Dua minggu kemudian...
Di antara meja Olga yang berantakan, laptop Raka diletakkan. Layarnya menampilkan aplikasi Skype, yang kali ini menghubungkan Prancis dan Indonesia. Raka di apartemen Olga, Michelle di apartemennya, di Paris.
Dari layar tersebut, Raka dapat melihat suasana apartemen Michelle yang bertema Blue Chrismast. Pohon natal yang digantungi ornamen-ornamen biru mengkilap, lampu gantung yang semarak, hingga patung Santa Claus berbaju biru. Suasana blue itu didukung oleh pemandangan hujan salju di jendela. Sesekali, Maman dan Julie tampak berjalan di belakang Michelle.
Berbeda dengan Michelle yang sejak tadi mengoceh, Raka tampak tidak tertarik. Matanya berulang kali menatap jam dinding yang tergantung, menunggu pukul tiga sore. Jujur, ia bete. Sudah dua minggu ini Michelle bertingkah berlebihan. Michelle selalu berusaha mengorupsi waktunya dengan hal remeh-temeh, yang berkaitan dengan kedatangan supermodel itu ke Indonesia.
Kemarin lusa, Michelle mewanti-wanti Raka untuk menginap di hotel bersamanya. Satu kamar. Hotel tersebut, kebetulan, adalah sebuah hotel di bilangan Jakarta Pusat. Lebih tepatnya, di sekitaran Plaza Indonesia. Michelle memang sudah mem-booking beberapa kamar termewah di sana—termasuk President Suite—untuk manajer, body guards, fashion stylist pribadi, tim tata rias, dan dia sendiri.
Dengan tegas, Raka menolak tawaran tersebut. "Saya tidak bisa menginap berdua di hotel sama kamu. Ini Indonesia, bukan Prancis."
"It's okay," bujuk Michelle. "Daripada kamu tinggal di apartemen temanmu."
"No, Michelle. Sekali tidak tetap tidak."
"Bagaimana kalau berbeda kamar? Bisa, kan?"
Raka menghela napas. "Bagaimana kalau kamu saja yang menginap di apartemen teman saya?"
Michelle kontan menyumpah-nyumpah, merasa terhina. Ia, yang sudah tahu bahwa apartemen Olga sangat berantakan, langsung menjawab, "Kamu pikir saya mau tinggal di kandang?"
.
Kemarin, Michelle mengingatkan Raka untuk mencari rekomendasi restauran khusus vegan. Ya. Walaupun sedang berlibur, Michelle tetap memiliki kewajiban untuk menjaga pola makan. Apalagi dengan adanya agenda Winter Fashion Show di Moskow, Februari nanti.
Kalau sudah begini, tinggal Raka-lah yang kewalahan. "Karbohidrat, boleh?"
"Dibatasi, Honey. Kalau perlu, tidak sama sekali."
"Daging?"
"No! I am allergic to it!"
"Masakan khas Indonesia?"
"No! It's spicy! Dan, asal kamu tahu, kalian makan terlalu banyak lemak!"
Raka menutup sambungan telepon dengan agak kesal. Ia sudah tahu akan menyiapkan apa sebagai menu makan Michelle: makanan kambing.
.
Hari ini, lewat webcam, Michelle menunjukkan koleksi-koleksi bajunya yang akan ia bawa ke Indonesia. Salah satunya adalah bikini.
Dengan semangat, Michelle menyodorkan dua stel bikin ke hadapan webcam. "Yang merah, atau yang hitam?"
Raka menatap dua pasang bikini itu dengan kernyitan di dahi. Menurutnya, dua-duanya norak. Yang merah tampak seperti pakaian dalam yang bisa dibeli di BTC, sementara yang hitam tampak seperti celana dalam Wonder Woman. Lagipula, ia juga tidak pernah setuju jika Michelle mengenakan bikini. "Aku lebih suka jika kamu mengenakan summer dress selutut."

KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang
Novela Juvenil8 tahun setelah Shilla dan Raka berpisah tanpa sempat menyatakan perasaan masing-masing, mereka berdua menjalani hidup tanpa kehadiran satu sama lain. Shilla bekerja sebagai fotografer--cita-cita impiannya--di sebuah studio ternama Indonesia, sement...