Kini Yasmine dan Alnard sudah berada di depan gerbang rumah seseorang yang Yasmine ketahui namun tidak diketahui Alnard sama sekali. Sekilas Alnard berfikir, bahwa kecemasannya tidak beralasan, sebab. Ia merasa bahwa kata 'mati' yang Yasmine katakan padanya bukanlah menyorot pada manusia.
Namun, semua akan terbukti saat ia melihatnya sendiri.
"Ini rumah siapa?" tanya Alnard pada Yasmine yang sedari tadi mencoba meraih besi pengunci pintu gerbang berwarna hitam itu.
"Rumah Attara," jawab Yasmine singkat, masih sibuk meraih pengunci besi.
"Tapi btw. Ngapain kita kesini?" tanya Alnard lagi.
"Lo bisanya nanya mulu, kayak wartawan tahu gak?! Gak ada niatan bantuin gue buka gerbang ini apa?!" kini Yasmine menjawab dengan pertanyaan yang membuat Alnard melangkah mundur satu langkah.
"Selow dong mba, mbanya lagi dapet? Ngomel-ngomel mulu."
"Cepatan bukain ini pintu!"
Alnard mendekati gerbang, dan mencoba memasukkan kepalanya pada celah pagar, lalu tak lama ia mengeluarkan kepalanya dan menatap Yasmine kesal.
Yasmine yang sadar ditatap seperti itu sontak bereaksi, "Kenapa lo natap gue kayak gitu? Mau bales marah? Hah?" Yasmine menantang Alnard dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
Sedetik kemudian ekspresi wajah Alnard berubah 180 derajat, yang tadinya bertampang kesal, menjadi ekspresi senang, dengan senyum lebar hingga gigi putihnya tersapu angin.
Dengan ekspresi demikian, Alnard langsung melayangkan kedua tangannya, dan mendekap wajah Yasmine dengan kedua tangannya sambil berkata, "Yasmine, lo itu jadi adek gue jangan bego-bego amat sih. Lo tahu kan, kita dirumah orang, bukan rumah lo. Jadi kalo mau pintu gerbangnya dibuka ya minta bukain sama yang punya rumah, kayak gini nih."
Alnard melepaskan dekapan tangannya, lalu membuat bentuk seperti terowongan dengan kedua tangannya di mulutnya, lalu berteriak, "assalamualaikum! Atok oh atok! Kami nak ingin bagi ayam goreng dari Ma--" Yasmine menarik Alnard dan langsung membekapnya. "Malu-maluin!"
"Gue sama lo yang lebih Malu-maluin siapa?"
"Ye, khilaf gue. Kan gue panik, jadi--"
"Jadi lo mendadak bego gitu?" Yasmine menyadari kecerobohannya sehingga menganggukan ucapan Alnard.
"Tapi bukannya lo udah bego dari dulu?"
Manik Yasmine mulai menatap tajam Alnard lagi. Hampir saja ia menjambak Alnard, namun. Attara datang, "Sangkain gue Upin & Ipin dateng ke dunia nyata, eh tahunya lo. Udah sini masuk."
"Mana-mana? masa mati lagi sih?! Lo apain emangnya? Perasaan kemaren oke, oke aja."
"Gue gak apa-apain, mati sendiri gitu aja, kayaknya emang udah waktunya laptop lo di ganti deh, Yas."
"Ih! Kalo gak ada drakor, musik favorit, sama foto-foto gue, udah gue ganti dari dulu kali. Masalahnya semua itu gak ada salinannya! Aelah! Frustrasi banget gue!" ucap Yasmine kesal sambil mengacak-acakan rambutnya.
Alnard yang melihat rambut Yasmine menjadi berantakan langsung meraih rambut Yasmine yang panjang itu dan merapihkannya hebat demi helai.
"Udah gausah frustrasi sampai gitu juga kali, itu cuma laptop kok."
"Laptop gue mati lagi! Padahal kemaren hidup abang!"
.
.
.
.
.
"Tunggu-tunggu. Yasmine, jawab gue." Yasmine menolehkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Goals
Teen Fiction"Apa enaknya sih Bang, jadi playboy?" - Yasmine Azkia. "Enaklah, lo aja nggak tau." - Alnardo Gillian. "Sadar ngapa sadar, yaelah!" - Yasmine Azkia "Lo yang harusnya sadar, betah aja ngejomblo bertahun tahun." -Alnardo Gillian. "Lo udah rela gue pa...