XVIII. First Challenge

6.2K 474 14
                                    

Theo : Temuin gue setengah jam lagi di café kemaren.

Joshua menaikkan sebelah alisnya melihat LINE dari Theo. Maksudnya lombanya udah dimulai dari sekarang? Serius nih?

Lalu,Joshua membalas LINE dari Theo dengan berapi-api. Dia menekan-nekan layar iPhonenya sampai jempolnya memerah saking kesalnya. Gimana gak kesal? Main nyuruh-nyuruh temuin dia aja,Joshua aja gak dikasih tau tantangannya apa aja.

Edan, batin Joshua.

Joshua : Buat apa? Lo aja belom ngasih tau gue tantangannya apa aja.

Tidak berapa lama kemudian. Theo membalasnya.

Theo : Gue bakal kasihtau lo tantangannya,di hari gue ngelakuin itu. Tantangan pertama dimulai hari ini. Yaitu,buat Al nyaman. Lo hari ini harus dateng ke café itu and watch me. Gue yakin gue bisa buat dia nyaman.

Joshua mendecih. "Pedenya kebangetan mas,"

Padahal dalam hati,Joshua menghela nafas lega. Membuat Al nyaman? Segitu doang? Yaampun. Itu gak usah nguras otak dan tenaga. Tinggal minta bantuan aja ke Jason dan Gilang. Atau Jason aja. Gilang suka gak bener.

Joshua menepuk bahu Jason yang berada di sebelahnya. "Jas,"

"Apa?" jawab Jason yang masih sibuk dengan makanannya.

Sekarang mereka lagi di kantin. Biasa,teman-temannya ini kalau pulang sekolah perutnya udah ngerengek minta makan. Soalnya pas istirahat,mereka dengan sok kerennya cuman nampakin diri di kantin terus ngobrol. Makan tempat.

"Gimana ya cara buat cewek nyaman?" tanya Joshua.

Gilang dan Jason saling berpandangan. Lalu mereka berdua berdiri dan menggebrak meja sampai jantung Joshua loncat. Dan mie ayamnya Jason dan Gilang juga loncat.

"Jadi diri lo sendiri!" jawab Jason.

"Cuddling!" jawab Gilang.

Joshua tersenyum lebar. Ide mereka gak buruk. Apalagi idenya Gilang,bener-bener diterima dengan senang hati oleh Joshua.

Joshua ikutan menggebrak meja. Pray for mie ayam. Untungnya Jason dan Gilang gak nyadar. "Kalo gitu,gue cabut!"

Joshua langsung lari kearah parkiran saat mendengar Jason dan Gilang meneriaki namanya gara-gara mie ayamnya mereka bener-bener tumpah semua. Salah sendiri 'kan,gebrak-gebrak meja berasa kantin punya nenek moyang?

Dia lalu memasuki mobilnya dan menjalankan mobilnya menuju café kemarin yang dia kunjungi bareng.. Iblis. Atau Theo. Terserahlah.

Walaupun dimintanya setengah jam lagi,tapi apa salahnya kalau Joshua ingin melihat persiapan Theo?

Saat sudah sampai,Joshua mematikan mesin mobilnya dan membuka jendela supaya hawa di dalem mobil gak panas. Dia memainkan iPhonenya selama setengah jam,karena Joshua memasang alarm di iPhonenya untuk menandakan Theo sudah datang.. atau belum.

Saat Joshua mendongak,pas sekali mobil Theo yang sempat ia gores itu,memasuki parkiran dan parkir tidak jauh dari mobil Joshua sendiri. Dia melihat Theo keluar dari mobil dan masuk ke dalam café. Ternyata,Theo memilih tempat duduk disamping kaca supaya Joshua bisa melihat mereka dengan jelas.

Gak lama kemudian,Al dateng dengan motornya dan memasuki café tersebut. Dari mukanya,Joshua bisa menebak kalau Al gak senang harus bertemu Theo.

Mereka mengobrol hampir setengah jam,itu juga kebanyakan Theo yang berbicara,kadang tertawa sendiri. Entah menertawai apa. Sedangkan Al dari yang Joshua liat hanya berbicara singkat atau mengangguk atau menggeleng. Dari cara Al duduk,Joshua udah nebak kalau Al gak nyaman sama sekali.

DignumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang