan dan mengajaknya sholat jum'at.
"Ok deh hayu." Adnan setuju dan mereka segera meninggalkan cafe itu.
Setelah selesai ngopi mereka memutuskan untuk pergi meninggalkan café itu dan mencari masjid terdekat pergi melaksanakan solat jumat. Setelah solat jum'at mereka berdua pulang kerumah masing-masing, ditengah perjalanan Adnan terus kepikiran tentang Zayn. Adnan dan Rico pun berpisah di tengah perjalanan pulang dan Adnan segera menuju rumah.
"Huft akhirnya sampe rumah juga, pusing banget kepala gue, masalah satu blom kelar udah muncul lagi masalah baru." Katanya sambil membuka helm dan memarkirkan motornya di terasa rumahnya.
"Kenapa Zayn tiba-tiba bisa ada di café itu ya? Apa Cuma kebetulan? Tau ah gue pusing." Kata Adnan terdiam di depan pintu sambil membuka sepatunya.
"Assalamualaikum, mah Adnan pulang." Adnan mengucapkan salam sambil membuka pintu dan masuk kerumah.
"Waalaikumsalam, udah pulang Nan? Ko udah pulang Nan?" Jawab mamanya Adnan yang sedang duduk santai di ruang tamu sambil membaca majalah.
"Iya tadi pulang cepet mah, ada rapat guru soalnya." Kata Adnan sambil menghampiri mamanya dan salim kepada mamanya.
"Owh ywdh masuk gih, langsung makan aja tadi mama udah masak tuh dimeja." Suruh mamanya dan ia langsung menyiapkan makanan untuk Adnan.
"Iyaa mah Adnan ganti baju dulu." Kata Adnan sambil masuk ke kamarnya.
Adnan pun mengganti pakaian seragamnnya dengan baju sehari-harinya, dan setelah menggati baju Adnan langsung menuju meja makan dan ia pun makan. Setelah selesai makan Adnan pergi menuju kamarnya lagi. Di dalam kamarnya ia kembali mengingat-ingat kejadian tadi.
"Kok bisa kebetulan yah?" Tanya Adnan pada dirinya sendiri.
"Eh tunggu, kok Zayn dan temen-temenya bisa ada di luar sekolah dan bisa pergi sih? Padahalkan sekarang hari jumat, ngga ada tanggal merah, gue pulang cepet juga gara-gara ada musibah." Adnan menerka-nerka hingga mengerutkan kepalanya.
"Apa ini Cuma rekayasa ya?" Adnan makin bingung dengan apa yang terjadi.
"Apa sih? Gue mikir apasih? Kenapa sekarang gue jadi gampang banget curiga sama semua orang sih?" Katanya kecewa ke dirinya sambil memukul-mukul bantalnya.
"Harusnya gue seneng bisa ketemu teman lama gue, bukannya malah curigain dia macem-macem." Lerainya pada dirinya sendiri, sambil memegangi kepalanya yang semakin pusing.
"Tapi, apa bener Zayn udah berubah? Dan kenapa lagi gue gabisa inget kejadian-kejadian itu, rentetannya, detil kejaidannya, gaada satupun yang bisa gue inget. Semuanya udah kaya potongan puzzle." Ungkapnya kecewa pada dirinya sendiri karena tidak bisa mengingat satu pun kejadian itu.
"Makin dipikirin makin pusing, mending gue lupain dulu dah tentang Zayn, sekarang gue lebih baik fokus ke Nita dan kasus pembunuhan ini aja dah." Adnan merebahkan tubuhnya di kasur dan menutup kepalanya dengan bantal yang tadi ia pukul-pukul.
"Ngantuk gue, mending tidur aja dah, lumayan kapan lagi bisa tidur siang coba? Harus dimanfaaitin nih." Katanya sambil ia mulai memejamkan matanya dan ia mulai terlelap karena kelelahan.
Adnan pun tidur siang hingga menjelang magrib, tapi ia belum bangun juga, kemudian ibunya membangunkannya dan segera menyuruhnya mandi, setelah mandi Adnan memutuskan untuk pergi ke balkon dan bersantai disana sambil memakan camilan, hingga tidak terasa langit sudah gelap.
![](https://img.wattpad.com/cover/139532166-288-k284026.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Seseorang Yang Bersembunyi Dibalik Cahaya
Mistério / SuspenseAdnan, seorang anak dengan kecerdasan yang tinggi mempunyai hobi yang unik yaitu menjadi seorang detektif cilik. Adnan memang anak yang cerdas dan ber IQ tinggi, tetapi kepribadiannya sangat tidak mencerminkan bahwa ia anak ayng pintar dan seorang d...