Al menyetir seperti orang gila. Tidak peduli dengan teriakan Ali yang mohon-mohon untuk memelankan kecepatan mobilnya. Dia mengeratkan pegangannya pada setir mobil sampai kukunya memutih,emosinya sudah di puncak sekarang. Dasar cowok,apa kerjaan mereka hanya memberi harapan palsu buat cewek-cewek? Atau memang ceweknya saja yang kepedean? Al lebih memilih pilihan pertama.
Setelah sampai dirumah dengan waktu 15 menit,Al langsung membuka pintu mobil lalu membantingnya. Meninggalkan Ali yang wajahnya sudah pucat seperti mayat,ditambah lagi saat Al membanting pintu,dia masih di dalam mobil. Berdoa untuk keselamatan Ali.
Cepat-cepat Ali langsung melepas seatbeltnya dan mengejar Al. Dia tau Al sedang emosi dan sakit hati. Jangan lupakan fakta bahwa Ali juga bisa merasakan itu juga. Malah sekarang Ali ingin menonjok siapapun yang lewat di depannya. Tanpa sebab. Ditambah dia ingin memutar lagu-lagu galau sambil mengurung diri di kamar. Punya pacar,nggak. Punya gebetan,nggak. Orang yang disuka pun nggak. Hebat. Ali ingin dia tidak mempunya kembaran.
"Al,buka pintunya." kata Ali sambil mengetuk pintu kamar Al.
"Gak," jawab Al langsung. "Pergi dari sini atau gue tendang sampe lo jatoh kebawah."
Ali bergidik ngeri mendengar ancaman Al. "Cuman mau ngomong sesuatu,"
"PERGI ANJIR," teriak Al yang membuat Ali loncat ke belakang. "PUNYA TELINGA KAN LO?"
Seandainya,Ali punya kembaran yang sedikit manis atau feminim. Dia bakal bersyukur setiap hari. Tapi yang dia dapat malah singa ngamuk.
"JANGAN KATAIN GUE SINGA NGAMUK!" teriak Al lagi yang membuat Ali membelalakan matanya.
Ali menghembuskan nafas dengan kasar. Sial. Dia lupa kalau Al bisa tau. Ah ya,Ali juga tau Al suka Joshua.
"Ada hubungannya sama Joshua ya?" tanya Ali pelan. Tetapi cukup keras untuk di dengar Al.
"Gausah sok tau deh lo," jawab Al ketus.
"Lupa kalo gue kembaran lo?" ucap Ali kesal.
Tidak ada balasan. Mungkin sekarang Al kehabisan kata-kata. Ali menyeringai,akhirnya dia bisa membuat Al mati kutu.
"Yaudah,cerita ke gue kalo udah siap." kata Ali sambil berlalu meninggalkan kamar Al.
Al terdiam di kamarnya. Kenapa sih Ali harus ingin tau urusan Al? Oke iya,dia peduli. Tapi ada beberapa hal yang cukup Al dan Tuhan aja yang tau. Semua orang butuh privasi. Bahkan orang yang selalu terbuka dengan siapapun,punya rahasia.
Sekarang,apa yang harus Al lakuin? Menjauhi Joshua atau bertingkah biasa saja? Kalau Al memilih pilihan yang kedua ... dia tidak yakin dia bisa. Siapa sih yang bisa bertingkah biasa saja di depan orang yang di suka? Pasti ada sedikit gerak-gerik yang menunjukan kita gugup. Seperti,mengetuk-ngetukan jari di paha. Hell,apa dengan ngeliat orang yang kita suka atau mendengar namanya saja harus membuat perut kita melilit?
Al memilih pilihan pertama. Karena pada dasarnya,Jo dan Al hanya sebatas orang yang baru diputusin oleh pacar masing-masing dan jadi dekat. Mungkin Joshua hanya menganggap Al sebagai stranger yang asal masuk ke dalam hidupnya.
Al mengambil iPhonenya di kantong rok seragamnya. Terdapat 3 panggilan tidak terjawab dari Joshua dan sekitar 15 LINE dari Joshua juga. Cepat-cepat Al mengetik balasan untuk Joshua. Sebelum memencet tombol send,dia berhenti.
Ini yang namanya menjauh Al? Serius? Wow bener-bener berhasil, batin Al sarkastik.
Al langsung menghapus semua kata-kata balasannya. Satu LINE masuk ke dalam iPhone Al.
Joshua : Kok cuman di read doang? Lo marah sama gue? Kenapa?
Ah,iya. Harusnya Al mendiamkan saja LINE dari Joshua. Sekarang mau gak mau Al harus membalasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dignum
Jugendliteratur"Dia cowok. Tapi kadang-kadang sifatnya ... yah,kayak cewek. Sebenernya,gue kurang suka sama cowok kayak gitu. Tapi gatau kenapa kalo dia yang kayak gitu,jatohnya unyu. Dan ya,sejak ketemu dia hidup gue lebih ... keren?" — Aleeya Citra Kori...