Joshua mengacak rambutnya frustasi saat melihat tugas-tugasnya. Dia salah milih jurusan. Nilai IPS sama IPA-nya seimbang,harusnya dari awal dia milih IPS aja. Apa yang lebih buruk dari fisika? Menurut Joshua,gak ada.
Dia menutup bukunya dengan keras. Gak ada niat lagi untuk ngerjain PR. Dan dia juga udah nanggung resiko untuk dihukum.
"Sekarang gue ngapain ya?" gumam Joshua sambil melihat seisi kamarnya. "Jason pasti sibuk sama Key. Gilang ... paling di ajak main sama abangnya."
Dia sibuk memikirkan apa yang harus dia lakuin. Sampai akhirnya ...
"Ah! bego,kenapa gue gak nelfon atau sms dia aja ya?" kata Joshua sambil senyam-senyum sendiri.
Joshua lalu mengambil iPhonenya dan mulai mengetik pesan buat Al.
Baru aja dia mengetik satu kata,kakak perempuannya,Jena,menyembulkan kepalanya dari pintu kamar Joshua.
"Josh," panggil Jena.
"Wuanjrit!" pekik Joshua sambil menangkap iPhonenya yang gak sengaja kelempar. Dia menatap kakaknya tajam. "Mau lo apa sih?"
Jena nyengir. "Temenin gue belanja dong,"
Joshua mendengus. "Ajak aja sih pacar lo,kenapa jadi gue yang kena,"
"Dia lagi di luar kota,udahlah cepetan." Kata Jena.
Joshua tampak berfikir sebentar.
"Oke lah,tunggu gue dibawah 5 menit."Daripada gak ngapa-ngapain,mending ikut. Tinggal ngilang aja entar kemana, batin Joshua.
Jena mengangguk dan segera menutup pintu kamar Joshua.
Joshua menghela nafas lalu cepat-cepat ganti baju. Setelah itu,dia mengambil kunci mobil di meja belajarnya. Joshua nggak akan ngebiarin Jena yang nyetir.
Joshua turun tangga dua-dua supaya kakaknya gak kelamaan nunggu.
"Yuk berangkat," kata Joshua saat sudah sampai bawah.
Jena mengambil tasnya dan langsung merebut kunci mobil dari tangan Joshua. "Gue yang nyetir,"
Joshua langsung panik dan merebut kembali kunci mobilnya. "Udah gue aja,"
Jena merebut kunci mobil Joshua lagi dan melototi Joshua. "Kalo gue bilang gue yang nyetir. Berarti,gue yang nyetir. Ngerti?"
"Gak. Pokoknya gue aja yang nyetir ya. Mobilnya cuman nurut sama gue karena tangan gue suci. Sedangkan lo nggak," kata Joshua. "Sekarang,balikin kunci mobilnya."
Jena mengangkat kunci mobil Joshua tinggi-tinggi,yang sebenernya useless karena Joshua lebih tinggi dari Jena.
"Lo kira tangan gue apaan hah? Udahlah,emang kenapa sih kalo gue yang nyetir?" tanya Jena.
Joshua merebut kunci mobilnya dengan gampang dari tangan Jena. "Masih nanya? Lo nyetir masih gak bener. Gue gak mau entar gue jantungan pas lo yang nyetir. Ngerti?"
Jena mendengus dan melipat tangannya di dada. "Terserah lo,"
Joshua tersenyum penuh kemenangan. "Gitu dong,kakak gue yang cantik." kata Joshua. "Tapi boong,"
Jena menyeringai saat satu ide terlintas di kepalanya. "Jadi,lo yang nyetir 'kan?"
Joshua langsung melihat Jena dengan pandangan curiga. "Iya,kenapa?"
Jena mendekatkan badannya kearah Joshua. "Kalo gitu,lo harus anterin gue kemana pun yang gue mau."
Joshua melotot. "Apa? Nggak! Lo kira gue supir pribadi lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dignum
Teen Fiction"Dia cowok. Tapi kadang-kadang sifatnya ... yah,kayak cewek. Sebenernya,gue kurang suka sama cowok kayak gitu. Tapi gatau kenapa kalo dia yang kayak gitu,jatohnya unyu. Dan ya,sejak ketemu dia hidup gue lebih ... keren?" — Aleeya Citra Kori...