part 5

11 1 0
                                    

"aku hanya perlu waktu untuk memahami, jadi tunggulah"

raihan pov

"ahkkkhhh !!! sial,sial,sial !!!"
batinku sambil memukul-mukul bantal geram. ku tenggelamkan kepalaku dibantal empuk kamarku.
gak habis fikir, tentang semua kekacauan ini.
kalau begini bagaimana bisa aku menanyakan boneka itu padanya.
sekarang aku tak bisa menanyakannya dan bahkan aku kehilangan jejaknya.
"bagus sekali raihan !, kau benar-benar seorang pecundang !!!" ah, mengapa jadi begini. mengapa aku menghardik diri sendiri.
"bisakah aku berhenti bersikap gila ?"
oh, bagus sekarang aku bicara sendirian.
"Aaaaaaaa !!!!" sekali lagi ku hempaskan tubuhku ke kasur tak bersalah ini.

"toktoktok !"
"masuk !" jawabku masih dengan posisi telungkup diatas kasur.
"den, berkas-berkas sekolah aden sudah selesai. ini den baju seragam aden baru dikirim tadi" tutur seseorang dengan logat jawa yang kental.
"iya bik, taruh di dalam lemari aja" jawabku malas bahkan tak ku lirik sedikitpun seragam itu sampai bik ijah meninggalkan kamar dan menutup pintu.

*****
hari pertama masuk kelas aku mandi pagi-pagi sekali. bersiap untuk hari yang baru. berusaha memulai dari awal kembali. yup, SMA. aku juga bingung kenapan ayah menyekolahkanku kesini.
barangkali dia terlanjur putus asa melihat kelakuanku dipesantren. entahlah, masa bodoh dengan jalan fikirannya.
ku buka lemari, bersiap-siap pakai seragam sekolah.
seakan ada yang mengganjal difikiranku saat melihat seragam ini. bukan karna warna coklat muda pada celana panjangnya yang terlihat kurang asik dipadukan dengan kemeja putih berlengan pendek. ataupun dasi dengan warna senada dengan celananya.

"apa yang aneh ya ?" batinku.
ku perhatikan dengan teliti setiap sudut pakaian ini. memang terlihat asing karna biasanya aku memakai kemeja dengan celana panjang hitam dan peci hitam. "ayolah raihan ! move on !" batinku kembali.

tiba-tiba fikiranku melayang kepada cewek sepeda pink itu. dia memakai rok panjang biku seribu dengan warna mirip dengan ini ...
"oh yaampun seragam ini, mirip sekali dengan seragamnya"
"atau jangan-jangan, kami satu sekolah ?" batinku kemudian.

yes, akhirnya titik terang itu aku temukan.

segera aku bersiap-siap kesekolah. pak dodi telah siap didalam mobil. aku masuk kedalam mobil dan berangkat kesekolah dengan semangat.

"den, kok senyum-senyum sendiri ?" pak dodi membuka perbincangan pagi ini.
"emang bapak harus tau ?" celetukku datar.
"ya, enggak sih den, agak aneh aja !" balas pak dodi sambil memutar stir ditikungan jalan.
"pak, boleh minta tolong ?"
"siap den ! apa itu ?"
"karna ini hari pertamaku masuk sekolah, jadi tolong hari ini pak dodi libur ngelaporin kegiatan aku ke ayah !"

"maaf den kalau soal itu, bapak gak bisa !"
" ah, pak dodi gak kompak ! aku cuma gak mau pak dodi ngancurin hariku kayak kemarin !" jelasku sambil melirik datar pak dodi.

sepertinya permintaan ini akan mustahil terkabul.

"mmm... baik den, kalau gitu !"

"ha ?, serius pak ?" aku terkejud melihat jawaban itu. pak dodi mengangguk barang kali dia merasa bersalah atas insiden kucing-kucingan kemarin.
wajahku kian sumringah.

mobil pun sampai. gerbang sekolah menyambutku. jelas terpampang gagah disana tulisan SMA bineka tunggal ika. aku segera masuk.
ku susuri koridor kelas tampak semua anak memperhatikanku. barangkali mereka hanya asing melihat wajahku.
kelas XI.2. disini aku ditempatkan.

"selamat siang anak-anak !" sapa seorang guru didepan kelas. aku sedang menunggu aba-aba ibu yang aku lupa namanya ini untuk masuk memperkenalkan diri.

"nah, anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru !" tutur ibu itu.
tampak semua wajah warga kelas bertanya tanya.

"teman kalian ini pindahan dari pesantren bogor !" semua murid tampak terpesona.
ibu itu memanggilku . aku pun masuk.
"nah, perkenalkan dirimu nak !"

my white bearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang